Masyarakat Badarai Hidupkan Festival Randai

-

Jum'at, 22/03/2019 17:59 WIB
Randai Mutiara Minang dari Pasar Gambok dan Bungo Kambang dari Padang Loweh Selatan tampil dalam siraman cahaya lampu neon ala kadarnya di halaman Kantor Nagari Limo Koto, Kecamatan Koto VII, Sijunjung, Kamis (21/3/2019).

Randai Mutiara Minang dari Pasar Gambok dan Bungo Kambang dari Padang Loweh Selatan tampil dalam siraman cahaya lampu neon ala kadarnya di halaman Kantor Nagari Limo Koto, Kecamatan Koto VII, Sijunjung, Kamis (21/3/2019).

 

Sijunjuang, sumbarsatu.com—Randai Mutiara Minang dari Pasar Gambok dan Bungo Kambang dari Padang Loweh Selatan tampil dalam siraman cahaya lampu neon ala kadarnya di halaman Kantor Nagari Limo Koto, Kecamatan Koto VII, Sijunjung, Kamis (21/3/2019).

Dikelilingi penonton dan malam yang menanggung hujan, pertunjukan seni tradisional itu membawakan cerita salah-satunya Sutan Malano (Randai Bungo Kambang).

Peristiwa tersebut adalah rangkaian festival randai yang diadakan secara swadaya oleh masyarakat badarai dalam perayaan 22 tahun randai Tuah Sakato, berlangsung dari 15-24 Maret 2019.

"Kami mengundang 20 kelompok randai di Kabupaten Sijunjung, dan hingga malam ini baru tampil tujuh kelompok randai. Pendanaan kami mendapat sumbangan dari masyarakat tanpa bantuan dari pemerintah daerah," kata Tasril (63), pimpinan randai Tuah Sakato dan ketua panitia festival, kepada sumbarsatu di sela-sela dialog pemain randai yang keluar dari soundsystem, Kamis (21/3/2019).

Ia menambahkan, rencananya festival swadaya ini akan dilangsungkan secara bergilir ke depannya untuk menghidupkan seni tradisional randai di Kabupaten Sijunjung.

"Nanti masing-masing kelompok randai akan jadi tuan rumah, tergantung kelompok mana yang siap. Inisiatif ini kami lakukan sepulang randai Tuah Sakato tampil di Festival Ladang Nan Jombang, Padang, 3 Maret 2019 lalu," ujar Tasril yang sudah menggeluti randai sejak bujang.

Randai Tuah Sakato yang memiliki sasian di Jorong Koto Panjang, Nagari Limo Koto, terang Tasril, mempertahankan pakem randai klasik. Membawakan cerita setelah Anggun Nan Tongga. Gerak tubuhnya berbasis silek Starlak.

Selain tampil dua kali di Festival Nan Jombang, randai Tuah Sakato juga pernah diundang ke berbagai daerah seperti Batusangkar, Payakumbuh, dan Teluk Kuantan. Pada 2005 randai Tuah Sakato memenangkan festival randai di Kabupaten Sijunjung.

"Kesulitan kami menghidupkan randai Tuah Sakato bukan soal dana dan pakaian. Itu bisa diakali. Akan tetapi randai sering kehilangan ayah dan ibu," pungkas Tasril. (SSC/Thendra)

 



BACA JUGA