
Mas’oed Abidin
OLEH H. Mas’oed Abidin
Program pendidikan anak nagari sejak usia dini dapat dilakukan dengan nuansa surau. Surau adalah suatu institusi yang khas dalam masyarakat Minangkabau. Fungsinya bukan sekedar tempat salat. Juga sebagai tempat pendidikan dan tempat mendapat pengajaran bagi anak muda. Banyak tokoh-tokoh besar di Minangkabau lahir dari surau. Pengelolaan pendidikan bernuansa surau, pada masa sekarang bisa dihidupkan kembali. Esensi dan semangatnya lewat menggerakkan kebersamaan anak nagari.
Para pendidik mesti tampil mengambil peran, karena ada gejala, adat tidak memberi pengaruh yang banyak terhadap generasi muda di Minangkabau, dan adanya tendensi bahwa generasi tua, terlihat kurang pula memberikan suri teladan. Akibatnya, generasi muda jadi bersikap apatis terhadap adat itu sendiri.
Peran para pendidik mesti membentuk watak Generasi Sumatera Barat, sesuai petatah yang berbunyi,
“Indak nan merah pado kundi,
indak nan bulek pado sago,
Indak nan indah pado budi,
indak nan elok pado baso.
Anak ikan dimakan ikan,
gadang di tabek anak tanggiri,
ameh bukan pangkaik pun bukan,
budi sabuah nan diharagoi.
Dulang ameh baok balaie,
batang bodi baok pananti,
utang ameh buliah bababie,
utang budi dibaok mati.”.
Ada enam unsur yang diperlukan untuk membentuk masyarakat yang mandiri dan berprestasi, melalui harakah dakwah, dalam pendidikan bernuansa surau ; 1. IMAN, 2. ILMU, 3. Kerukunan, Ukhuwah dan Interaksi, 4. Akhlaq, Moralitas sebagai Kekuatan Ruhiyah, 5. Badunsanak, sikap Gotong royong (Ta’awun), 6. Menjaga Lingkungan sebagai Sosial kapital, menerapkan Eko Teknologi.
Kegiatan Pendidikan Anak Nagari sejak Usia DINI mesti dijadikan upaya pembinaan karakter anak, dengan berbasis nilai-nilai agama, yang akan menjadi pagar adat dan syarak, dalam menghadapi krisis identitas, sebagai akibat dari perubahan dalam nilai – nilai adat.
Peran Guru atau Murabbi dalam mendidik anak sejak usia dini adalah ibarat Suluah Bendang di tengah umat, yang dilaksanakan dengan keikhlasan sebagai satu pengabdian mulia dan tugas berat.
Keikhlasan membentuk umat jadi pintar, beriman, berakhlaq, berilmu, beramal baik, membina diri, kemashlahatan umat, dan keluarga, menjadi panutan dan ikutan, ibadahnya teratur, shaleh peribadi dan sosial, beraqidah tauhid yang shahih dan istiqamah.
Pendidikan anak sejak usia dini ini, tidak terlepas dari upaya menyiapkan satu generasi yang beradab, berakhlaq, berakidah dan berprestasi, melalui ;
- Membudayakan Wahyu Al Quran dalam memakaikan adat basandi syarak-syarak basandi kitabullah, melalui pendidikan dan pelatihan-pelatihan,
- Implementasinya, dalam perilaku anak berakidah, dan berakhlaq, dalam kerangka lebih luas, menghidupkan dakwah membangun negeri.
- Perintah untuk melaksanakan tugas-tugas da'wah itu, secara kontinyu atau terus menerus, dan sambung bersambung.
Pelaksana Dakwah Adalah Setiap Muslim
Setiap mukmin adalah umat da'wah pelanjut Risalah Rasulullah yakni Risalah Islam. Umat dan para murabbi (pendidik) mesti berupaya sekuat tenaga untuk meneladani peribadi Muhammad SAW, dalam membentuk effectif leader dengan mengamalkan inti dan isi Agama Islam, yakni akhlaq Islami, Aqidah tauhid yang shahih, kesalehan, dan keyakinan kepada hari akhirat, ”Sungguh telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al Ahzab, 33 : 21).
Uswah atau contoh tauladan terpuji, melukiskan kesan positif dalam mayarakat. Alat canggih teknologi modern tidak dapat mengambilalih peran orang tua dalam uswah. Faktor manusia tetap diperlukan dalam proses pematangan sikap peribadi seseorang anak, sejak usia dini, dengan menanamkan laku perangai (syahsiah), yang mencerminkan watak, sifat fisik, kognitif, emosi, sosial dan rohani seorang. Sahsiah mempunyai tiga ciri utama. Pertama ialah keunikan dengan maksud tersendiri. Kedua kebolehan atau kemampuannya untuk berubah dan diubah; sebagai hasil pembelajaran atau pengalaman. Ketiga ialah organisasi. Dengan perkataan lain ia bukan sekadar himpunan tingkahlaku sebaliknya ia melibatkan corak tindakan dan operasi yang bersifat konsisten.
Tidak diragukan lagi bahwa guru -- murabbi, muallim, – yang punya keperibadian baik serta uswah hidup yang terpuji akan mampu melukiskan kesan positif dalam diri anak didik mereka. Alat teknologi modern walau bagaimanapun canggihnya tidak akan dapat mengambil alih peranan guru. Faktor manusia tetap diperlukan dalam proses pembentukan dan pematangan sikap peribadi para anak didik dan menanamkan laku perangai -- syahsiah -- murid. Tegasnya sahsiah mencerminkan watak, sifat fisik, kognitif, emosi, sosial dan rohani seseorang .