Forum TBM Raih Penghargaan di Hari Aksara Internasional

Selasa, 30/09/2025 10:08 WIB
Dr. Nerot Taopik, MPd, Ketua Pengurus Pusat Forum TBM seusai menerima penghargaan dari Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, bertempat di Gedung Plasa Instan Berprestasi (Gedung A), Komplek Kemendikdasmen, Senayan, Jakarta. Jumat (26/09/2025) lalu.

Dr. Nerot Taopik, MPd, Ketua Pengurus Pusat Forum TBM seusai menerima penghargaan dari Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, bertempat di Gedung Plasa Instan Berprestasi (Gedung A), Komplek Kemendikdasmen, Senayan, Jakarta. Jumat (26/09/2025) lalu.

Jakarta, sumbarsatu.com — Forum Taman Bacaan Masyarakat (Forum TBM) meraih penghargaan dari Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah atas dedikasi serta kontribusinya dalam percepatan penurunan angka buta aksara di Indonesia.

Penghargaan tersebut diserahkan dalam rangkaian Peringatan Hari Aksara Internasional (HAI) ke-59 yang berlangsung di Gedung Plaza Insan Berprestasi, Kompleks Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, Senayan, Jakarta, Jumat (26/9/2025).

Ketua Umum Forum TBM Nerot Taopik atau yang akrab disapa Kang Opik menegaskan bahwa capaian ini bukan hanya hasil kerja pengurus pusat, melainkan buah dari kolaborasi seluruh pengurus wilayah dan daerah, serta ribuan pengelola TBM di akar rumput.

“Keberhasilan ini adalah hasil gotong royong. TBM di seluruh Indonesia menjadi garda terdepan dalam mendampingi masyarakat, dari Aceh hingga Papua, untuk mengakses literasi dasar,” kata Kang Opik, Selasa (30/9/2025) kepada sumbarsatu.

Jejaring TBM dan Komitmen Literasi

Saat ini Forum TBM menaungi 3.928 TBM aktif di berbagai daerah. Setiap TBM mengembangkan metode pembelajaran kontekstual sesuai dengan budaya dan karakter masyarakat setempat. Selain mengajarkan keterampilan dasar seperti membaca, menulis, dan berhitung, TBM juga menjadi pusat kegiatan komunitas yang menumbuhkan budaya literasi.

Sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) 2015–2030, khususnya target 4.6, Forum TBM terus mengawal upaya pemerintah menuntaskan buta aksara pada 2030. 

“Kemampuan membaca dan menulis adalah fondasi penting bagi peningkatan kualitas manusia, partisipasi ekonomi, serta inklusi sosial,” tulis Forum TBM dalam pernyataannya.

Indonesia menempatkan pemberantasan buta aksara sebagai prioritas nasional sejak Presiden Soekarno mencanangkan program ini pada 14 Maret 1948. Upaya tersebut berlanjut melalui berbagai kebijakan, termasuk Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2005 tentang Gerakan Nasional Percepatan Wajib Belajar 9 Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) 2024, angka buta aksara penduduk usia 15–59 tahun berhasil ditekan menjadi 0,92% atau sekitar 1,9 juta orang. Angka ini menunjukkan kemajuan signifikan meski masih menyisakan pekerjaan rumah di daerah-daerah dengan tingkat buta aksara tinggi. 

Dalam peringatan HAI ke-59, selain Forum TBM, pemerintah juga memberikan apresiasi kepada tiga organisasi mitra lainnya: Forum Komunikasi PKBM, Ikatan Pamong Belajar Indonesia, dan Asosiasi Tutor Pendidikan Kesetaraan Nasional.

Penghargaan juga diberikan kepada sejumlah pemerintah daerah yang dinilai berkomitmen dalam pengentasan buta aksara. Mereka adalah Kabupaten Yahukimo (Papua Pegunungan), Kabupaten Jeneponto (Sulawesi Selatan), Kabupaten Landak (Kalimantan Barat), Kabupaten Jember, serta Provinsi Jawa Timur.

Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus, serta Direktorat Pendidikan Nonformal dan Informal (PNFI) menegaskan pentingnya sinergi pemerintah, masyarakat, dan mitra organisasi dalam menuntaskan buta aksara.

“Kolaborasi adalah kunci. Pemerintah tidak bisa berjalan sendiri, melainkan bersama komunitas yang selama ini bekerja langsung di lapangan,” kata perwakilan Kementerian dalam acara tersebut.

Forum TBM menegaskan akan terus memperkuat gerakan literasi masyarakat dan mendukung target nasional pemberantasan buta aksara.

