
Ratna Sarumpaet
Padang, sumbarsatu.com—Ratna Sarumpaet, budayawan dan juga aktivis sosial-politik, mengapresiasi Pemerintah Kota Padang dan Provinsi Sumatera Barat, yang tidak mengizinkan minimarket seperti Alfa Mart dan Indomaret beroperasi di kota ini.
“Ini luar biasa. Minimarket Alfa Mart dan Indomaret tidak ada di Kota Padang ini. Saya bangga. Alhamdulillah!” katanya pada saat penyerahan Paga Awards Leon Agusta Institute, Sabtu malam (31/10/2015) di Teater Utama Taman Budaya Sumatera Barat yang juga dihadiri Walikota Padang Mahyehdi Ansharullah.
Menurutnya, jika di kota-kota lain di Tanah Air, setiap 200 meter ada minimarket Alfa Mart dan Indomaret. Berlomba-lomba dan tumpang tindih hadir setiap sudut-sudut kota dan kompleks pemukiman publik.
“Tadi saya melintas di kota ini, tak ada kedua minimarket yang ikut menghancurkan usaha rakyat yang sebelumnya hadir-hadir di depan rumah mereka. Kebijakan Pemerintah Kota Padang tak memberi izin beroperasinya minimarket yang sudah menggurita itu, perlu kita dukung dan dijaga konsistensinya,” jelas sutradara monolog “Marsinah Menggugat”, yang sering dicekal semasa Pemerintahan Orde Baru itu.
Dikatakannya, mungkin Kota Padang dinilai orang lain kota yang terkesan miskin, tidak metropolitan padahal ibukota proviinsi. Kota yang tak punya menara-menara menjulang ke langit, dan seterusnya.
“Tapi, apakah kehadiran menara-menara itu memang benar-benar kita butuhkan dalam kehudupan ini atau kehudupan itu sendiri?” tanyanya sembari menyarankan lebih baik Sumatera Barat dan Kota Padang fokus pada sektor pertanian yang benar-benar menyentuh rakyat.
Selain mengapresiasi kebijakan pemerintah, perempuan kelahiran tarutung, Tapanuli Utara, 16 Juli 1949 ini, juga menyelipkan kritikannya terhadap kondisi Taman Budaya Sumatera Barat yang ia nilai kurang terurus.
“Saya berharap Bapak Walikota Padang memberi perhatian serius pada gedung kesenian. Berikan seniman itu ruang yang baik dan bagus. Kesenian bagi seniman adalah “ibadah”. Dari kesenianlah seniman memberi kasih, kedamaian, dan cinta, serta rasa kemanusiaan. Mereka memang tidak pandai menghitung angka-angka. Mereka cuma tahu berkarya untuk kemanusiaan,” katanya.
Selain itu, ia juga meminta agar Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, kabupaten, dan kota untuk menghidupkan kembali dewan-dewan kesenian yang selama ini tidak aktif lagi.
Gerakan perubahan di jalan budaya seperti yang dilakukan Leon Agusta Institute ini, harus dilakukan bersama-sama, dan tak bisa sendiri-sendiri. Maka, kehadiran dewan-dewan kesenian sangat diperlukan untuk mempercepat perubahan itu. Jika semua telah berada dalam satu baris dan tujuan, maka gerakan itu akan sangat besar artinya,” kata pendiri Ratna Sarumpaet Crisis Centre ini.
Ratna Sarumpaet hadir dalam gelaran pemberian Paga Awards 2015 yang digelar Leon Agustu Institute kerja sama dengan harian Padang Ekspres. Ada dua kategori yang diberikan. Untuk Paga Awards kategori pengabdian diterima Yal Yudian, sedangkan untuk kategori sastra diterima Annisa Mardhiyah. (NA)