
Keindahan Ngarai Sianok di Agam
Padang, sumbarsatu.com--Adat dan budaya Minangkabau yang memegang erat falsafah adat basandi syarak, sarak basandi Kitabullah (Alquran), sudah mengenal lama tentang halal terkait dengan semua akktivitas sosial dan budayanya. Agama Islam sangat identik dengan Minangkabau.
Jika kini Sumatera Barat (Minangkabau) terpilih sebagai daerah tujuan (destination) pariwisata halal, dan makanan halal dalam kompetisi wisata halal terbaik yang dilaksanakan Kementerian Pariwisata, beberapa waktu lalu, sudah pantas dan wajar, serta tak mengagetkan.
Beberapa bulan ke depan, pemenang Kompetisi Pariwisata Halal Nasional (KPHN) ini akan mewakili Indonesia ikut dalam ajang World Halal Tourism Award (WHTA) 2016 yang akan berlangsung di Abu Dhabi, Uni Emeriat Arab (UEA) pada Desember 2016 mendatang.
Provinsi Sumatera Barat mewakili Indonesia ikut WHTA 2016 untuk tiga kategori, yaitu Destinasi Wisata Halal Terbaik, Destinasi Kuliner Halal Terbaik, dan Biro Perjalanan Wisata Halal Terbaik.
“Sumatera Barat mengunggulkan untuk kategori tujuan pariwisata halal dan juga kulinernya. Kekuatan kita di sini. Kita sudah punya modal kultural dan sosial. Adat dan budaya Minangkabau senapas dengan Islam. Dan soal halal itu merupakan ajaran Islam," kata Yopi Nursali, Direktur Latifa Consulting yang juga leader dalam Tim Percepatan dan Pengembangan Pariwisata Halal (TP3H), Kamis (6/10/2016).
Menurutnya, pariwisata halal merupakan tren global masyarakat muslin internasional. Indikasinya kecendrungan peningkatan jumlah wisatawan muslim Timur Tengah, Eropa dan Asia. Saat berwisata ke negara lain, wisatawan muslim ini akan mencari tempat wisata yang bisa memenuhi kebutuhan mereka, khususnya makanan halal, pelayanan yang memiliki standar terhadap wisatawan muslim, dan fasilitas yang halal.
"Wisatawan muslim dari Timur Tengah dan Eropa, biasanya akan membawa rombongan yang cukup banyak saat berlibur. Secara ekonomi dan finansial, para wisatawan ini cukup kaya," jelas Yopi Nursali.
Dari data yang diperoleh, pada 2014, jumlah kunjungan wisatawan muslim ke Indonesia sekitar 1,8 juta wisatawan. Jika dibanding dengan Malaysia dan bahkan Thailand yang menembus angka 6,7 juta dan 4 2 juta kunjungan, Indonesia masih jauh tertinggal.
"Negara lain sudah mulai lebih awal untuk mempromosikan pariwisata halal ini, Indonesia baru mulai tahun 2014," jelas mantan Vice Director Business Development Sofyan Hospitality.
Pada 2105, Indonesia (Lombok) menjadi destinasi wisata halal dunia. Dampaknya cukup besar, peningkatan kunjungan wisatawan muslim ke NTB meningkat tajam.
Sementara itu, Sumatera Barat (Minangkabau) secara kultural, sejarah, dan kehidupan sosialnya, sudah memiliki kriteria yang dibutuhkan oleh wisatawan muslim. Biasanya wisatawan dari Timur Tengah menyenangi alam alam, budaya, makanan serta tempat berbelanja.
"Sumatera Barat sudah memiliki modal untuk menggaet wisatawan muslim, karena Sumbar sudah punya yang mereka butuhkan," sambung Yopi.
Kendati punya potensi besar terhadap pariwisata halal itu, Sumatera Barat masih ditemukan kekurangan fasilitas penunjang, misalnya sarana ibadah (musala dan masjid), toilet yang masih belum terjaga kebersihannya, produk makanan dan hotel yang belum tersertifikasi halal.
"Saat ini Pemerintah Provinsi Sumbar terus berbenah untuk menyediakan kebutuhan wisatawan muslim, proyek percontohanya adalah koridor wisata Padang-Bukitinggi," kata Didit P. Santoso, Plt Kepala Disparekraf Sumbar.
Sementara itu, Tandri Eka Putra, Koordinator Generasi Pesona Indonesia (Genpi) Sumbar, sebuah komunitas media sosial yang menjadi ujung tombak pemenangan Sumbar di ajang WHTA 2016, mengatakan, telah menyusun rencan kerja yang siapo dieksekusi di media sosial.
"Kita sudah siapkan rencana aksi mendukung Sumatera Barat menang dalam World Halal Tourism Award 2016 untuk kategori destinasi wisata halal dan destinasi kuliner halal terbaik dunia. Genpi Sumbar yang menghimpun komunitas-komunitas media sosial dan media daring di Sumbar, sudah bertekad memenangkan Sumbar dalam vote nanti," kata pria yang akrab disapa Abenk ini.
Untuk itu, ia meminta semua elemen di Sumatera Barat mendukung dan ikut aktif memilih Sumbar. Masyarakat Minang di rantau juga diharapkan mendukung penuh.
"Jumlah perantau Minang dengan yang tinggal di Sumbar sama banyak. Ini potensi besar untuk #menangkanminangkabau. Pas relis jadwal "vote" nanti mari kita bersama-sama pilih Sumbar," terangnya.
Dijelaskan, kita harus bahu membahu dalam proses voting yang akan dibuka sejak 17 Oktober hingga 25 November 2016 mendatang. (SSC)