Kolaborasi Inklusif untuk Perubahan Sosial Berkelanjutan

CATATAN AKHIR TAHUN

Selasa, 30/12/2025 19:16 WIB

 

OLEH Tanty Herida--Devisi Manajemen Pengetahuan (LP2M)

TAHUN 2025 menjadi momentum penting bagi LP2M dalam mendorong perubahan sosial yang lebih adil dan inklusif. Di tengah beragam tantangan—mulai dari praktik perkawinan anak dan usia di bawah 19 tahun, ketimpangan gender, hingga dampak perubahan iklim—LP2M terus bekerja bersama komunitas perempuan akar rumput, perempuan muda, penyandang disabilitas, pemerintah, akademisi, serta berbagai mitra strategis lainnya. Kerja kolaboratif ini dilakukan dengan satu tujuan utama: memastikan tidak ada satu pun yang tertinggal dalam proses pembangunan.

Catatan akhir tahun ini disusun sebagai refleksi perjalanan LP2M sepanjang 2025. Ia merekam kerja-kerja yang dilakukan, kolaborasi yang dirajut, serta harapan yang tumbuh—dari nagari hingga ruang-ruang kebijakan.

Tahun 2025 dalam Lanskap Kerja LP2M

Tahun 2025 kembali menegaskan bahwa persoalan sosial tidak dapat diselesaikan secara parsial. Ketimpangan gender, praktik perkawinan anak dan usia di bawah 19 tahun, serta kerentanan ekonomi masyarakat saling terkait dan menuntut pendekatan lintas sektor.

Dalam konteks tersebut, LP2M hadir dengan cara kerja yang sederhana namun bermakna: mendengar suara komunitas, memperkuat posisi dan peran perempuan akar rumput, serta mempertemukan berbagai pihak untuk duduk bersama mencari solusi. Prinsip inklusi, kesetaraan dan keadilan gender, serta kolaborasi menjadi pijakan utama dalam setiap intervensi sepanjang 2025.

Bagi LP2M, perubahan besar selalu berangkat dari langkah-langkah kecil yang konsisten. Program INKLUSI pada 2025 difokuskan pada pencegahan perkawinan anak dan usia di bawah 19 tahun, penguatan kepemimpinan perempuan dan perempuan muda, serta transformasi cara pandang masyarakat terhadap relasi yang setara.

Melalui program ini, LP2M mendampingi komunitas perempuan akar rumput, perempuan muda, dan pemerintah daerah dalam upaya pencegahan perkawinan anak.

Salah satu capaian penting adalah tersusunnya Rencana Aksi Daerah Pencegahan Perkawinan Anak (RAD PPA) Kabupaten Padang Pariaman, yang menjadi pijakan kebijakan untuk memastikan perlindungan anak dan kesetaraan gender berjalan secara sistematis dan berkelanjutan.

Sepanjang tahun, Forum Komunitas Perempuan Akar Rumput (FKPAR) kembali aktif di tujuh kabupaten. Forum ini berfungsi sebagai ruang belajar bersama, berbagi pengalaman, sekaligus wadah untuk menyuarakan kepentingan perempuan dan anak di tingkat lokal.

Di sektor ekonomi, sembilan kelompok Credit Union (CU) dan koperasi perempuan tumbuh sebagai ruang saling menguatkan. Bagi banyak perempuan, kelompok ini tidak hanya menjadi sarana penguatan ekonomi, tetapi juga ruang untuk membangun keberanian berbicara dan mengambil peran dalam komunitas.

Upaya perubahan nilai juga diperkuat melalui dialog dengan tokoh adat dan tokoh agama. Sebanyak lima belas tokoh menyatakan sikap terbuka menolak praktik perkawinan anak dan usia di bawah 19 tahun—sebuah langkah signifikan di tengah kuatnya norma sosial yang selama ini dianggap lumrah.
Cerita perubahan juga hadir melalui Keluarga Pembaharu. Sembilan keluarga di tiga kabupaten menunjukkan bahwa pencegahan perkawinan anak dapat dimulai dari rumah, melalui komunikasi yang terbuka, keteladanan, dan keberanian mengambil sikap.

Saat Kolaborasi Menjadi Nyata

Tahun 2025 menandai semakin kuatnya kolaborasi lintas sektor melalui pendekatan Kemitraan Multi Pihak (Multi-Stakeholder Partnership/MSP). LP2M berperan sebagai penghubung, memastikan setiap aktor—pemerintah, lembaga negara, komunitas, hingga kelompok rentan—memiliki ruang yang setara untuk berkontribusi.

Di Kabupaten Pesisir Selatan, kolaborasi ini terwujud dalam pengembangan pertanian adaptif. Petani di Nagari Sungai Gayo Lumpo dan Sungai Sariak Lumpo mulai menerapkan metode tanam yang lebih ramah lingkungan dan adaptif terhadap perubahan iklim. Perempuan, petani muda, dan lansia terlibat aktif, membuktikan bahwa pertanian inklusif bukan sekadar wacana.

Dukungan Bank Indonesia dan mitra lainnya memperkuat inisiatif ini, mulai dari penyediaan alat pertanian hingga pembangunan rumah kompos. Bersamaan dengan itu, LP2M mendorong penguatan tata kelola melalui Dapur Kolaborasi SDGs dan proses penyusunan RAD SDGs di Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Agam, dan Provinsi Sumatera Barat.

Perjalanan sepanjang 2025 tidak lepas dari berbagai tantangan. Norma sosial yang telah mengakar, keterbatasan data terpilah berdasarkan gender dan ragam status sosial, serta keberlanjutan komitmen kemitraan menjadi persoalan yang terus dihadapi.

Namun, dari tantangan tersebut lahir beragam pembelajaran. LP2M melihat bahwa perubahan paling kuat sering kali bersumber dari kepemimpinan lokal, terutama perempuan yang berani mengambil peran. Pendekatan berbasis budaya Minangkabau, dialog yang setara, serta pemanfaatan media digital menjadi bagian dari inovasi yang terus dikembangkan.

Dampak yang Dirasakan Bersama

Dampak kerja LP2M sepanjang 2025 tidak hanya tercermin dalam angka, tetapi juga dalam perubahan sikap dan cara pandang. Perempuan semakin percaya diri terlibat dalam pengambilan keputusan; komunitas perempuan akar rumput, perempuan muda, dan kelompok rentan lainnya semakin terbuka membicarakan isu-isu sensitif; serta kolaborasi lintas sektor berjalan lebih cair dan setara.

Secara umum, kontribusi LP2M tercermin dalam beberapa capaian berikut:

  • Forum komunitas aktif, kelompok perempuan akar rumput dan perempuan muda tumbuh, serta kemitraan lintas pihak berjalan.

  • Meningkatnya partisipasi perempuan dan kelompok rentan dalam ruang publik.

  • Pengakuan dan legitimasi dari berbagai pihak, salah satunya melalui SDGs Action Awards 2025 yang diterima LP2M.

Menyongsong 2026 dengan Harapan

Menutup tahun 2025, LP2M melangkah ke tahun berikutnya dengan keyakinan bahwa perubahan adalah proses yang perlu dirawat bersama. Ke depan, LP2M akan terus memperluas praktik baik, memperkuat advokasi kebijakan, serta memanfaatkan ruang digital sebagai sarana berbagi pengetahuan dan penguatan gerakan.

“Perubahan tidak selalu lahir dari langkah besar, tetapi dari keberanian untuk terus berjalan bersama.”*



BACA JUGA