Sawahlunto,sumbarsatu.com—Sawahlunto International Music Festival (SIMFES) kembali digelar tahun ini dengan mengusung tema “Heritage Continues – Passage of Time.”
Festival musik dan budaya tahunan ini mengajak publik menelusuri perjalanan sejarah dan transformasi kebudayaan Kota Sawahlunto melalui medium musik, arsitektur, dan instalasi seni.
Tema tersebut sekaligus menegaskan kontinuitas warisan budaya yang membentuk identitas Sawahlunto sebagai kota tambang tua yang kini berevolusi menjadi ruang kreatif dan kota warisan dunia.
Dalam lintasan sejarahnya, SIMFES pertama kali diselenggarakan pada tahun 2010 atas gagasan Edy Utama, seorang kurator dan penggiat seni pertunjukan yang memiliki visi global dalam menghubungkan tradisi lokal dengan jejaring seni dunia.
Festival ini menjadi salah satu inisiatif penting dalam memperkenalkan Sawahlunto ke panggung internasional melalui diplomasi budaya berbasis musik dan seni pertunjukan lintas bangsa.
Ketika SIMFES pertama kali dicetuskan, Kota Sawahlunto dipimpin oleh Ir. H. Amran Nur (13 Oktober 1945 – 22 Juni 2016), seorang kepala daerah visioner yang berperan besar dalam transformasi citra kota bekas tambang menjadi kota wisata dan kebudayaan.
Dukungan pemerintah kota pada masa itu membuka jalan bagi lahirnya ekosistem kreatif di Sawahlunto—tempat di mana musik, sejarah, dan identitas lokal saling bertaut membentuk narasi baru tentang keberlanjutan warisan (heritage continuity).
SIMFES 2025 akan dilangsungkan pada 7–8 November 2025 di Taman Silo, Kota Sawahlunto, menghadirkan beragam program yang memadukan warisan budaya lokal dengan ekspresi kreatif lintas generasi.
Menurut Program Director SIMFES, Muhammad Harmein, tema tahun ini merepresentasikan kesinambungan antara masa lalu dan masa kini dalam membentuk identitas kebudayaan Sawahlunto.
“Melalui tema ini, kami ingin menghadirkan pengalaman lintas waktu, di mana masa lalu dan masa kini berpadu dalam satu ruang ekspresi budaya,” ujar Muhammad Harmein dalam relisnya, Kamis (6/11/2025).
Sebagai panggung utama, Taman Silo akan menjadi pusat penampilan berbagai musisi nasional dan daerah. Grup musik Geisha dan trio Nonaria dijadwalkan tampil sebagai penampil utama, menghadirkan nuansa musik pop dan jazz modern yang diharapkan mampu mengguncang atmosfer kota tambang tua tersebut.
Selain itu, festival juga memberi ruang bagi seniman dan komunitas lokal seperti Jaguank, Tomy Bollin, Evellyn, Sanggar Cet Meutia, dan Grup Melayu Warka Seniwa, yang menampilkan kolaborasi antara musik tradisi dan musik kontemporer. Kolaborasi lintas genre ini memperlihatkan bagaimana warisan musik lokal terus beradaptasi dengan konteks zaman, namun tetap mempertahankan akar tradisinya.
Tidak hanya menampilkan musik, SIMFES 2025 juga mengangkat elemen sejarah dan teknologi budaya melalui pameran “Kalason Oto” — sebuah bus antik era 1970-an yang terkenal dengan sistem klakson khas di jalur Alahan Panjang–Solok–Padang. Bus milik H. Bakri, pemilik PO Kasihan Bersama, ini telah direstorasi oleh putranya, Alfan, dengan mempertahankan sistem klakson modifikasinya yang unik.
“Kalason ini bukan sekadar bunyi, tetapi bagian dari ekspresi budaya jalanan dan kreativitas masyarakat di masa lalu,” jelas Harmein.
Tahun ini, SIMFES juga memperluas kolaborasi melalui platform RUANG LAGAK, yang menggandeng Komunitas Batik Sumatera Barat. Di ruang ini, para pembatik dari 19 kabupaten/kota di Sumatera Barat menampilkan karya batik khas daerah masing-masing. Inisiatif ini menegaskan posisi batik sebagai bagian integral dari warisan tekstil dan narasi budaya yang terus berlanjut (living heritage).
Sebagai bagian dari rangkaian kegiatan, SIMFES bekerja sama dengan MTN Sahabat dalam program edukatif bertajuk “Sarjanaria: MTN Sahabat x SIMFES” yang akan dilaksanakan di Universitas Negeri Padang (UNP) pada 7 November 2025.
Program ini menghadirkan sejumlah figur penting industri musik dan sastra Indonesia seperti Yovie Widianto, Rio Jo Werry, Esha Tegar, Dea Anugrah, dan David Tarigan untuk berbagi wawasan dan inspirasi seputar musik, kreativitas, serta dinamika industri kreatif Indonesia.
“Kami sadar kerja-kerja seperti ini membutuhkan kolaborasi lintas elemen masyarakat. Kami berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung, khususnya MTN Sahabat yang turut memperkuat peran festival ini bagi anak-anak muda Sumatera Barat,” tutur Harmein.
Melalui perpaduan antara musik, diskusi, pameran budaya, dan karya kriya, SIMFES 2025 menegaskan komitmennya dalam menjaga identitas Sawahlunto sebagai Kota Warisan Dunia (World Heritage City) sekaligus memperkuat perannya sebagai ruang kreatif yang dinamis dan inklusif bagi generasi muda. ssc/rel