Minang Jaya, Sanggar Kesenian Tradisi yang Mulai Melejit

-

Jum'at, 14/07/2017 17:24 WIB

Minang Jaya dalam salah satu penampilan randai.

Minang Jaya dalam salah satu penampilan randai.

Sitanang, sumbarsatu.com- Di Kecamatan Ampek Nagari, Kabupaten Agam, tidak banyak sanggar kesenian tradisional. Kalau pun ada boleh dibilang dengan jari, seperti disampaikan pemerhati kesenian tradisional Djalius Djalin St. Marajo, Jumat (14/7/2017), di Sitanang.
 
Menurutnya, beruntung Kecamatan Ampek Nagari, karena memiliki sebuah sanggar kesenian tradisi, yang begitu gigih mempertahankan dan mengembangkan Kesenian tradisi. Sanggar dimaksud adalah Minang Jaya.
 
Minang Jaya, yang bermarkas di Jorong Gantiang, Nagari Sitanang, Kecamatan Ampek Nagari,merupakan satu-satunya sanggar Kesenian tradisi yang lengkap. Sanggar tersebut memiliki randai, silat, tari piriang tradisi dan modifikasi, saluang, pupuik serunai, tari gelombang tradisi, talempong pacik, dan tambua tansa.
 
Sanggar pimpinan Erizal Koto itu mengedepankan pendidikan moral dan etika sesuai dengan ajaran adat Minang. Para anggotanya dididik untuk mengenal dan menerapkan ajaran Adat Minang dalam pergaulan. Seperti menerapkan “kato nan ampek.”
 
“Para anggota sanggar wajib menerap tata krama pergaulan,sesuai dengan ajaran Adat Minang. Etika sesuai dengan tuntunan kato nan ampek, seperti kato mendaki, kato mandata, kato Manurung,d an kato malereang mesti diketeahui dan diterapkana para anggota sanggar dalam pergaulan,” ujar Erizal.
 
Sedangkan pelatih I, Syahrizul, yang akrab disapa Don menyebutkan, dalam pergaulan juga diberlakukan sesuai dengan tuntunan ajaran adat : nan tuo dihormati, nan ketek disayangi, samo gadang lawan baiyo. Para anggota sanggar bukan hanya mempelajari aneka Kesenian tradisi Minang, tetapi juga dididik agar menjadi Anak Minang, yang beradat, sesuai ajaran adat yang basandi syarak, syarak basandi kitabullah.
 
“Mereka bukan hanya meramaikan gelanggang latihan, tetapi juga dituntut untuk meramaikan rumah ibadah. Gelanggang dan rumah ibadah merupakan rumahnya anggota sanggar,” ujar Syahrizul, yang juga Ketua Pengurus Masjid Gantiang itu.
 
Dikatakan, anggota sanggar tidak dibenarkan melakukan perbuatan kurang terpuji, seperti mabuk-mabukan, mengonsumsi narkoba, dan perbuatan melawan hukum lainnya.
 
“Salah satu tujuan mendirikan sanggar kesenian tradisi ini adalah untuk mendidik para generasi muda untuk berperilaku seperti tuntunan adat dan agama. Dengan demikian, mereka terhindar dari perbuatan yang dilarang adat dan agama,” ujar salah seorang Calon Wali Nagari Sitanang itu.
 
Walau baru berusia seumur jagung, Minang Jaya telah mampu mengukir prestasi membanggakan. Prestasi dimaksud adalah Juara II Festival Randai Tingkat Kabupaten Agam tahun 2016.
 
“Kami membawakan cerita Rajo Gombang Patuanan. Ternyata penampilan kami dalam festival tidak mengecewakan, tampil sebagai juara II dari 16 peserta,” ujarnya pula.
 
Wali nagari Sitanang, Zulpendi, ketika ditemui mengaku bangga dengan keberadaan Sanggar Kesenian Tradisi Minang Jaya. Bahkan ia menyebut, Minang Jaya satu-satunya sanggar Kesenian tradisi yang aktif, dan mampu mengharumkan nama Kecamatan Ampek.
 
“Kalau sanggar kesenian tradisi saja masih ada yang lain, tetapi tidak selengkap Minang Jaya,” ujarnya.
 
Yang membanggakan lagi, menurutnya, Sanggar Minang Jaya sudah melayat ke daerah tetangga, Sumatera Utara. Sedangkan di Ampek Nagari sendiri, setiap pekan sanggar tersebut diundang untuk memeriahkan alek anak nagari, seperti alek nikah kawin, dan keramaian nagari lainnya.
 
Perhatian pemerintah nagari terhadap sanggar tersebut, menurut Erizal Koto dan Syahrizul cukup bagus. Pemerintah nagari telah membantu pengadaan peralatan Kesenian, dan pakaian seragam sanggar.
 
Ke depan, baik Erizal, maupun Syarizul berharap Pemkab Agam lebih memperhatikan pembinaan sanggar kesenian tradisi, sehingga mampu bersaing dengan Kesenian jenis lainnya, misalnya orgen tunggal. (MSM)

Minang Jaya dalam salah satu penampilan randai.



BACA JUGA