Perjalanan Forum TBM

Forum Taman Bacaan Masyarakat (Forum TBM) resmi berdiri pada 11 Juli 2005 di Solo. Kelahiran organisasi ini tidak terlepas dari inisiatif Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang saat itu mengundang para aktivis literasi untuk merumuskan wadah nasional bagi Taman Bacaan Masyarakat (TBM) di Indonesia.

Ketua pertama Forum TBM adalah Zulkarnaen dari Jawa Barat. Pada masa awal kepemimpinannya, Kang Zul—sapaan akrabnya—fokus membangun struktur organisasi.

Ia menginisiasi pembentukan Pengurus Wilayah (PW) dan Pengurus Daerah (PD) Forum TBM di berbagai daerah. Program utama periode awal adalah sosialisasi, silaturahmi, dan konsolidasi jaringan.

Lima tahun kemudian, Forum TBM menggelar Musyawarah Nasional (Munas) di Yogyakarta, yang memilih Gol A Gong sebagai ketua. Di bawah kepemimpinan Gol A Gong, TBM semakin dikenal luas oleh masyarakat. Ia gencar memperkenalkan gerakan TBM, sehingga kegiatan literasi tumbuh subur, baik yang digerakkan pemerintah maupun inisiatif mandiri para pengelola TBM. Masa ini menjadi tonggak penting pengenalan TBM sebagai gerakan literasi akar rumput.

Pada Munas 2015 di Jakarta, Forum TBM kembali berganti kepemimpinan. Firman Venayaksa (Firman Hardiansyah) terpilih secara aklamasi sebagai ketua. Firman menghidupkan kembali gagasan “Indonesia Membaca”, sebuah konsep advokasi literasi yang sebenarnya telah dicetuskan Wien Muldian dan rekan-rekan sejak 2001. Di bawah kepemimpinan Firman, Forum TBM memperkuat jejaring, melakukan advokasi kebijakan literasi, dan memperluas kerja sama lintas komunitas.

Pada Munas Forum Taman Bacaan Masyarakat (Forum TBM) tahun 2025,  Nerot Taopik  terpilih sebagai Ketua Umum Forum TBM untuk periode keduanya 2025-2030. 

Nerot Taopik adalah pendidik dan aktivis literasi yang konsisten mendorong penguatan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) sebagai garda depan gerakan literasi di Indonesia.

Ia memiliki latar belakang akademik di bidang pendidikan dan telah lama berkecimpung dalam pengembangan literasi berbasis komunitas. Selama periode pertamanya sebagai Ketua Umum Forum TBM (2020–2025),

Opik berhasil memperluas jaringan TBM hingga ke pelosok daerah, menginisiasi program pelatihan pengelola TBM, serta memperkuat advokasi agar TBM mendapat perhatian lebih dalam kebijakan pemerintah.

Keberhasilan ini mengantarkannya kembali dipercaya memimpin Forum TBM untuk periode kedua, 2025–2030. Dengan pengalaman kepemimpinan dan jejaring nasional yang kuat, ia diharapkan dapat melanjutkan program strategis sekaligus merespons tantangan baru dunia literasi di era digital.

Visi Forum TBM 2025–2030

Di bawah kepemimpinan Opik, Forum TBM menegaskan visinya sebagai gerakan literasi berbasis komunitas yang inklusif, berkelanjutan, dan adaptif terhadap perkembangan zaman. Beberapa fokus utamanya antara lain:

  1. Penguatan Kapasitas TBM – memberikan pelatihan, pendampingan, dan dukungan manajerial bagi pengelola TBM agar lebih mandiri.

  2. Literasi Digital – mendorong TBM untuk bertransformasi dengan memanfaatkan teknologi sebagai sarana membaca, menulis, dan berkarya.

  3. Inklusi Sosial – memastikan akses literasi dapat menjangkau kelompok marjinal, daerah tertinggal, dan komunitas rentan.

  4. Kolaborasi Multi-Pihak – membangun sinergi dengan pemerintah, dunia usaha, media, dan komunitas kreatif untuk memperluas dampak TBM.

  5. Advokasi Kebijakan – memperjuangkan posisi TBM sebagai mitra strategis pemerintah dalam meningkatkan indeks literasi nasional.

Perjalanan panjang Forum TBM menunjukkan konsistensinya dalam meningkatkan budaya literasi di Indonesia. Kini Forum TBM menaungi ribuan TBM dengan beragam nama dan bentuk—mulai dari Taman Baca, Rumah Literasi, Rumah Belajar, hingga ruang baca berbasis komunitas adat—yang hadir sesuai karakter daerah masing-masing. ssc/mn



BACA JUGA