Padang, sumbarsatu.com— Setelah sukses menyelenggarakan Indonesia Performance Camp (IPC) 2024 yang menghadirkan seniman Butoh Mutsumi-Neiro dari Jepang–Yugoslavia, Indonesia Performance Camp kembali digelar pada 9–11 November 2025 di Fabriek Padang dan Pustaka Steva, Sumatera Barat.
Tahun ini IPC mengusung tema “Praktik Dramaturgi Postdramatic dalam Pertunjukan Kontemporer”, yang mengajak performer menelusuri tubuh sebagai arsip hidup—ruang pertemuan antara memori personal, tradisi, pengalaman sosial, dan gagasan artistik.
Dengan tema tersebut, IPC 2025 difokuskan untuk memperkuat kemampuan teknis, membuka ruang riset tubuh, serta mendorong eksplorasi artistik yang berpijak pada konteks budaya Sumatera Barat sekaligus relevan dengan percakapan global. Rangkaian kegiatan meliputi workshop, pertunjukan apresiasi, dan diskusi publik.
Penyelenggaraan IPC dilakukan secara kolektif oleh Indonesia Performance Syndicate (IPS) bersama Kalabuku, Komunitas Seni Nan Tumpah, Nusantara Art, Komunitas Seni Hitam Putih, Pustaka Steva, Teraseni, dan Fabriek Padang.
Menurut Wendy HS, pimpinan IPS, IPC berupaya menghadirkan ruang bagi performer untuk membaca ulang tubuh mereka—apa yang disimpan, diwarisi, dan dipertahankan—serta bagaimana tubuh dapat berbicara melampaui bentuk pertunjukan yang naratif dan konvensional.
“IPC berupaya menumbuhkan cara kerja seni yang reflektif, terstruktur, dan bertanggung jawab pada konteks budaya masing-masing performer,” ujar Wendy dalam relis yang diterima sumbarsatu, Jumat (7/11/2026).
Ia menambahkan, IPC 2025 memiliki tiga fokus utama: memperdalam kapasitas teknis performer, membuka ruang kolaborasi lintas disiplin, dan memperkuat regenerasi seni pertunjukan di Sumatera Barat.
Lokakarya Dramaturgi Postdramatik
Workshop ini dirancang sebagai ruang temu lintas komunitas yang membuka dialog setara antarpraktik seni. Peserta berasal dari berbagai latar—teater, tari, musik, hingga seni visual—yang akan belajar bersama, berbagi metode, dan membangun jejaring baru.
Melalui enam sesi, peserta diajak mengolah tubuh sebagai pusat penciptaan: tidak hanya memproduksi bentuk, tetapi memahami proses—bagaimana tubuh merekam keseharian, bereaksi terhadap ruang, menyimpan ketegangan sosial, dan merangkainya menjadi struktur pertunjukan kontemporer.
Workshop dipandu oleh Kai Tuchmann, dramaturg dan sutradara asal Jerman, serta Ibed S. Yuga dari Kalanari Theatre Movement, Yogyakarta.
Kai dikenal melalui praktik teater dokumenter yang menantang batas dokumentasi, sedangkan Ibed dikenal lewat eksplorasi ketubuhan dan penulisan lakon yang reflektif.
Pendekatan keduanya menciptakan lanskap latihan yang intens dan reflektif, memungkinkan peserta mengembangkan bahasa tubuh yang lebih jujur dan kontekstual.
“Lewat workshop ini, peserta diharapkan tidak hanya mengasah keterampilan tubuh, tetapi juga kemampuan bekerja kolektif, berbasis riset, dan peka terhadap ruang sosial-budaya di sekitarnya,” jelas Wendy.
Pertunjukan Apresiasi
Sebagai bagian dari program, IPC akan menghadirkan pertunjukan apresiasi pada 9 dan 10 November 2025 di ruang Exhibition Fabriek Padang.
- Minggu, 9 November 2025 – Soliloque Perburuan
Disutradarai Wendy HS (Indonesia Performance Syndicate), karya ini membaca ulang naskah legendaris Wisran Hadi melalui pendekatan tubuh dan pengalaman batin aktor. Pertunjukan menelusuri kegelisahan manusia Minangkabau dalam pergeseran nilai antara tradisi dan modernitas. - Senin, 10 November 2025 – Pintu
Disutradarai Yusril Katil, ditulis oleh T. Wijaya, Nasrul Aswar, dan Yusril Katil, produksi Komunitas Seni Hitam Putih Padangpanjang.
Karya ini merefleksikan kehidupan pascapandemi, ketika teknologi digital menciptakan ambang baru antara koneksi dan kesendirian—pintu yang tak lagi fisik, melainkan virtual.
Diskusi Publik
Selain workshop dan pertunjukan, IPC menghadirkan forum diskusi bertajuk “Membaca Tubuh, Membaca Zaman: Arah Seni Pertunjukan Kontemporer Indonesia” pada Senin, 11 November 2025, pukul 20.00 WIB di Pustaka Steva, Jalan Pagang Raya No. 37, Padang.
Forum ini melibatkan Kai Tuchmann, Ibed S. Yuga, Wendy HS, Tatang R. Machan, dan Mahatma Muhammad, dimoderatori Thendra BP. Diskusi ini menegaskan pentingnya melihat kerja tubuh sebagai kerja budaya dan pengetahuan yang berakar pada konteks sosial.
