Teater Mandiri Pentaskan “Zera” di Bentara Budaya Jakarta

Kamis, 07/04/2016 12:28 WIB
Pementasan lakon

Pementasan lakon "Trik" di Bentara Budaya Jakarta

Jakarta, sumbarsatu.com—Teater Mandiri dengan sutradara Putu Wijaya akan mementaskan lakon "Zera". Dalam naskah yang ditulis Putu Wijaya ini, Teater Mandiri mengajak penonton merenungkan tentang hakekat "persatuan".

Pementasan yang dilangsungkan selama dua hari ini, Kamis-Juat, 14 15 April, mulai pukul 19.30 WIB, di Bentara Budaya Jakarta.

Putu Wijaya mengatakan,  pementasan bergenre komedi-satire ini merupakan pertunjukan perdana naskah "Zera".

"Pementasan didukung pemain senior Teater Mandiri, seperti Dwi, Bei dan wajah-wajah segar Ulil, Ari, Cahya, Izul, Koyah, Ramdhan yang berbakat. Durasi pertunjukan 90 menit," kata Putu Wijaya, Kamis (7/4/2016).

"Zera" ini menceritakan hakekat "persatuan": apakah karena ada musuh bersama, seperti misalnya: ancaman hilangnya hak cipta batik, pulau, kekayaan hutan dan lautan, kita bersatu? Atau karena persamaan nasib, bergotong-royong memikul luka-duka-nestapa selama 350 tahun yang sudah menumbuhkan rasa cinta mendalam?

Tahun lalu, Teater Mandiri mementaskan lakon "Trik" di Bentara Budaya. Mengangkat masalah kebangsaan. Bendera merah-putih dipasang terbalik, akibatnya massa ngamuk.

Sebuah bukti bahwa rasa kebangsaan tetap tinggi, walau dalam keadaan normal serasa menipis, karena fokus masyarakat pada perjuangan hidup yang kian sulit.

"Saya jeda dulu dari teater layar atau bayangan, kembali ke realisme," kata Putu Wijaya.

Menurutnya, belakangan ini, seni akting agak terabaikan dalam perjalanan teater modern Indonesia. “Karena itu, "Zera" diusung dengan perangkat pentas minimalis agar fokus utama penampilan pemain,” katanya.

Sinopsis

Berlatar cerita tentang satu keluarga yang sedang memiliki krisis hebat.  Komunikasi yang simpang siur, rangkaian cerita yang muncul dari syak prasangka, semakin menambah runyam  situasi di keluarga itu.  

Pak Roko, seorang pengusaha kaya yang berambisi menjadi pejabat,  tanpa dapat dihindari harus beradu emosi dengan putri kandungnya, dengan istri dan putra tirinya.  Namun kondisi emosi yang memuncak tanpa disadari menjadi berubah saat hadirnya seekor anak kucing Persia.

Lakon komedi berdurasi 90 menit ini, ditulis dan disutradarai oleh Putu Wijaya, dikemas dengan apik dan menghibur, menandakan salah satu kepiawaiannya dalam menulis naskah.

Tentang Teater Mandiri

Teatar Mandiri yang sudah berkibar sejak tahun 1971, dengan awal format pementasan dirancang untuk pertunjukan televisi, mulai tahun 1974 berpentas secara rutin di TIM dan Gedung Kesenian Jakarta.

Dari awal berdirinya hingga sekarang, naskah merupakan karya Putu Wijaya dan disutradarai sendiri pula olehnya.  Dalam sejarah perjalanan Teater Mandiri, hanya satu kali mereka memainkan naskah lain, yaitu “The Coffin Is Too Big for The Hole” karya Kuo Pao Kun (Singapura), saat itu untuk Festival Asia di Tokyo tahun 2000.

Hal ini merupakan salah satu idealisme Putu Wijaya, dimana ia tidak hanya ingin menyutradarai sejumlah pertunjukan tetapi juga ingin menghasilkan naskah – sesuatu yang memang sedang diupayakan dalam kehidupan teater modern di Indonesia. 

Salah satu yang juga menjadi kekhasan teater Mandiri adalah judul pementasan hanya satu kata. Menurut Putu, dalam satu kata atau suku kata seperti "Wah", "Loh", "Dor" dan seterusnya tersimpan banyak rasa dan makna.

Kata-kata itu menimbulkan kelucuan, keanehan tetapi juga perlu kedalaman berpikir bagi pembacanya.

DATA

Pementasan: Kamis– Jumat, 14 – 15 April 2016 pukul 20.00 WIB

Naskah dan Sutradara: Putu Wijaya

Pemain:  Bambang Ismantoro, Dwi Hastuti, Laila Uliel eL na'ma, Denpis Cahaya, Ari Sumitro, Rokayah, Taksu Wijaya

Musik:  M. Ramdhan

Tata panggung:  Ari, Zulfi, Ramdani, Bei

Tata Rias:  Peny Muhaji

Pimpinan Produksi:  Dewi Pramunawati

Produksi:  Teater Mandiri & Bentara Budaya Jakarta 2016

 



BACA JUGA