Marlis Rahman bersama tokoh masyarakat saat peluncuran buku autobiografinya
Padang, sumbarsatu.com--Malam itu, Minggu (24/9/2017), sosok sedeharna berkumis lebat, sedang berbahagia. Ratusan orang dengan beragam latar belakang profesi, ketokohan, serta memegang jabatan penting di Sumatera Barat, ikut merayakan kebahagian itu di sebuah ruang hotel besar yang sejuk di Padang.
Sebuah buku yang dieditori wartawan senior Eko Yanche Edrie dan Nita Indrawati Arifin berjudul "Prof Dr Marlis Rahman, M.Sc: Gubernur Cendekiawan" yang diterbitkan Andalas University Press, mengisahkan perjalanan hidup Marlis Rahman, dilucurkan sekaligus dibedah. Buku ini merupakan catatan lengkap "sejarah" panjang dirinya.
Sosok kelahiran Bukik Cangang, Guguk Panjang, Kota Bukittinggi, 75 tahun lalu itu, mengaku tak terbersit sedikit pun dalam pikirannya bercita-cita menjadi pejabat dan orang penting di negeri ini. Galibnya seorang anak remaja, kehidupannya diwarnai kenakalan dan keusilan. Marlis, seperti ditutur malam itu, sangat menyenangi olahraga angkat besi, sepakbola, dan olahraga yang "keras-keras" lainnya.
Selain itu, sebagai anak tukang padati (alat angkut di masa lalu yang menggunakan kerbau), masa kecilnya penuh dengan keprihatinan ekonomi dan karena pendudukan Jepang yang keras. Bapaknya tulang punggung keluarga bernama Rahman Sutan Batuah, bersama istrinya, Lian, pasangan ini dikarunia lima orang putra-putri. Marlis sendiri anak bungsu.
"Apak saya sosok yang tangguh dan pekerja keras. Bapak bekerja sebagai tukang padati yang mengangkut beragam hasil bumi antarnagari di Minangkabau. Sementara Amak saya, yang akrab disapa Mak Andah, sosok ibu perempuan yang sederhana kendati tak bersekolah, namun punya perhatian serius dengan pendidikan anaknya," kata Maslis Rahman pada saat menceritakan sepenggal kisahnya yang ditulis dalam buku itu.
Saat mengisahkan cuplikan sejarah hidup keluarganya di depan ratusan pasang mata yang menyaksikan, suara Marlis terasa terbata-bata dan dan penuh haru tapi wajahnya berseri-seri. Tak dinyana, belum tuntas dia berkisah, masih berasa di atas pentas, istrinya, Mairawita Marlis (Wiwik), bersama Salsa Fauzania (anaknya), berduet menyanyikan lagu "Kisah Cinta untuk Starla" yang menyentuh dengan suara serak-serak basah. Suasana malam itu kian mengharukan. Ada butiran bening di mata mereka.
Peluncuran buku autobiografi ini memang dikesankan berbeda dengan kegiatan serupa yang dilakukan sebelumnya, bagi Marlis Rahman sendiri, kehadiran buku ini bukan sekadar buku autobiografi seperti buku-buku lainnya, tetap lebih jauh dari itu, ia bisa dijadikan dokumentasi dan "referensi" untuk pemerintah daerah, institusi, dan inspirasi personal.
“Tujuan buku ini ditulis, bukan sekadar menuangkan perjalanan hidup saya namun harapan kami, menjadi inspirasi bagi masyarakat pembaca,” kata Marlis lagi.
Sementara Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno saat memberikan sambutan, tentu saja seperti sambutan-sambutan di tempat lainnya, kerap diselingi dengan "pantun-pantun", menyampaikan apresiasinya. Irwan mengatakan, beberapa pendahulu-pendahulunya yang menjadi Gubernur Sumbar sudah menuliskan buku tentang perjalanan hidupnya, termasuk yang diluncurkan malam ini.
"Sekarang hadir buku "Prof Dr Marlis Rahman, M.Sc: Gubernur Cendekiawan" dan saya atas nama Pemprov Sumbar mengucapkan selamat atas kehadiran buku ini dan semoga benar-benar dapat menjadi inspirasi, memotivasi, pelajaran, dan referensi bagi kita semua," kata Irwan Praytino.
Tapi, tak sampai 5 menit setelah usai memberi sambutan dengan penuh pantun-pantun yang terkesan dipaksakan agar pas dengan suasana acara, Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno bersama istrinya, meninggalkan kegiatan ini dengan langkah panjang dan tergesa-gesa. Istrinya, tampak tertinggal sekitar 7 meter di belakang suaminya, yang memang tergegas-gegas.
"Gubernur sedang ditunggu pula di kegiatan lain. Jadi Pak Gubernur tak bisa ikut hingga tuntas. Menurut saya ini tak etis karena banyak tetamu yang terhormat ditinggal begitu saja. Saya sangat menyayangkan ini karena hampir semua acara selalu tak tuntas dihadiri Gubernur Sumbar," kata seorang tamu undangan, yang sempat menyalami Irwan Prayitno saat menuju pintu keluar ruangan tersebut.
Grup Vokal Komunitas Bunga
Peluncuran buku yang dimeriahkan dengan berbagai kegiatan hiburan berupa tarian tradisi Minang dan nyanyian romantis yang dibawakan "penyanyi-penyanyi" kondang Kota Padang dan juga grup vokal Komunitas Bunga. Untuk bedah buku, dihadirkan Hasril Chaniago (wartawan senior), Sofwan Karim (Ketua Muhammadiyah Sumbar), Aristo Munandar (calon wakil Gubernur Sumbar yang berpasangan dengan Marlis Rahman dalam Pilgub 2010), Wery Darta Taifur (Ekonom Unand).
Tampak hadir tokoh Wakil Ketua DPRD Provinsi Sumatera Barat Arkadius Datuak Intan Bano, Musliar Kasim (Wakil Menteri Pendidikan semasa Presiden SBY), Tafdil Husni (Rektor Unand), Masoed Abidin (ulama), Alfan Miko, James Hellyward (akademisi), Desri Ayunda (bakal calon Wakil Wali Kota Padang), Heranof Firdaus (Ketua PWI), Eko Yanche Edrie dan Hj Nita Indrawati Arifin (editor buku), Gusfen Khairul, Indra Sakti Nauli, Khairul Jasmi, Firdaus Abie, dan sejumlah tokoh mayarakat lainnya.
Marlis Rahman kelahiran 9 Juni 1942 ini menyelesaikan pendidikan SD No 2 Bukitinggi dan SMA 1 Bukittinggi, dan melanjutkan ke FMIPA di Universitas Andalas, selanjutnya Marlis Rahman ke University of Ohio Amerika Serikat, Master of Science (M.Sc), serta University of Ohio Amerika Serikat, Doctor of Phylosophy (Ph.D).
Selain akademisi, Marlis Rahman juga seorang politisi. Ia pernah pernah menjabat sebagai Gubernur Sumbar yang dilantik pada Senin 7 Desember 2009. Pasangan Gamawan Fauzi-Marlis Rahman merupakan gubernur pertama yang dipilih secara langsung oleh masyarakat Sumban, dan keduanya dilantik pada 15 Agustus 2005.
Pascadiangkatnya Gamawan Fauzi menjadi Menteri Dalam Negeri, Marlis Rahmah dipercaya sebagai Gubernur Sumbar sejaka 2009-2010. Sebelum masuk ke lingkungan pemerintahan, Marlis Rahman menjabat sebagai Rektor Universitas Andalas. (SSC)