
Rohmad Iswahyudi, Koordinator Penyuluh Perikanan Sijunjung, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia (BRSDM) Kementerian Kelautan dan Perikanan, mis (3/6/2021).
Sijunjung, sumbarsatu.com--Produksi ikan lele di Kabupaten Sijunjung saat ini selain bisa memenuhi pasar lokal, juga didistribusikan keluar daerah seperti Sawahlunto, Solok, bahkan Pekanbaru. Sebagaimana dilakukan oleh peternak lele di Nagari Padang Sibusuk, Kecamatan Kupitan.
Hal itu diungkapkan oleh Rohmad Iswahyudi, Koordinator Penyuluh Perikanan Sijunjung, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia (BRSDM) Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kamis (3/6/2021).
"Sejak 2020, di masa pandemi Covid-19 ini, peternak ikan lele di Kabupaten Sijunjung bisa menjual produksinya keluar daerah. Sebelumnya, ikan lele dipasok dari luar daerah. Apalagi, tahun 2016-2019 terjadi 'perang' harga pasaran ikan," kata Rohmad Iswahyudi.
Terang Rohmad Iswahyudi, di setiap kecamatan hampir ada budi daya ikan lele. Untuk panen ikan lele yang terbesar di Kecamatan Kupitan yakni 9 ton per bulan, Kecamatan Kamang Baru 5 ton perbulan, Kecamatan Koto VII 5 ton perbulan, dan Kecamatan Sijunjung 2 ton perbulan. Sementara Kecamatan Lubuk Tarok mengalami penurunan, dulu 6 ton perbulan dan sekarang 2 ton perbulan.
Budi daya ikan lele itu menggunakan kolam air tenang. Ukurannya berkisar 6x10 meter dan 8x8 meter. Rata-rata satu kolam berkapasitas ikan lele 1 ton.
"Budi daya ikan lele tidak mesti memiliki sirkulasi air, ada bagus tidak ada pun tak masalah," ujar Rohmad Iswahyudi.
Meski begitu, kata Rohmad Iswahyudi, budi daya ikan nila masih belum bisa memenuhi pasar lokal. Ikan nila di Kabupaten Sijunjung masih dipasok dari luar daerah, terutama dari Maninjau, Agam.
Padahal, potensi pengembangan budi dayaikan nila sangat besar. Apalagi Kabupaten Sijunjung dilalui banyak batang air. Bagus untuk kolamdengan saluran batang air.
"Butuh infrastruktur besar untuk pengembangan budi daya ikan nila. Sementara masyarakat belum kuat secara pendanaan," ucap Rohmad Iswahyudi.
Lanjutnya, saat ini daerah yang lumayan besar untuk budi daya ikan nila adalah di Kecamatan Sumpur Kudus, karena airnya bagus yakni dari Sungai Batang Sumpu. Ada 4 hektar kolam, panen per bulan mencapai 5 ton. Namun, Kelemahannya adalah belum bisa produksi skala besar, terkendala bibit dan pakan ikan.
"Pengembangan budi daya ikan nila ini adalah PR ke depan. Kalau untuk ikan raya (emas), sudah dikuasai Rao yang memiliki budi daya skala besar. Ikan patin sudah dikuasai oleh Bangkinang dan Jambi," imbuh Rohmad Iswahyudi.
Tambahnya, sementara konsumsi ikan di Kabupaten Sijunjung adalah 34 kilo perkapita per tahun. Konsumsi ikan lele 10 persen, ikan nila 30 persen, dan ikan lainnya 60 persen. (Thendra)