INS Kayutanam: Ruang Pendidik Membentuk Manusia Tangguh Berjiwa Militan

97 TAHUN INS KAYUTANAM

Selasa, 31/10/2023 06:29 WIB
INS

INS

OLEH Indra Utama, S.Kar., M.Hum., Ph.D (Ketua Harian Yayasan Badan Wakaf Ruang Pendidik INS Kayutanam)

 

Alhamdulillah ..

Alhamdulillahilladzi  Arsala Rasulahu bilhudaa wa Diinilhaq Liyuzhirahu ‘Aladdin Kullihi wa Lawkarihal Musyikuun. Asyahadu Alla Illaaha Illallah Wahdahu Laa Syarikalah, Waasyhadu Anna Muhammadan ’Abduhuu Warosuuluh. Allahummah  Sholli ‘Ala Muhammad, Wa ‘Ala Aali  Muhammad, Laa Nabiyya Ba’dah, Amma Ba’du. 

Assalamu’ alaikum Warohmatullahi Ta’ala wa Barokaatuh

Yang saya hormati dan saya banggakan, Prof. dr. Fasli Jalal, Sp.GK., Ph.D, Ketua Dewan Pembina Yayasan Badan Wakaf Ruang Pendidik INS Kayutanam beserta seluruh Anggota Dewan Pembina Yayasan Badan Wakaf Ruang Pendidik INS Kayutanam.

Yang saya hormati dan saya banggakan, Bapak Dr H Suherman Saleh, Ak., M.Sc., CA, Ketua Yayasan Badan Wakaf Ruang Pendidik INS Kayutanam beserta seluruh pengurus Yayasan Badan Wakaf Ruang Pendidik INS Kayutanam.

Yang saya hormati, kami cintai dan kami banggakan, Uni Elvira Sjafei, Putri kandung kepada Engku Mohammad Sjafei

Yang saya hormati dan saya banggakan, Ibu Ermizar, Sp.D., M.Si, Kepala Sekolah SMA INS Kayutanam

Yang saya hormati dan saya banggakan. Saudara Drs. Eddy Waldy, Ketua Umum Ikatan Alumni INS Kayutanam (IKARPINS) beserta seluruh jajaran Pengurus IKARPINS serta alumni INS yang sempat hadir pada hari yang berbahagia ini.

Yang saya hormati dan saya banggakan. Guru-guru, para pendidik yang selalu bertungkuslumus mendidik anak-anak INS yang tidak hanya membimbing siswa di kelas, tetapi juga mendampingi mereka dalam berbagai kegiatan di INS.

Yang saya cintai, adik-adik kami, anak-anak kami siswa INS yang saya lihat selalu bersemangat di dalam proses menjalani pendidikan di kampus INS yang sangat kita cintai ini.

Bapak-bapak, ibu-ibu, dan para hadirin semuanya.

Pertama-tama, izinkan saya memperkenalkan diri di hadapan bapak-bapak dan ibu-ibu dan para hadirin semuanya. Nama saya Indra Utama, S.Kar., M.Hum., Ph.D. Saya adalah alumni INS tahun 1973 sehingga 1979. Saya menjalani pendidikan di INS selama 6 tahun mulai selepas tamat Sekolah Dasar di Padangpanjang. Ketika memulai masa Pendidikan di INS itu usia saya baru mencapai 12 tahun sehingga menamaykan pendidikan pada tahun 1979 dalam usia 19 tahun. Selama 6 tahun saya menjalani pendidikan dan kehidupan di asrama bersama teman-teman sebaya yang semuanya laki-laki. Masa itu, siswa INS tidak menerima siswa perempuan. Namun jauh sebelum itu, ayah saya Boestanoel Arifin Adam, adalah juga alumni INS seangkatan dengan Bapak Ali Akbar Navis dan Bapak Hasnan Habib di bawah asuhan Engku Mohd. Sjafei.

