Alek Nagari Tikalak 2025: Merayakan Pengetahuan Danau dan Peran Perempuan di Singkarak

Jum'at, 21/11/2025 10:52 WIB

Nagari Tikalak, sumbarsatu.com — Nagari Tikalak merupakan salah satu nagari yang terletak di tepian Danau Singkarak, Kecamatan X Koto Singkarak, Kabupaten Solok. Danau terluas di Sumatera Barat ini menjadi salah satu poros daur hidup masyarakat di sekitarnya.

Di dalamnya hidup beragam makhluk yang kemudian menjadi komoditas mata pencaharian warga. Masyarakat mengelola dan menjaga sumber mata air ini secara bersama-sama, dan proses tersebut melahirkan berbagai kebiasaan serta budaya.

Ikan bilih—ikan endemik berukuran kecil—merupakan salah satu jenis ikan favorit masyarakat danau. Terdapat ragam pengetahuan lokal dalam mengelola dan menjaga ekosistem ikan ini, mulai dari teknik penangkapan, penggunaan teknologi, pengolahan hasil tangkapan, hingga cara masyarakat merayakannya.

Kekayaan pengetahuan ini menarik perhatian Rozi Erdus, putra Nagari Tikalak sekaligus seorang Daya Desa, sebutan untuk aktor kebudayaan desa yang diinisiasi oleh Kementerian Kebudayaan.

Dalam beberapa tahun terakhir, Rozi aktif menelusuri dan mengenali kembali pengetahuan warga di kampung halamannya. Pada akhir 2024, ia menggelar sebuah pameran presentasi hasil pemetaan budaya tersebut.

"Pameran itu menjadi panggung bagi ibu-ibu toke (pengepul) dan nelayan bilih untuk memperlihatkan bagaimana sirkulasi ekosistem bilih di Danau Singkarak bekerja serta bagaimana distribusinya berlangsung di pasar-pasar. Kegiatan ini membangkitkan semangat warga untuk memahami lebih jauh potensi yang mereka miliki," kata Rozi Erdus, dalam relis yang diterima sumbarsatu, Jumat (22/11/2025).

Tahun ini, Rozi bersama para pemuda serta dengan dukungan penuh Pemerintahan Nagari Tikalak mengusung sebuah festival atau alek nagari bertajuk Mangirai di Tapian.

Festival ini akan berlangsung pada 22–23 November 2025 di Lapangan Bola Kaki Nagari Tikalak. Gagasan tersebut terpilih sebagai salah satu program yang direalisasikan melalui Fasilitasi Aktivasi Pemanfaatan Potensi Budaya Desa dari Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia.

"Festival ini dirancang sebagai ruang ekspresi rasa syukur atas hasil alam Tikalak, khususnya danau, serta sebagai ruang temu warga untuk mentransfer pengetahuan, memperkuat silaturahmi, dan berdialog tentang pembangunan Nagari Tikalak melalui pendekatan kebudayaan," tambahnya.

Sebagai warga Nagari Tikalak, Rozi berupaya menyuguhkan perayaan pengetahuan lokal masyarakat tepian danau dengan melibatkan kelompok-kelompok warga secara aktif dalam pemajuan kebudayaan nagari. Beragam pengetahuan lokal tersebut meliputi teknik manjariang (menjaring ikan), teknik mamukek (memukat), teknik marawai, teknik menangkok pensi, dan banyak lagi.

Menurut Rozi, Alek Nagari: Mangirai di Tapian merupakan festival pertama yang dilaksanakan di Nagari Tikalak dalam sejarah. Momentum ini menjadi ruang bersama bagi para aktor kebudayaan dan kelompok warga untuk saling berbenah dan menyatakan identitas kebudayaan mereka kepada publik yang lebih luas.

Festival ini terdiri atas sejumlah rangkaian kegiatan. Salah satu kegiatan utama adalah demo masak 101 tungku yang menghadirkan ragam kuliner khas Danau Singkarak seperti pangek bilih, rendang bilih, bilih masiak, dan lainnya. Selain itu, terdapat kegiatan barararak (arak-arakan adat), pertunjukan kesenian warga, pameran catatan pemetaan budaya, pasar UMKM, dan berbagai acara lain.

Menjelang hari puncak festival, warga juga menggelar beberapa kegiatan internal seperti mauntang (memanen bilih dan pensi untuk kebutuhan komunal), duduak basamo (musyawarah adat), manggoro (gotong royong), manyiriah (mengundang tokoh), serta menghidupkan kembali malam bagurau anak mudo sebagai ajang silaturahmi masyarakat Nagari Tikalak.

Alek Nagari: Mangirai di Tapian juga memberikan sorotan khusus terhadap peran kelompok perempuan, terutama para ibu yang selama ini berperan penting dalam menjaga ekosistem budaya tepian danau.

Hadirnya kelompok Amak-amak Toke Bilih Tikalak mengangkat kisah keterlibatan perempuan dalam menopang perekonomian warga dan menjadi perpanjangan tangan nelayan dalam memasarkan hasil tangkapan ke pasar.

Sebelumnya, para ibu ini telah mengikuti lokakarya literasi media untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pengarsipan dan pendokumentasian aktivitas mereka sehari-hari dengan metode sederhana menggunakan telepon pintar dan media sosial. Hasil dokumentasi dan karya mereka akan dipamerkan dalam festival ini.

Direktur Bina SDM, Lembaga dan Pranata Kebudayaan Kementerian Kebudayaan, Irini Dewi Wanti, S.S., M.S.P., menyampaikan bahwa fasilitasi ini merupakan tindak lanjut dari Program Pemajuan Kebudayaan Desa yang melahirkan model desa budaya melalui tahap pembinaan, pengembangan, dan pemanfaatan kebudayaan desa melalui proses identifikasi objek pemajuan kebudayaan desa.

Kegiatan ini juga mendapat dukungan dari Pemerintah Daerah Kabupaten Solok, Komunitas Gubuak Kopi, serta berbagai komunitas di Sumatera Barat. Kali ini, Nagari Tikalak sebagai satu dari 152 desa yang masuk dalam Program Desa Pemajuan Kebudayaan mengangkat objek pemajuan kebudayaan yang berkembang pada sektor nelayan dan perikanan Danau Singkarak.

Rozi Erdus sebagai Daya Desa terpilih mengusung tema Perempuan, Nelayan & Danau Singkarak, yang diwujudkan melalui penyelenggaraan Alek Nagari: Mangirai di Tapian.ssc/rel



BACA JUGA