Bupati Agam H. Indra Catri Dt Malako Nan Putiah “menggalehkan” kopi produksi Agam ke dunia internasional
Agam, sumbarsatu.com-- Bupati Agam H. Indra Catri Dt Malako Nan Putiah “menggalehkan” kopi produksi Agam ke dunia internasional.
Kesempatan menggaleh itu diperoleh, kala ia tampil sebagai narasumber dalam acara "Monthly Hight Tea Bussines Network, Talk Show Ngopi Bareng Senator" bertema kopi daerah Indonesia, kopi dunia, di gedung Plaza Nusantara V MPR-DPD RI, Jakarta, Rabu, (14/3/2018).
Hadir pada kesempatan itu, Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN), Edi Ganefo, Sekjen DPD, Makruf Amin, Ketua Asosiasi Eksportir Kopi, Hutama, Wakil Ketua DPD RI Letjen (pur mar) DR. Nono Sampono, Kanselor Swedia Claudia dan beberapa duta besar lainnya.
Dalam forum internasional itu, materi yang disampaikannya berjudul "Ameh Hitam dari Agam." Ia menjelaskan berbagai keunggulan kopi robusta dan kopi luwak Agam, yang memiliki keunggulan cita rasa istimewa, dan sudah menembus pasar internasional.
"Kopi Robusta dan Arabika sangat diminati konsumen, tidak hanya regional tetapi sudah menggapai konsumen internasional. Karena kopi produk Agam itu memiliki cita rasa dan aroma khas," ujarnya, didampingi Kepala Bappeda Agam, Welfizar.
Di hadapan para duta besar, bupati menggambarkan prospek kopi Arabika dan Robusta Agam, yang semakin gencar menembus pasar, baik tingkat regional maupun internasional.
Perbedaan antara kedua varietas itu terutama terletak pada rasa dan tingkat kafeinnya. Biji kopi Arabika lebih mahal di pasar dunia, memiliki rasa yang lebih mild dan kandungan kafein 70 persen lebih rendah dibandingkan dengan kopi robusta.
Meskipun permintaan cukup tinggi, namun produksi kopi di Kabupaten Agam masih menggunakan pola produksi tradisional dan konvensional, sehingga belum banyak yang mencapai target speciality. Namun, seperti kopi luwak organik dari Kecamatan Palupuh sudah memiliki sertifikat dari Sucofindo.
"Kita sudah melakukan peningkatan kualitas petani melalui pembinaan dan bimbingan teknis, namun hal itu belum cukup. Maka peranan dari berbagai pihak yang ingin mendorong peningkatan kesejahteraan petani kopi juga sangat besar," ujarnya pula.
Menurut bupati, saat ini tercatat 3.394 hektar lahan budi daya kopi, dengan beragam jenis. Terdapat lima kecamatan di Kabupaten Agam dijadikan sebagai sentra kopi, yaitu Kecamatan Tanjung Raya, Canduang, IV Koto, Palupuh, dan Kecamatan Palembayan.
Sibarasok, Tanjung Raya, terkenal dengan kopi robustanya. Keistimewaannya terletak pada cara pengolahannya masih alami. Di Kecamatan Canduang terdapat kopi arabika, yang memiliki spesiality arabika, yang ditanam di ketinggian 1.500 mdpl. Harganya pun terbilang mahal.
Kecamatan IV Koto terkenal dengan kopi lereng Gunung Marapi. Kopi jenis arabika berada di kaki Gunung Singgalang, Nagari Balingka pada ketinggian 1.280-1.400 mdpl. Sedangkan di Kecamatan Palupuh, dan Kecamatan Palembayan familiar dengan kopi luwaknya, yang telah menembus pasar internasional, seperti, Belanda, Korea, Thailand, dan Amerika.
"Selain itu, perkebunan kopi yang menjadi mata pencaharian masyarakat berada di luar kawasan hutan, sehingga fungsi hutan untuk kelestarian lingkungan tetap terjaga dengan baik," ujarnya lagi.
Bupati Agam merupakan satu-satunya kepala daerah sebagai pembicara pada acara yang bertajukan Kopi Senator Bertaraf Internasional itu.
Terkait kehadirannya sebagai keynote speaker, bersama dengan Bupati Aceh Selatan, Nanggroe Aceh Darussalam, dan Bupati Toraja Utara, Indra Catri mengutarakan bahwa, momen ini sangat penting untuk mempromosikan sekaligus meviralkan potensi kopi asal Kabupaten Agam di kancah Internasional.
Menanggapi hal itu, Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN), Edi Ganefo, mengatakan, banyak kopi yang berasal dari Indonesia tapi bermerk asing. Hal itu menandakan bahwa kopi dari Indonesia memang unggul dan bagus. Untuk itu, pihaknya meminta, ke depan tiap-tiap daerah harus memantapkan kualitas produk, sehingga bisa diterima di pangsa pasar. Untuk tata cara ekspornya, PT.POS sudah membuka pintu, cukup siapkan barang kemudian antar ke PT.POS," ujarnya.
Hal senada juga disampaikan Wakil ketua DPD RI, Letjen (pur mar) DR. Nono Sampono. Ia berharap, kegiatan talk show ngopi bareng tidak hanya jualan kopi, tapi untuk menjual potensi daerah kepada publik, karena kopi daerah Indonesia adalah kopi dunia.
"Indonesia peringkat III dunia dalam produksi kopi. Untuk itu mari kita besarkan para pelaku ekonomi agar mereka tetap eksis, dan Indonesia tetap menjadi pusat peradaban," ujarnya mengajak. (MSM)