Wiztian Yutri Memaknai Cimeeh Urang Piaman

-

Senin, 08/04/2019 08:13 WIB
Wiztian Yutri bersama dengan istri dan anak-anak

Wiztian Yutri bersama dengan istri dan anak-anak

Padang, sumbarsatuPemaknaan Piaman sesungguhnya tak sebatas sebuah kawasan kultural di Minangkabau. Tapi lebih jauh dari itu, Piaman representasi sebagai masyarakat yang memiliki etos kerja di mana pun berada. Urang Piaman menganut filosofi hidup sebagai orang-orang yang bekerja keras di pelbagai belahan dunia dengan beragam profesi lintas geografis.

Secara administratif  dan pemerintahan dibagi dua: Kota Pariaman dan Kabupaten Pariaman, tapi hal itu bukan sebuah dikotomis. 

Kebanggaan sebagai masyarakat pekerja keras inilah yang membuat Wiztian Yutri, yang dikenal dengan panggilan Ciweg/Cici bertarung sebagai calon wakil rakyat di DPRD Provinsi Sumatera Barat dalam Pemilu 2019 ini.

Di suatu petang yang sejuk, kami mengobrol tentang filosofi hidup urang Piaman dan alasannya menjadi bagian dari kontestasi politik tahun 2019 ini. Ia maju sebagai calon anggota DPRD Provinsi Sumatera Barat dari Partai Amanat Nasional (PAN). Daerah pemilihannya Kota Pariaman dan Kabupaten Padang Pariaman. Di surat suara namanya ada pada nomor urut 4 di kolom PAN, paling kanan urutan tiga ke bawah.

Baginya, berpolitik sama dengan membangun silaturahmi, yang menjadi kekuatan untuk melihat yang dibutuhkan oleh Urang Piaman terutama di Kota Pariaman dan Kabupaten Padang Pariaman, serta urang Piaman di seluruh dunia.

Berbuat sesuatu di kampung halamannya Pariaman, telah dilakukan oleh wartawan senior tersebut sejak dulu.

“Saya hijrah ke jalur baru. Jalur politik. Saya ingin berjihad di situ. Mungkin, saya belum bisa menjanjikan sesuatu kepada masyarakat. Namun, posisi sebagai anggota dewan nantinya akan saya jadikan sebagai lahan jihad memperjuangkan kepentingan masyarakat, sekaligus ladang ibadah,” ungkap penulis buku Catatan Ringan Sekitar Pers yang diterbitkan Kabarita tahun lalu.

Filosofi Hidup Berjihad

Urang Piaman, kata Wiztian Yutri, hidup pantang karandahan (tidak mau direndahkan), namun bukan berarti sombong. Sikap demikian sebagai bagian dari semangat kerja keras dan kreativitas. Dari filosofi hidup seperti itu, sebagian Urang Piaman merantau ke berbagai pelosok dunia. Mereka yang tinggal di kampung pun tidak mau dikatakan warga kelas dua, yang tidak berani mengarungi lautan lepas sebagaimana semangat kebaharian yang diajarkan nenek moyangnya.

“Masyarakat di kampung pun berusaha tak kalah kerasnya dari orang rantau. Satu hal yang menarik di Piaman, lapau bukan lambang kemalasan orang kampung tetapi tempat berdiskusi membangun kreativitas dan sikap kritis,” urai Cici.

Dari keseharian masyarakat yang demikian, menurutnya, perlu dibangun forum palanta dengan informasi yang sehat. Pemerintah kota dan kabupaten menyebarkan informasi tentang pembangunan di setiap lapau, surau, pustaka dan sekolah-sekolah.  Termasuk mengirimnya kepada para perantau. Sebagai orang yang gigih dan tidak mudah menyerah, para perantau ini memiliki peran yang cukup besar membangun kampung.

“Harus diinggat, Urang Piaman tidak mau dikicuah. Semangat persatuan Urang Piaman ini luar biasa. Kalau dapat gilinya, ia bisa habis-habisan,” kata pendiri Harian Padang Ekspres dan sumbarsatu.com ini.

Membangun silaturahmi, lanjutnya, dalam masyarakat Piaman berarti duduk sama rendah, tegak sama tinggi. Dalam posisi tersebut, apapun profesi menjadi lebur, bersatu dengan rasa kebersamaan yang tinggi. Spiritnya, dengan semangat silaturahmi gunung bisa dipindahkan dan laut bisa dikeringkan.

“Tantangannya cukup keras. Ada cimeeh yang menjadi bagian hidup Urang Piaman. Bagi Urang Piaman cimeeh ini menjadi spirit untuk mendorong berusaha lebih keras lagi dan bertahan menghadapi segala kegagalan,” ungkap Komisaris PT Semen Padang tahun 2016-2018 ini.

