
Simposium Andalas Film Exhibition (AFE), Rabu (22/11/2017), memasuki panel ke-3. Panel ini mengangkat tema “Iklim Produksi Film Kampus” dihadiri oleh sineas-sineas muda dari berbagai daerah, seperti Solo, Yogyakarta, Jakarta, dan Sumatra Barat.
Padang, sumbarsatu.com—Simposium Andalas Film Exhibition (AFE), Rabu (22/11/2017), memasuki panel ke-3. Panel ini mengangkat tema “Iklim Produksi Film Kampus” dihadiri oleh sineas-sineas muda dari berbagai daerah, seperti Solo, Yogyakarta, Jakarta, dan Sumatra Barat.
Simposium kali ini menghadirkan tiga panelis dari tiga kampus di Sumatra Barat, yakni Choiru Pradhono (akedemisi film ISI Padang Panjang), Findo Brahmata (Relair Cinema) dan M. Zikra (Ketua UKFF UNP). Ketiga panelis ini membicarakan kondisi mutakhir dunia perfilman di kampus, baik di kampus perfilman, maupun kampus non- perfilman.
Menurut Choiru Pradhono, iklim penciptaan film di kampus-kampus, terutama di Sumbar, dewasa sangat tidak menggembirakan. Dari sudut pandang seorang pengajar (dosen), penciptaan film di kampus hanya sekadar sebagai pemenuhan tugas. Hal ini diperparah dengan minimnya kebiasaan berdiskusi tentang ide atau konsep di kalangan para mahasiswa film.
“Ketika di dalam forum diskusi, mereka (mahasiswa) tidak tahu mau bicara apa, seperti tidak ada keinginan untuk mendapatkan sesuatu. Ini karena iklim tadi tidak terbangun dari awal, sehingga mental tidak tumbuh secara personal,” kata Choiru.
Selanjutnya, iklim perfilman kampus coba dilihat dari sudut pandang pegiat film di kampus nonperfilman.
Findo Brahmata dan M. Zikra mengulas corak produksi film di kampus masing-masing yang memiliki kesamaan permasalahan.
Bagi Findo, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) perfilman di kampus rawan menjadi wadah berkumpul dan ajang selebrasi saja bagi para anggotanya. Tidak banyak anggota UKM film yang serius mendalami dunia film itu sendiri, selain sebatas hal-hal teknis dan permukaan sifatnya.
“Pada umumnya produksi menjadi formalitas untuk open recreuitmen saja. semuanya jadi produksi akhir tahun, bukan menjadi ekspresi, hanya formalitas,” keluh Findo.
Hal itu dibenarkan pula oleh M. Zikra. Menurutnya, salah-satu permasalahan utama bagi organisasi perfilman yang ia ikuti ialah kurangnya bahan-bahan pengetahuan.
Dari itu, menurutnya, perlu diupayakan untuk membangun jaringan yang luas sebagai wadah berbagi pengetahuan.
“Kami kemarin mendatangkan Manshur Zikri (dari Forum Lenteng) untuk berbagi pengalaman mengenai sound (dalam film),” ungkap M. Zikra.
Apa yang disampaikan oleh para panelis ditanggapi oleh beberapa audiens. Salah-satu di antaranya, yaitu Winner Wijaya, sineas sekaligus mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara, Jakarta.
Dalam kesempatan bicara itu, Winner menekankan bahwa pada dasarnya permasalahan film kampus itu sama di mana-mana, termasuk di kampusnya sendiri.
“Di UMN sama persis dengan di Padang Panjang, rata-rata (mahasiswa) tidak suka dan tidak paham. Mereka cuma (produksi) untuk buat tugas,” tanggapnya.
Akhirnya, ketiga panelis Simposium AFE sepakat bahwa perlunya dilakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Di antara strategi-strategi yang mungkin dilakukan, yaitu memperluas jaringan serta meningkatkan intensitas silang-pengetahuan antarsesama pegiat film.
Selain itu, harus diupayakan adanya standar produksi film bagi UKM ataupun mahasiswa film dewasa ini.
Agenda Simposium AFE panel ke-3 hari ini, berlangsung di Gedung I Universitas Andalas.
Dari pengamatan di lapangan, tidak banyak audiens yang hadir di ruang berkonsep ruang pertunjukan mini tersebut. Namun begitu, para panelis tampak berdialog intens dengan beberapa orang penanggap dari berbagai komunitas di Indonesia.
Agenda simposium panel ke-3 merupakan panel terakhir dalam rangkaian simposium AFE yang telah berjalan sejak Senin lalu. Setelah ini, akan bergulir “AFE Goes To Campus”.
Dalam agenda ini akan diadakan pemutaran di beberapa kampus di Kota Padang antaranya di kampus Universitas Negeri Padang, Universitas Dharma Andalas, Universitas Bung Hatta dan STKIP PGRI Sumatera Barat.
Setelah Goes To Campus, pada tanggal 3 Desember, AFE akan kembali digelar di Universitas Andalas. Agendanya berupa sesi bincang istmewa bersama sineas Arif Malinmudo dan Riri Riza. (SSC/Rel)