Kilas Balik Indonesia Performance Camp
Indonesia Performance Camp berawal pada 2019 melalui Padang Panjang Butoh Camp, hasil kolaborasi antara Indonesia Performance Syndicate (IPS) dan Shinonome Butoh Tokyo. Program ini mempertemukan teknik Butoh dengan Total Body Performance Method berbasis Tapuak Galemboang dan Silek Minangkabau.
IPC sempat terhenti akibat pandemi Covid-19, namun sejak 2024 kembali hadir sebagai laboratorium ketubuhan yang membuka ruang riset dan pertukaran artistik lintas generasi dan disiplin.
Memasuki 2025, IPC menegaskan posisinya sebagai ruang yang mendorong performer menemukan bahasa tubuhnya sendiri—berakar pada lokalitas, terbuka terhadap eksperimen, dan relevan dalam percakapan global.
Profil Penyelenggara
Indonesia Performance Syndicate (IPS)
Indonesia Performance Syndicate (IPS) adalah platform terbuka dan kolaboratif bagi praktik pertunjukan eksperimental dan lintas disiplin, berbasis di Padangpanjang dan Batusangkar, Sumatera Barat. IPS menghimpun seniman dari berbagai bidang—teater, tari, musik, seni visual, hingga media baru—serta individu dari luar bidang seni yang ingin mengeksplorasi nilai budaya lokal dalam konteks global. Melalui proses berbasis riset, IPS menumbuhkan lingkungan kreatif tempat tradisi dan kontemporer saling berjumpa.
Kalabuku
Kalabuku merupakan gerakan literasi teater dan pertunjukan yang berfokus pada penerbitan buku, kurasi dan laboratorium lakon, serta kuliah pertunjukan. Bernaung di bawah Kalanari Theatre Movement, Kalabuku hadir sebagai ruang kreasi dan diseminasi gagasan seni pertunjukan. Seluruh aktivitasnya digerakkan secara sukarela dan tanpa orientasi laba.
Komunitas Seni Nan Tumpah (KSNT)
Komunitas Seni Nan Tumpah adalah lembaga seni budaya independen yang berdiri di Padang pada 2009 dan diresmikan pada 2010. KSNT bergerak dalam penciptaan dan pemberdayaan seni pertunjukan tradisional dan modern—teater/randai, tari, musik—serta bidang seni rupa, seni media baru, sastra, literasi, dan kajian seni budaya. KSNT juga mengelola laboratorium seni di Padangpariaman, serta merancang program berkelanjutan berupa produksi seni pertunjukan, album musik puisi, diskusi, pelatihan, pameran, penerbitan karya tulis, hingga penyelenggaraan festival.
Nusantara Art
Nusantara Art adalah komunitas seni yang bergerak dalam bidang tata kelola dan produksi sejak 2016. Praktiknya menjangkau berbagai daerah—Palembang, Jambi, Padang, dan Bengkulu—dengan fokus mempermudah kerja komunitas kolektif dan organisasi seni melalui pendekatan manajerial yang adaptif dan kolaboratif.
Komunitas Seni Hitam Putih
Komunitas Seni Hitam Putih merupakan kelompok seni pertunjukan berbasis di Padangpanjang dan berdiri sejak 1997. Berakar dari Teater Plus di SMU Plus INS Kayu Tanam, kelompok ini dikenal melalui eksplorasi teater tubuh dan kebebasan peran anggotanya. Karya-karyanya telah dipentaskan di dalam dan luar negeri serta menerima sejumlah Hibah Seni Yayasan Kelola. Selain mencipta karya inovatif, mereka aktif berkolaborasi lintas disiplin dan terlibat dalam berbagai program budaya seperti JiFFest, In-Docs, dan Eagle Award.
Pustaka Steva
Pustaka Steva adalah komunitas yang bergerak di bidang literasi, budaya, seni, sastra, dan film. Selain melakukan riset, Steva menjadi ruang bagi kegiatan inspiratif, inklusif, dan berkemajuan yang mendorong daya analitis serta kreativitas masyarakat. Melalui kerja kolektif, Steva menumbuhkan budaya membaca dan menghadirkan ruang aman untuk bertukar pikiran serta menyampaikan aspirasi secara bebas dan bertanggung jawab.
Sejak berdiri pada 2021, Steva secara rutin menggelar diskusi, bedah buku, pelatihan, pemutaran film, panggung bebas, kelas kreatif, serta kolaborasi lintas komunitas dan lembaga. Steva juga mengelola ruang baca dengan koleksi berkualitas, memperluas akses publik terhadap literasi, dan membangun suasana membaca yang hangat dan menyenangkan.
Teraseni
Teraseni adalah lembaga yang berkiprah dalam pengembangan ekosistem seni budaya dan berbasis di Padangpanjang. Fokus kegiatannya mencakup pendampingan komunitas seni, riset kebijakan budaya, serta fasilitasi kerja kolaboratif antarpraktisi seni di Sumatera Barat.
Fabriek Padang
Fabriek Padang merupakan ruang artistik terbuka bagi komunitas dan pelaku UMKM sejak 2022. Bangunan ini dulunya merupakan pabrik seng milik PT Poyguna Nusantara yang berdiri pada 1971. Kini, Fabriek Padang bertransformasi menjadi ruang kreatif yang menampung berbagai kegiatan seni, pameran, pertunjukan, dan interaksi lintas disiplin. ssc/rel