Selanjutnya, saya ingin mengucapkan jutaan terimakasih kepada Prof. dr. Fasli Jalal dan Dr. Suherman Saleh beserta seluruh pengurus Yayasan Badan Wakaf Ruang Pendidik INS Kayutanam di atas amanah yang diberikan kepada saya untuk memangku jabatan Ketua Harian Yayasan Badan Wakaf Ruang Pendidik INS di Kampus INS Kayutanam. Amanah yang diberikan kepada saya, pada hakekatnya adalah kepercayaan yang diberikan kepada alumni INS untuk dapat memberikan kontribusi yang nyata kepada almamaternya bagi kemajuan INS sesuai cita-cita Engku Mohd. Sjafei. Mewakili semua alumni INS, saya menyampaikan ucapan terima kasih di atas kepercayaan yang telah diberikan ini. Kami para alumni yang berada di bawah organisasi Ikatan Alumni Ruang Pendidik INS (IKARPINS) Kayutanam berjanji akan terus meningkatkan bhakti kami untuk kejayaan almamater kami dengan sebaik-baiknya.

Bapak-bapak, Ibu-ibu dan para hadirin yang saya hormati.

Mengamati, mempelajari dan pernah merasakan secara langsung sistem pendidikan yang diterapkan di INS ini, saya merasakan bahwa INS adalah lembaga pendidikan yang melahirkan manusia-manusia tangguh, militan, tidak mudah menyerah, mandiri, suka bekerja keras, sabar, berakhlak dan berinovasi. Sebab, prinsip dasar pendidikan di INS adalah kepada pembentukan karakter manusianya melalui berbagai bidang-bidang kegiatan terpilih yang disediakan serta sesuai dengan tuntutan zaman. Pemilihan bidang kegiatan itu merupakan keputusan dari setiap siswa terdidik sesuai minat dan talentanya masing-masing. Siswa dapat menetukan sendiri dimana mereka akan menunjukkan jatidirinya. Di dalam sistem pendidikan INS, pembentukan karakter siswa adalah sejalan dengan bidang kegiatan yang dipilih dan diminatinya itu.

Tentu saja tidak mudah melahirkan manusia-manusia tangguh seperti yang dinyatakan tersebut. Diperlukan proses yang secara terus menerus dikelola dengan baik, ikhlas, memberi tuntunan, memberi contoh yang baik, dan membimbing dari para pendidik sesuai minat masing-masing siswa yang belajar di INS.

Dalam proses pendidikan di INS, subjek mesti menjadi dirinya sendiri, bukan menjadi apa yang diinginkan oleh orang di luar dirinya. Kewajiban para pendidik atau guru di INS lebih banyak menjadi mentor, motivator dan pembimbing secara langsung agar peserta didik tekun dan sabar di dalam menjalani proses pembentukan jatidirinya.

Oleh karena kata kuncinya adalah melahirkan manusia-manusia tangguh, mandiri dan memiliki jiwa militan, maka dalam sistem pendidikan INS semua anak manusia dipandang memiliki talenta dan kelebihannya masing-masing sesuai dengan minatnya, yang dapat dibina agar sedia berdiri di kaki sendiri sesuai potensi diri yang dimiliki oleh masing-masing diri mereka tersebut.

Masalahnya sekarang adalah, bagaimana cara menggali potensi diri para siswa, bagaimana cara mengenali kelebihan atau minat dari masing-masing siswa INS itu? Pertanyaan ini lah yang sebenarnya mesti dijawab oleh para pendidik di INS untuk dapat menentukan arah bimbingan sesuai minat dari para siswa INS tersebut.

Dengan demikian, para pendidik di INS tidak boleh menganggap bahwa siswa yang belajar di INS memiliki minat yang seragam untuk kemudian dididik dengan cara yang seragam pula. Itulah sebabnya, INS tidak disebut sekolah. Lembaga ini dinamakan Ruang Pendidik meskipun unsur akademik yang menjadi ciri sebuah sekolah menjadi bahagian terpenting pula dalam sistem pendidikan di INS.