Mesjid dan Surau

Barangkali, tidak ada tempat yang bisa menyatukan masyarakat di ranah Minang ini dari berbagai kalangan dan usia selain masjid dan surau. Sejak lama surau dijadikan tempat mendidik orang Minang baik secara lahir maupun batin. Selain itu, surau dan masjid juga dijadikan tempat beriya-bertida atau merundingkan berbagai persoalan anak kemenakan.

“Di surau dan masjid ini pula tokoh masyarakat sangat terbuka untuk diajak diskusi. Dari itu, pemimpin di Piaman, kota dan kabupaten, harus memberi penghargaan tersendiri. Sebab, para tokoh masyarakat  tersebut tidak mau menggadang-gadang dirinya. Raso jo pareso pemimpin saja yang dibutuhkan lagi untuk melihat mereka,” paparnya.

Tabuik: Perantau Berbicara

Peristiwa budaya Hoyak Tabuik tidak hanya sekadar perayaan wisata saja. Tabuik harus dimaknai lebih dari itu. Ketika pesta Hoyak Tabuik berlangsung, saatnya pula perantau mendatangi kampung halamannya. Pada saat itu, perlu dilakukan gerakan silaturahmi akbar.

“Perantau bicara, pemimpin daerah mencatat. Banyak hal yang bisa disampaikan dalam kesempatan tersebut, seperti membangun Piaman sebagai industri pendidikan karena posisinya yang dekat dengan Kota Padang. Sehingga bisa bersinergi dengan sekolah-sekolah di Padang,” kata Wiztian Yutri menganalisis. 

“Ulakan, misalnya, sebagai pusat penyebaran Islam di Minangkabau. Seharusnya bisa menjadi pusat pendidikan Islam dunia. Kita perlu membangkitkan kembali spirit membangun Ulakan sebagai labor penelitian Islam Minangkabau. Bahkan, bisa dibangun Universitas Syekh Burhanuddin di sana,” tambahnya.

Wirausaha Mek Saleh

Haji Muhammad Saleh, orang kaya Pariaman yang hingga sekarang belum ada yang mampu menandinginya. Sosok legendaris dan kebanggaan Urang Piaman ini dikenal sebagai saudagar ulung yang riwayat hidupnya menjadi spirit dari generasi ke generasi. Semangat dan keuletan Mek Saleh, begitu beliau disapa, dalam berbisnis perlu diwariskan kepada orang-orang muda Piaman saat ini. Sejak lama, Urang Piaman dikenal sebagai saudagar-saudagar tangguh yang melintasi berbagai benua.

“Cendekiawan Piaman, dimana pun berada, perlu menyatukan visi membangun kota dan kabupaten. Kita bisa membuat satu hari mengenang orang-orang hebat Piaman nantinya. Kebanggaan akan muncul di situ,” pungkas Wakil Ketua Gebu Minang Sumbar ini.

Azan Magrib berkumandang dari menara masjid sekitar kami. Obrolan ini kami sudahi sembari bersiap menunaikan kewajiban kepada Allah Swt. 

 

DATA PRIBADI

Nama: H Sidi Wiztian Yutri, SH

Tempat Tanggal Lahir: Jawi-Jawi, Pariaman, 30 Mei 1962

Ayah: Ahmad Sayuti

Ibu: Rawiyah

Istri: Hasnah Cendra Dewi

Anak:

  • Harry Setya Putra
  • M Teguh Luthfi Al-Ghani
  • Adinda Nabillah Wiztian

PENDIDIKAN

  • Fakultas Hukum di Universitas Taman Siswa dan kini sedang merampungkan Pascasarjana Ilmu Komunikasi FISIP Unand
  • SD Negeri 5 Pariaman tahun 1975
  • SMP Negeri 2 Pariaman tahun 1978
  • SMA Pariaman tahun 1981

PEKERJAAN

  • Komisaris PT Semen Padang 2016-2018
  • Pemimpin Umum Harian Pos Metro Padang tahun 2007-2009
  • Pemimpin Redaksi Harian Padang Ekspres tahun 2002-2007
  • Sekretaris Pribadi Bupati Anas Malik tahun 1985-1990

ORGANISASI

  • Wakil Ketua Gebu Minang Sumbar (2018-sekarang)
  • Wakil Ketua PKDP Sumbar (2018-sekarang)
  • Ketua Dewan Penasihat Serikat Media Siber Indonesia-Sumbar (2018-sekarang)
  • Ketua Dewan Kehormatan PWI Sumbar (2008-2012)
  • Pengurus Tarbiyah Islamiyah Sumatera Barat (2008-2012)
  • Sekretaris KNPI Padang Pariaman (1983-1995)



BACA JUGA