
Penampilan tari dalam Festival Sila Performing Art (SPA) "Buni Sunyi" yang digelar pada 14-15 Maret 2020 lalu di Ruang Asri Sila dan Laman Rumah Gadang Sila. Foto Dok
Balingka, sumbarsatu.com—Tiga tahun lalu ia memutuskan dirinya menetap di kampung halamannya: Jorong Koto Hilalang, Nagari Balingka, IV Koto, Agam. Nagari Balingka banyak melahirkan tokoh-tokoh hebat itu, kini sedang membangun ekosistem dan identitas dirinya: Kebudayaan.
Sosok itu bernama Indra Zubir, salah orang koreografer kontemporer Indonesia, yang telah mementaskan karya tarinya di pelbagai iven nasional dan internasional, merealisasikan obsesinya hadirnya sebuah festival seni di kampungnya itu.
Lalu, Indra Zubir membentangkan gagasannya. Ia ajak semua pihak menguyah bersama-sama idenya. Tua-muda, ninik-mamak, bundo kanduang, dunsanak saparuik, perangkat nagari, tak di lapau, tak di surau, tak di rumah gadang, di mana saja—termasuk di parak—idenya mulai jadi bahan perbincangan.
Tak lama lahirlah Komunitas Tuo Sila atau Sila Art Community di Nagari Balingka yang diamanahkan sebagai ketua, yaitu Muslim Kari Sutan, yang juga dalam perkauman Koto sebagai panungkek.
“Komunitas Tuo Sila ini yang menyelenggarakan Sila Performing Art (SPA) "Buni Sunyi" yang digelar pada 14-15 Maret 2020 lalu di Ruang Asri Sila dan Laman Rumah Gadang Sila, Nagari Balingka. Sebuah festival seni pertunjukan pertama kali digelar di nagari yang berada di lereng Gunung Singgalang ini dan berjalan baik sesuai rencana. Ini kerja bersama dengan basis komunitas dan perkauman. Tekanan kerjanya pada kegotongroyongan,” kata Indra Zubir, kepada sumbarsatu, Rabu (18/3/2020).
Indra Zubir berharap, SPA ini mampu membangun ekosistem kesenian di Nagari Balingka yang memendam cukup besar potensi seni dan budaya yang belum tergarap maksimal. Selain itu, SPA juga dikesankan sebagai salah satu ruang publik bagi pelaku seni dan masyarakat yang mencintai kesenian di mana saja berada.
“SPA pertama ini dijalankan dengan sederhana. Dibuka Wali Nagari Balingka, lalu diapresiasi para seniman Sumatra Barat. Kawan-kawan komunitas mengisinya dengan karya-karya mereka. Festival SPA dilaksanakan selama dua hari dengan memaksimalkan ruang terbuka dan halaman rumah gadang. Kita mengupayakan iven SPA diagendakan paling kurang sekali enam bulan,” terangnya.
Menurut Indra Zubir, penamaan SPA itu akan jadi branding sebuah iven seni pertunjukan yang digelar di Nagari Balingka ini.
“Sila itu artinya prinsip. Bagi saya, memiliki prinsip itu sebuah keharusan apalagi dalam menjalankan kehidupan dan juga kesenian. Sila pada akhirnya saya ambil menjadi nama komunitas sekaligus nama iven ini. Dan akan menarik lagi kelak para pelaku seni dan seniman bisa menikmati spa alam yang tersedia di Nagari Balingka seperti kolam air dingin, air pancuran, dan jalan-jalan di lereng kaki Gunung Singgalang dan seterusnya. Maka kami optimis Festival SPA ini akan menarik dan eksotik,” urai alumni IKJ ini sembari memberi alasan terkait nama peristiwa budaya SPA itu.
Festival SPA memang tidak dihadirkan dengan sorotan lampu yang beribu-ribu watt dengan kursi penonton yang empuk. Ia hadir di ruang alam terbuka dengan latar belakang alam nan indah dan udara sejuk.
Sila Performing Art 2020: Buni Sunyi, dibuka dengan sederhana dengan sambutan dari Indra Zubir (pengagas), Armen (Wali Nagari Balingka), Syuhendri Datuak Siri Marajo (Ketua Kerapatan 4 Suku Koto Hilalang), dan Ery Mefri (Pimpinan Nan Jombang Dance Company).
" Nagari Balingka banyak melahirkan orang-orang kesenian, sebutlah nama almarhum Nazif Basir (orang teater) serta nama-nama yang lainnya. Saya berharap Indra Zubir dapat mempelopori perkembangan kesenian tradisi dan kontemporer di Balingka ini," kata Syuhendri yang juga seorang seniman teater.
“Saya gembira dengan iven yang digagas Indra Zubir. Peristiwa ini membuat saya marah (sambil bagarah) karena Nan Jombang tidak diundang tampil di sini. Iven ini mengingatkan saya dengan sebuah festival seni di Jepang karena saya dan Indra Zubir sama-sama ikut dalam iven bergengsi yang dilaksanak di sebuah pulau dan kampung-kampung masyarakat," urai Ery Mefri.
SPA 2020: Buni Sunyi dimeriahkan penampilan seni pertunjukan dari grup tari, musik dan invividu, antara lain Sutan Alamanda dan Bone dari Riau dengan karya tari “Basondi” dipentaskan Laman Asri Sila, karya tari "Tune (Do)" koreografer Yogi dan "Terbentur" koreografer Oky dari ISI Padang Panjang yang menamakan kelompoknya Ruang Tumbuh dengan pemain Yogi, Iqbal, Ari, Oky, Rajif, Dendi, Anggi dan Velia.
SPA 2020 juga menghadirkan Komunitas Seni KIEK pimpinan Syukra Maulana dari Sungai Landia, Komunitas Seni Luhak Sirah, Agam. BTV koreografer Tria Raysa dari Guguak Sarojo dengan formasi penari anak-anak Rahma, Viona, Zahwa, Zaa dan Rahmi yang menari lincah dan berteaterikal selama 7 menit serta rangkaian SPA 2020 ditutup penampilan musik genre rap Minang Tomy Bollin.
“Program SPA ini akan terus dikembangkan dengan basis kesenian masyarakat lokal, sebagai bentuk kreativitas pelestarian seni masyarakat Balingka, agar tetap dapat di hidupkan melalui iven ini,” kata Indra Zubir lagi. SSC/Rel