Mencari Jejak Pelabuhan Jaman Saisuak di Siluka

-

Selasa, 16/11/2021 06:41 WIB

Kami melakukan perjalanan pulang berpamitan kepada raja, sebagaimana yang sudah disebutkan. Kami pulang dengan dikawal Raja Melayu yang kini sudah akrab dengan kami, dilindungi payung putih berhiaskan rumbai-rumbai, beserta rombongan 3.000 tentara yang terus-menerus menembakkan senjatanya sampai malam hari ketika kami mendekati Kota Siluka. Di sana, Raja Melayu beserta 3.000 ribu pengikutnya kembali ke istana. Kami melanjutkan perjalanan dengan gagah berani menuju Siluka yang letaknya dekat dengan sungai yang disebut Kuantan.

Sijunjung, sumbarsatu.com--Begitulah, paragraf terakhir catatan perjalanan "Misi Menemui Raja Minangkabau" yang ditulis Thomas Dias, termaktub dalam buku Sumatera Tempo Doeloe  (Cetakan Kedua, Komunitas Bambu, 2014) disusun oleh Anthony Reid

Pada 1683, Gubernur Belanda (VOC) untuk Malaka Cornelis Quelbergh memerintahkan Thomas Dias pergi ke Hulu Sungai Siak untuk mencoba menjalin hubungan dengan Raja Minangkabau (Raja Pagaruyung). Tujuannya adalah agar Belanda dapat berdagang secara langsung dengan penyedia emas, lada, dan timah di Minangkabau, dan untuk menjadikan Minangkabau sebagai sekutu potensial di tengah konflik yang terus-menerus terjadi antara Johore, Siak, Jambi, Palembang, dan Belanda-Melaka.

Cendikiawan modern menunjukkan bahwa deskripsi Thomas Dias  tidak sesuai dengan dengan lokasi Pagaruyung di Sungai Selo, Tanah Datar. Kemungkinan besar Pagaruyung  yang dideskripsikan Dias terletak jauh ke timur di tepi Sungai Sinamar antara Buo dan Kumanis. Kemungkinan nama Pagaruyung dipindahkan ke lokasi sekarang sekitar akhir abad ke-17 sebagai bagian dari persaingan yang dulu terjadi antara beberapa cabang keluarga kerajaan.

Selain catatan perjalanan Thomas Dias tersebut, Chirstine Dobbin dalam buku Gejolak Ekonomi, Kebangkitan Islam, dan Gerakan Padri Minangkabau 1784-1847 juga menyebut peran penting Siluka sebagai pelabuhan atau pangkalan untuk perdagangan seperti emas, rempah, dan kain. Letaknya di hulu Sungai Indragiri atau Sungai Kuantan, dan merupakan pelabuhan penghubung antara "pedalaman" Minangkabau dengan pantai timur Sumatera.

***

Saat ini Siluka adalah salah satu jorong di Nagari Durian Gadang, Kecamatan Sijunjung, Kabupaten Sijunjung. Jalan kabupaten yang melintasi rumah penduduk masih jalan tanah. Sinyal seluler belum masuk.

Menurut Malin Leman (75), pemuka adat (Ninik Mamak Suku Caniago), dulu Siluka bernama Tanjung Lolo Malaka Kaciak. Karena satu hal, pemuka adat bersumpah di Batu Gadang dan mengganti nama daerah itu. Namun, Malin Leman enggan menyebut satu hal tersebut.

Batu Gadang itu sebesar kepala kerbau dan terletak di tepi sawah, sekitar 400 meter dari Sungai Kuantan. Batu Gadang itu dikeramatkan oleh masyarakat setempat.

"Batu Gadang itu pemberian Raja Negeri Sembilan untuk Raja Ibadat di Sumpur Kudus. Tapi sebelum sampai di tujuan, Batu Gadang itu jadi berat dan tidak terangkut," kata Malin Leman, Senin (15/11/2021).

Wali Nagari Durian Gadang Yusri menuturkan, sekali setahun masyarakat menggelar Bakau Adat di Batu Gadang untuk menentukan hari mulai turun ke sawah.

"Bakau Adat tersebut dilaksanakan setelah Hari Raya Idulfitri," terangnya.

Masyarakat Siluka juga mempercayai jika memiliki nazar dan bisa mengangkat Batu Gadang, maka keinginannya bakal terkabul.

Batu Gadang adalah jejak masa lampau bahwa Siluka pernah terhubung dengan negeri jauh.

Saat sumbarsatu bertanya tentang Siluka sebagai pelabuhan penting jaman saisuak berdasarkan catatan perjalanan dari Thomas Dias, Yusri dan Malin Leman sama-sama tidak tahu. Pun tidak ada sisa-sisa dermaga dari jaman saisuak yang bisa mereka kasih tunjuk.

"Ada memang tapian tempat perahu-perahu bongkar muat barang di Tapui. Ukuran terbesar perahu muatan 4 ton. Yang ramai di Muko-muko, sampai 30 perahu, tapi itu di Nagari Silokek, di mudik air Siluka," kata Malin Leman.

Perahu tersebut sebagai alat transportasi bagi masyarakat ke Muaro Sijunjung dan Teluk Kuantan.

"Sejak dibuka jalan kabupaten dari Muaro Sijunjung ke Durian Gadang pada 2005, tapian tempat perahu-perahu bongkar muat itu tidak berfungsi lagi," kata Malin Leman.

Berabad-abad lampau, dari Siluka Thomas Dias berlayar ke pantai timur Sumatera, meninggalkan catatan. SSC/Thendra



BACA JUGA