Pembangunan Kembali Kantor KAN Sumpur, Mempertahankan Tradisi “Batagak Tonggak Tuo”

-

Sabtu, 29/09/2018 17:46 WIB
Warga dan ninik mamak menegakkan tonggak (tiang) dari kayu jua untuk Kantor KAN Sumpur yang baru. IST

Warga dan ninik mamak menegakkan tonggak (tiang) dari kayu jua untuk Kantor KAN Sumpur yang baru. IST

Sumpur, sumbarsatu.com—Kesunyian pagi di rimba Nagari Sumpur, Kecamatan Batipuh Selatan pada Kamis (27/9/2018), pecah oleh bunyi sinso. Mesin pemotong kayu itu meraung ketika hendak menebang sebatang pohon jua.

Pada batang pohon itu terikat seutas tali. Sementara ujung talinya dipegang erat oleh para pemangku adat dan warga Sumpur. Juga terlihat Wakil Bupati Tanah Datar, Zuldafri Darma memegang tali. 

Hari itu, warga Sumpur tengah bergembira. Mereka bermaksud bergotong-royong membangun kembali Kantor Kerapatan Adat (KAN) Sumpur yang telah tua dimakan usia. Betapa tidak. Kantor KAN Sumpur dibangun tahun 1936, saat masih penjajahan Belanda. Tak mengherankan jika bangunannya mulai lapuk dan rentan dimakan rayap.

“Keinginan untuk membangun kembali Kantor KAN Sumpur itu dimulai tahun 2016, ketika para ninik mamak dan warga bermusyawarah. Sedangkan dananya berasal dari swadaya masyarakat di kampung dan juga di rantau, ditambah para donatur,” terang Ketua Panitia Pelaksanaan Pembangunan Kantor KAN Sumpur, H Yohannes Syarif.

Proses pembangunannya sesuai dengan tradisi yang turun temurun dipertahankan masyarakat Sumpur yang disebut “Batagak Tonggak Tuo”. Prosesi diawali dengan menebang kayu di rimba yang akan digunakan sebagai tonggak (tiang) bangunan. Kayunya adalah kayu pilihan, kuat dan anti rayap, namanya kayu jua berasal dari pohon jua yang usianya lebih 100 tahun. 

Sedikitnya diperlukan 16 tiang dengan tinggi 7 meter untuk Kantor KAN ini. Bangunannya juga ramah gempa dengan memasang batu sandi (penyangga) yang permukaannya datar. Batu itu banyak terdapat di sungai Batang Sumpur. 

Tak lama berselang, pohon jua tumbang. Warga menyambut gembira dan berlari untuk segera membersihkannya dari ranting dan daun yang masih menempel. Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Bung Hatta juga ikut serta.

Untuk selanjutnya, kayu jua itu dielo (ditarik) bersama-sama oleh warga, para ninik mamak dan juga Wabup Zuldafri Darma ke lokasi pembangunan Kantor KAN yang berjarak sekitar 500 meter. Untuk mengganti pohon yang ditebang, dilakukan penanaman pohon jua kembali.

Di lokasi pembangunan, warga kembali bersama-sama menegakkan kayu jua sebagai tiang bangunan. Hadir juga anggota DPRD Tanah Datar Afrizal Motwa, Basrizal Dt Pangulu Basa, Muspika setempat dan perantau Sumpur yang tergabung dalan Ikatan Keluarga Sumpur (Ikes).

Aba-aba terdengar bersahutan antara warga, ninik mamak, Wabup Zuldafri Darma dan lainnya yang memegang tali derek untuk menegakkan tiang. Semua membaur, bahu-membahu, bergotong-royong dan larut dalam kegembiraan. Tak lama lagi, Kantor KAN yang representatif akan berdiri.

Menurut Yohannes, bangunan asli Kantor KAN Sumpur terbilang unik karena berbentuk bangunan adat Kelarasan Koto Piliang dengan anjungan di pinggirnya. Sedangkan masyarakatnya menganut sistem Kelarasan Bodi Caniago. Untuk rumah adat, masyarakat setempat merujuk sistem Kelarasan Koto Piliang.

"Kami sepakat, pembangunan kembali Kantor KAN Sumpur ini mempertahankan kondisi aslinya, mengacu pada Kelarasan Koto Piliang,” ujar Yohannes.

Pembangunan Kantor KAN yang merupakan mufakat bersama ninik mamak dan masyarakat ini diperkirakan menelan biaya Rp1 miliar. Biaya pembangunan bersumber dari Tirto Utomo Foundation, Jakarta sebagai donatur utama dan partisipasi seluruh ninik mamak, perantau dan warga Sumpur.

Kantor KAN yang dibangun pada lahan seluas 20x25 meter itu, nantinya dilengkapi taman, toilet, dan perpustakaan serta galeri pada bagian bawah bangunan.

Pimpinan proyeknya dipercayakannya pada Joni Wongso, arsitek dari Pusat Studi Konservasi Arsitektur (Pusaka), Universitas Bung Hatta, yang direkomendasikan dan difasilitasi Yori Antar, arsitek kawakan yang melestarikan arsitektur nusantara. Pembangunan Kantor KAN ini ditargetkan selesai 9 bulan. 

“Secara keseluruhan dibutuhkan 50 meter kubik kayu karena bangunan Kantor KAN itu melulu dari kayu. Sebagai antisipasi, seluruh kayu itu diberi cairan tradisional antirayap. Dan kita berharap bantuan dari berbagai pihak lainnya. Di antara bantuan yang telah kita terima adalah dari kaum Dt Mangkuto Sati dari Suku Sumagek berupa kayu 15,5 meter kubik untuk lantai dan balok,” katanya. 

Wakil Bupati Tanah Datar, Zuldafri Darma dalam sambutannya mengapresiasi prosesi “Batagak Tonggak Tuo” Kantor KAN Sumpur ini yang memperlihatkan semangat kebersamaan dan gotong royong warga Sumpur. Tak salah jika Nagari Sumpur dijadikan sebagai nagari percontohan dalam masalah adat karena banyak memberikan inspirasi tentang adat. Karena Sumpur memiliki banyak rumah adat yang dilestarikan warganya. Jumlahnya sekitar 40 unit yang usianya berkisar 100-200 tahun.

 “Pemkab Tanah Datar tergugah untuk ikut berpartisipasi dalam penyelesaian pembangunan Kantor KAN ini dengan mengalokasikan anggaran pada APBD 2019,” katanya.

Sementara Wakil Ketua KAN Sumpur, Afrizal Dt Tanbijo mengatakan, prosesi adat seperti itu hendaknya dapat dilestarikan dan ditularkan pada generasi muda. Karena tradisi seperti ini hanya ada di Sumpur. 

“Hanya Sumpur yang menerapkan pembangunan Kantor KAN seperti ini,” katanya. (DD) 



BACA JUGA