Sutan Zaili Asril, Pekerja Keras dan Visioner Pers

Sabtu, 20/09/2025 16:19 WIB
Sutan Zaili Asril

Sutan Zaili Asril

H SUTAN ZAILI ASRIL (1955-2016) acap disapa “Zai” adalah wartawan kawakan, sastrawan, dan budayawan. Ia sosok pekerja keras dan visioner dalam pengembangan usaha pers. Ia memilik andil membesarkan surat kabar Padang Ekspres yang kelak menjadi sebuah grup media terbesar (Grup Padang Ekspres) di Sumatra Barat. Dalam dunia kepenulisan kreatif, ia menghasilkan lima novel dan esai-esai di kolom “Cucu Magek Dirih”.

Sutan Zaili Asril lahir 17 Mei 1955 di Korong Kiambang, Kanagarian Pakanbaru, Kecamatan 2 x 11 Enam Lingkung, Padang Pariaman dari pasangan Sutan Alilusin Tuanku Kuniang dan Saribanun. Ia bersuku Sikumbang dengan 9 bersaudara.

Ia menyelesaikan SD Lubuk Pandan (1969), lalu “merantau” melanjutkan ke Pendidikan Guru Agama Islam (PGAI) Padang (1974). Di masa sekolah PGAI, ia sudah mulai menulis cerita pendek dan puisi yang dimuat di ruang seni budaya surat-surat kabar yang terbit di Padang. Setamat PGAI, ia melanjutkan ke IAIN Imam Bonjol Padang (1978) sembari bekerja di beberapa toko di Kota Padang.

Ketertarikannya dunia tulis menulis dan kewartawanan makin terasah setelah ia bersama Fachrul Rasyid HF (wartawan Tempo dan Gatra) dan Yulizar Yunus (dosen UIN Imam Bonjol) mengelola media mahasiswa Suara Kampus. Ia banyak menulis reportase aktivitas mahasiswa, bukan saja di lingkungan kampusnya tapi juga di Unand dan IKIP (kini UNP). Selain sebagai jurnalis mahasiswa, ia aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).

Gemblengan di media Suara Kampus inilah kelak jadi dasar baginya menerjuni dunia jurnalistik dan pers secara profesional. Dua tahun setelah menyelesaikan studinya di IAIN Imam Bonjol, tahun 1980, di bawah asuhan wartawan senior harian Kompas, Marthias Dusky Pandoe, ia menjadi wartawan Kompas, sebuah surat kabar terbesar di Indonesia.

Karena capaian dan kinerjanya memuaskan, pada 1983 Kompas menempatkannya di Priovinsi Riau. Di Riau, kariernya sebagai seorang wartawan profesional terwujud. Tak sedikit hasil liputannya mewarnai halaman depan (headline) di surat kabar Kompas. Lebih kurang lima tahun ia menunaikan tugas profesionalnya di Riau. 

Kariernya kian bersinar. Pada November 1987, ia bersama seniornya (Marthias Dusky Pandoe, Valens Zebua dan Herman Darmo), membidani lahirnya harian Sriwijaya Post, yang diambil alih Kompas Gramedia Grup yang sebelumnya bernama Radar Selatan. Ia ditunjuk sebagai Pemimpin Redaksi Harian Sriwijaya Post. Di tangan dinginnya dengan strategi yang cemerlang, Sriwijaya Post, menjadi surat kabar harian terbesar di Sumatra Selatan hingga sekarang.  

Karakternya yang selalu mencari tantangan sembari belajar terus menerus, pada awal 1991, ia bersama sejumlah rekannya keluar dari jajaran Kompas Gramedia Grup, antara lain Azkarmin Zaini, Purnama K., dan Sudirman Tebba. Mereka pindah surat kabar Pelita yang terbit di Jakarta dengan manajemen baru di bawah Grup Bakrie. Tapi, ia tak bertahan lama di Pelita, lalu ditugaskan menerbitkan sebuah surat kabar baru di Bali, Nustra Pos. Surat kabar ini mendapat respons yang positif masyarakat Bali, Nusa Tenggara Barat dan Timur. Lalu di akhir tahun 1990-an, mencoba menata manajemen Harmoni sebuah majalah bernuansa islami di Jakarta tapi tak begitu sukses.