HakIkat dari nama INS itu sendiri adalah Ingat Nasip Sendiri. Itulah INS!!! Namun sejalan dengan perkembangan situasi sejak zaman penjajahan, nama INS dikamuflase menjadi Indonesische Netherland School pada zaman penjajahan Belanda, kemudian menjadi Indonesia Nipon Sekolah pada zaman penjajahan Jepang, dan terakhir disebut Institut Nasional Sjafei.

Oleh karena dalam pandangan INS semua manusia memiliki kelebihannya masing-masing yang dapat dibina menjadi manusia tangguh dan militan sesuai minat dan kelebihannya sendiri-sendiri, maka penerimaan siswa INS pun tidak memandang dari mana mereka berasal, juga tidak memandang apakah calon siswa memiliki cacat secara fizikal atau berasal dari yang sebelumnya tidak diterima di sekolah lain. Apapun alasannya, INS tidak akan menolak kedatangan anak-anak usia sekolah untuk belajar di INS. Setiap calon siswa di INS tidak boleh pula dinilai sebagai input yang tidak berkualitas meskipun berasal dari siswa yang tidak diterima di sekolah lain. INS beranggapan “tidak ada manusia yang bodoh, tetapi mungkin saja mereka belum mendapatkan pembimbing yang sesuai.”

Melihat dari sejarah perjalanan Ruang Pendidik INS sejak berdirinya tanggal 31 Oktober 1926, terbukti INS telah melahirkan alumni yang dibanggakan dalam berbagai bidang kehidupan. Ada yang berprofesi sebagai seniman, sastrawan, wartawan, politisi, diplomat, kepala daerah, kontraktor, pengusaha, dosen, ilmuwan dan lain sebagainya. Engku M. Sjafei mengatakan “buah mangga tidak dapat dituntut untuk menghasilkan manisnya buah rambutan, tetapi jadikan lah setiap buah memiliki rasa manis dengan keciriannya masing-masing.”

Barangkali kita semua sependapat, bahwa negara ini memerlukan sosok anak bangsa yang tangguh, memiliki jatidiri yang kukuh, memiliki akhlak mulia, sabar dan tekun dalam bekerja, jujur dan memiliki komitmen untuk menyelesaikan pekerjaannya. Mengikut konsep pendidikan Engku Mohd. Sjafei, hal tersebut dapat diwujudkan sejak mereka masih kecil. Justeru karena itu, pendidikan di INS dulunya dimulai sejak siswa tamat Sekolah Dasar seperti yang saya dan kawan-kawan alami sendiri, yaitu sekitar umur 12 tahun. Kami dididik selama enam tahun setingkat SMP dan SMA sehingga berumur sekitar 18-19 tahun. Proses pendidikan yang dijalankan adalah melalui kehidupan bersama di asrama. INS beranggapan bahwa karakter anak-anak dapat dibentuk sesuai minat mereka masing-masing pada rentangan umur 12 sehingga 18 tahun itu.

Di INS, siswa dididik selama 24 jam/sehari. Mereka dibimbing bertungkuslumus di dalam kampus seluas 18Ha ini dengan berbagai macam kegiatan, baik dalam bidang akademik, sosial dan kerohanian, serta keterampilan. Selama dalam masa pendidikan itu, siswa dibimbing, didampingi, dan diarahkan oleh para pendidik yang juga berdomisili di dalam kampus. Para pendidik tidak boleh berlepas tangan terhadap perkembangan jiwa para siswa meskipun tugas mereka sebagai guru di kelas sudah selesai pada siang hari. Ibaratkan hubungan orangtua dengan anaknya, maka di luar kelas itu hubungan tersebut tidak lagi berupa hubungan formal guru dengan siswa, tetapi telah berobah menjadi hubungan orangtua dengan anak-anaknya.

