
Pencarian AisAsia hari ke-6, sudah 30 jenazah penumpang ditemukan
Pangkalan Bun, sumbarsatu.com—Badan Search and Rescue Nasional (Basarnas) telah menemukan 30 jenazah kecelakaan AirAsia QZ8501 yang jatuh di Teluk Kumai, Pangkalanbun, Kalimantan Tengah. Ini merupakan akumulasi dari pencarian selama enam hari bersama tim gabungan.
Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI Henry Bambang Soelistyo mengatakan, sebanyak 30 jenazah telah ditemukan. Namun posisi jenazah ini tidak semuanya sudah berada di Surabaya, Jawa Timur.
"Jumlah jenazah ada 30. 10 dalam proses penerbangan ke Surabaya, empat di Pangkalanbun. Delapan jenazah (yang) tujuh di KN Bung Tomo dan satu di KD Pahang kapal milik Malaysia, dan delapan yang sudah di Surabaya," jelasnya di Kantor Basarnas Pusat, Kemayoran, Jakarta Pusat, Jumat (2/1/2014) seperti dikutip merdeka.com.
Selain jenazah, tim gabungan juga menemukan serpihan-serpihan dari pesawat AirAsia QZ8501. Namun mengenai detail serpihan tidak menjadi pendataan Basarnas, sebab korban adalah prioritas.
"Objek-objek serpihan pesawat banyak ditemukan dan tidak bisa disebutkan satu persatu. Yang utama adalah data atau jumlah dari korban," tutupnya.
AirAsia Langgar Prosedur
Menteri Perhubungan Ignasius Jonan tiba-tiba menggelar sidak ke sejumlah kantor operasional maskapai penerbangan di Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng. Jonan blusukan untuk memastikan semua prosedur penerbangan, sebelum pesawat tinggal landas, dijalankan semua maskapai.
"Tadi menteri blusukan ke kantor AirAsia, Garuda Indonesia, Lion Air, Sriwijaya dan juga Citilink. Kenapa tadi menteri blusukan ke Soekarno Hatta, itu untuk memastikan prosedur jelang penerbangan benar," ujar staf khusus menteri, Hadi Mustofa di Kantor Kemenhub, Jakarta, Jumat (2/1).
Prosedur yang harus dilakukan jelang penerbangan antara lain mengambil laporan kondisi cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Laporan ini harus dipahami pilot sebelum tinggal landas. karena itu pilot harus selalu diberikan briefing oleh Flight Operation Officer (FOO).
Kenyataannya, saat menyambangi kantor maskapai Indonesia AirAsia, Menteri Jonan mendapati fakta bahwa AirAsia tidak menjalankan prosedur tersebut.
"Menurut kepala BMKG, pihak AirAsia tidak mengambil data cuaca sebelum terbang. Seharusnya ada briefing kepada pilot yang hendak terbang. Tentang manifest, bahan bakar dan termasuk kondisi cuaca di bandara keberangkatan, perjalanan, dan bandara yang akan dituju. Briefing fisik agar terjadi komunikasi. AirAsia tidak selalu melakukan hal tersebut (briefing)," bebernya.
Sepengetahuannya, pihak AirAsia tidak melakukan briefing dengan alasan ruangan sempit dan padat. Sehingga tidak efektif jika dilakukan briefing.
Data cuaca menjadi faktor penting. Prosedur penerbangan internasional juga menerapkan hal yang sama. Kementerian Perhubungan tidak mempersoalkan apakah data diambil dari website BMKG ataupun secara fisik.
Menteri Jonan menegaskan pada AirAsia agar menuruti prosedur yang berlaku. "Maka itu menteri menegaskan AirAsia harus melakukan hal tersebut (briefing)," ucapnya. (SSC/NA)