Sebelum diajak bergabung dengan Riau Pos Group, pada tahun 1998 di Pekanbaru ia sudah mulai merintis penerbitan majalah Madani, tapi tidak dilanjutkan karena memilih tawaran sahabatnya Rida K. Liamsi. Komitmennya mendirikan harian Padang Ekspres untuk kemajuan Sumatra Barat dan Minangkabau.

Pada 25 Januari 1999, surat kabar harian Padang Ekspres terbit perdana. “Kapal” yang dinakhodai Sutan Zairi Asril ikut serta di dalamya Amril Noor (Project Officer Padang Ekspres), Jayusdi Effendi, Wiztian Yoetri, Firdaus, Oktaveri tiga nama terakhir ini pernah menjadi Pemimpin Redaksi Padang Ekspres, dan ada juga Ahmad Zubeir dan Erisman.

Tidak memakan waktu lama, hasil kerja keras timnya, harian Padang Ekspres melesat sebagai surat kabar yang berpengaruh dan menjadi terbesar di Sumatra Barat. Selanjutnya, harian Padang Ekspres melahirkan koran yang segmentatif: Harian Posmetro Padang lahir pada 12 April 2001, Harian Umum Rakyat Sumbar (1 Juni 2010), sedangkan media elektronik Padang TV pertama kali mengudara pada 1 Maret 2007, beberapa media daring serta percetakan Padang Graindo. Posisi tertinggi yang dijabat Suran Zaili Asril ialah CEO Grup Padang Ekspres. Di luar itu, ia pernah menerbitkan “Majalah Analisis dan Pemikiran” SAGA tapi tidak bertahan lama.

Di Harian Padang Ekspres, setiap edisi Minggu ia menulis di kolom “Cucu Magek Dirih”. Esainya ini menyoroti perkara yang ia nilai susbtantif dan penting bagi masyarakat Sumatra Barat. Ciri “khas” tulisannya ini ialah penggunaan tanda baca garis miring yang begitu banyak sehingga ia secara bercanda dijuluki kolomnis “garing”.

Dalam dunia kepenulisan kreatif, Sutan Zaili Asril menghasilkan 5 novel yang diluncurkannya pada Jumat (21/12/2012) di Kota Padang. Inilah pertama kali dalam sejarah sastra Indonesia lima novel diluncurkan sekaligus. Lima novel itu Revolusi Kaum Guci, Jalan Terjal dan Berliku, Mimpi-mimpi Myan (novel trilogi), Prahara di Surau Kaki Bukik dan Penelokan. Novel ini dibahas sastrawan Darman Moenir. Sebelumnya, bersama Yayasan Alam Takambang Jadi Guru, beberapa buku ditulisnya. Kini ada 4 naskah buku yang sudah selesai ditulisnya soal pers dan kebudayaan Minangkabau namun belum sempat terbit.

Semasa hidupnya, Sutan Zaili Asril pernah mendapat penghargaan “Indonesian Best Leadership Achievement Award 2014” (Penghargaan Kepemimpinan Terbaik Indonesia 2014) dari Yayasan Citra Prestasi Anak Bangsa Indonesia.

Perkawinannya dengan Desnayetti dikaruniai 4 orang anak: M. Yasser Arafat, M. Iqbal Haikal, Putri Soonia Zasdessia, dan M. Hasanal Bolkia dengan 6 orang cucu. Ia tinggal bersama keluarga di Kompleks Taman Bunga Residence, Padang. Sutan Zaili Asril berpulang Senin 11 Januari 2016 di Padang.  Ia dikebumikan, Selasa 12 Januari 2016 pandam pekuburan keluarga di Korong Kiambang, sebelah pusara Uminya.

BACA: Mantan COO Grup Padang Ekspres Sutan Zaili Asril Meninggal Dunia

“Tulisan lebih panjang usianya daripada penulisnya, dibaca terus menerus dari generasi ke generasi kendati penulisnya telah tiada,” kata Sutan Zaili Asril sepekan jelang ia berpulang. (nasrul azwar)

 

Bacaan
OBITUARI: Kegelisahan Sutan Zaili Asril https://sumbarsatu.com/berita/11916-obituari-kegelisahan-sutan-zaili-asril
Hasril Chaniago (Editor): 121 Wartawan Hebat dari Ranah Minang & Sejumlah Jubir Rumah Bagonjong, Penerbit Panitia Daerah Hari Pers Nasional, Biro Humas Setda Provinsi Sumatra Barat,  2018



BACA JUGA