Engku M. Sjafei sangat menyadari bahwa setiap anak memiliki potensi diri yang masing-masingnya dapat dilatih, dididik, dan dikembangkan menjadi seseorang yang tangguh dan berjiwa militan. Di dalam diri setiap manusia ada unsur otak, hati, dan tangan yang kalau dilatih dan dibimbing dengan baik akan menghasilkan kekuatan diri yang tidak mudah menyerah. Melatih atau mendidik kemampuan otak dilaksanakan melalui proses belajar di kelas. Melatih atau mendidik potensi hati dilaksanakan melalui kegiatan sosial dan kerohanian. Melatih atau mendidik potensi tangan dilaksanakan melalui kegiatan keterampilan yang dapat menghaluskan jiwa, mengembangkan imajinasi, mengaktualisasikan mimpi-mimpi sekaligus membuat badan sehat seperti kegiatan keramik, anyaman, tukang kayu, tukang bangunan, kesenian, olahraga, perikanan, peternakan, perkebunan, dan lain sebagainya.

Secara akademik istilah unsur otak, hati dan tangan itu disebut kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ketiga-tiga unsur potensi manusia itu menjadi sasaran penting untuk dilatih dan dididik dengan metode pendidikan saling berkait secara bersamaan. Oleh hal demikian, setiap siswa yang datang belajar di INS diibaratkan masuk dari pintu gerbang yang sama, tetapi keluar dari pintu yang berbeda sesuai minat dan kemampuannya masing-masing. Ada yang berprofesi sebagai tukang perabot dengan inovasi model dan ukiran hasil ciptaannya sendiri, menjadi pelukis, pematung, sastrawan, pemain musik, aktor drama, penari, pemain bola, perenang, berkebun, beternak, dan bagi yang ingin melanjutkan ke perguruan tinggi mereka pun memiliki peluang pula untuk lanjut di berbagai perguruan tinggi.

Dalam hal ini, INS tidak bertujuan untuk menghasilkan output yang sama seperti lulusan sekolah-sekolah menengah yang kita kenal. Sebab, output Ruang Pendidik INS adalah terpulang kepada pilihan minat masing-masing siswa.

Untuk melaksanakan program pendidikannya INS pun telah memiliki fasilitas yang lengkap di lahan seluas 18Ha. Lahan tersebut dibagi dalam tiga area besar. Pertama, adalah area untuk kegiatan akademik dan keterampilan berupa ruang-ruang belajar, bengkel-bengkel dan studio-studio seni. Kedua, adalah area untuk tempat tinggal siswa berupa asrama dan rumah kediaman untuk tempat tinggal para pendidik. INS pula melengkapi fasilitasnya dengan ruang makan, dapur umum dan mesjid. Dan ketiga, adalah area untuk kegiatan pertanian, perikanan, peternakan dan olahraga.

Di lahan seluas 18 hektare dengan fasilitas yang sangat memadai itu para siswa mendapat peluang sangat besar untuk meluahkan kegelisahan kreativitasnya bagi menemukan jatidirinya masing-masing. Memang ada di antara siswa yang malas untuk bergerak, malas bekerja, malas bereksplorasi dan malas berinovasi. Biasanya mereka merupakan anak-anak yang dimanjakan di dalam kehidupan keluarganya. Apa yang diinginkan selalu didapatkan tanpa usaha. Justru di sanalah tantangan para pendidik INS untuk mendampingi, memotivasi, memberi arahan, memberi nasehat dan membimbing para siswa tersebut sehingga mereka menemukan jatidirinya. Melihat kenyataan demikian, INS tidak hanya dapat dinyatakan sebagai lembaga pendidikan ideal untuk melahirkan manusia-manusia tangguh, mandiri dan berjiwa militan, tetapi juga dapat menjadi sekolah bagi memenuhi kehendak sebahagian orangtua siswa yang menginginkan anaknya dapat meneruskan pendidikan ke Perguruan Tinggi.

Pendidikan INS, seperti yang sudah saya sebutkan di atas, adalah mendidik siswanya menjadi manusia-manusia tangguh, militan, tidak mudah menyerah, mandiri, suka bekerja keras, sabar, berakhlak mulia dan berinovasi. Di dalam proses pendidikannya, INS mewajibkan setiap siswa mesti dapat menyelesaikan pekerjaan yang sudah mereka pilih dan mulai. Pilihan itu, pada awalnya mungkin saja tidak sesuai dengan minatnya, namanya juga baru mencoba dalam usaha menemukan jatidiri untuk posisi yang tepat sesuai minat. Akan tetapi, pekerjaan yang sudah dipilih itu mesti diselesaikan meskipun hasilnya tidak sesuai keinginan. Tidak mustahil ada siswa yang semula ingin membuat gantungan baju dari bahan kayu, tetapi akhirnya malah menghasilkan tangkelek. Atau yang semula ingin membuat patung wajah pahlawan nasional dari bahan tanah liat malah akhirnya menghasilkan asbak rokok. Ketentuan menyelesaikan kerja itu wajib dilaksanakan untuk melatih peserta didik berjiwa militan dan tidak mudah patah semangat.

Memandangkan hal yang saya sebutkan di atas, dapat dinyatakan bahwa sistem pendidikan INS yang dipelopori oleh Engku M. Sjafei adalah berorientasi kepada proses, bukan kepada hasil. Sistem Pendidikan sedemikian adalah sangat relevan sepanjang zaman. Sebab, sistem pendidikan INS langsung menukik kepada pembentukan karakter manusianya agar menjadi manusia Indonesia yang tangguh, militan, tidak mudah menyerah, mandiri, suka bekerja keras, sabar, berakhlak dan berinovasi bagi menjawab tantangan zaman. Barangkali, kalau pun masih diperlukan tambahannya adalah dalam hal penguasaan teknologi yang memang mengalami perkembangan sangat pesat pada saat sekarang.

Bapak-bapak, Ibu-ibu dan para hadirin sekalian.

Sistem pendidikan nasional yang sekarang sedang kita laksanakan, di INS dilaksanakan berdasarkan usaha hibriditas dengan sistem pendidikan Engku M. Sjafei. Saya percaya kedepannya INS akan menjadi pilihan utama kepada anak-anak usia belasan tahun untuk dididik selama enam tahun sejak tamat Sekolah Dasar sampai peringkat SMA. Sebab, para peserta didik itu akan mendapat tiga hal sekaligus dari segi pengetahuan, keterampilan dan ijazah sebagai tanda tamat belajar, yaitu ijazah INS dengan salinan catatan keterampilan yang dikuasai, ijazah SMP dan ijazah SMA yang menjadi tanda tamat belajar sesuai ketentuan sistem pendidikan nasional. Yang lebih penting dari sekedar ijazah itu adalah pembentukan karakter peserta didik sebagai manusia yang tangguh, militan, tidak mudah menyerah, mandiri, suka bekerja keras, sabar, berakhlak mulia dan berinovasi.

INS memiliki lahan sangat memadai, fasilitas lebih dari cukup, programnya sangat sesuai dengan tantangan zaman, visi dan misinya jelas, stakeholdernya pun ada, para pendidiknya pun adalah orang-orang terpilih yang menguasai bidangnya masing-masing. Banyak tokoh-tokoh penting pada level daerah dan nasional yang bersimpati dengan INS. Melihat ini semua, melalui menejemen yang professional, serta kerjasama yang baik dari semua stakeholders serta para pendidik di INS, diharapkan INS akan menjadi lembaga pendidikan alternatif terkemuka dalam peringkat nasional dan internasional. Cuma saja, masalah yang sangat penting untuk mengelola Ruang Pendidik INS saat ini adalah hal keuangan yang sangat terbatas. Diperlukan perhatian dan bantuan dari kita bersama untuk menanggulangi masalah ini.

Selamat Ulang Tahun yang Ke-97 INS-ku tercinta.

Kami bangga menjadi alumnimu.

Sekian dan Terimakasih.

Wassalammualaikum Warahmatullah Wabarakatuh.

 

Kayutanam, 31 Oktober 2023.



BACA JUGA