A Friend in Need is a Friend Indeed

Kamis, 27/11/2025 12:27 WIB

OLEH Alfitri (Departemen Sosiologi FISIP Universitas Andalas)


SUATU hari di bulan puasa tahun 2014, atau 1435 hijriyah. Pukul 11-an matahari sedang menanjak naik. Sinarnya terik.

Saya mengurus paspor baru untuk naik haji. Paspor lama sudah mati. Tapi kata petugas Kantor Imigrasi belum bisa diproses. Ada sedikit kekeliruan pada nama di kartu keluarga (KK). Makanya dengan membawa dokumen pendukung lainnya, siang itu saya melangkah memasuki Kantor Catatan Sipil untuk membetulkan sedikit kekeliruan tersebut.

Karena cuma sedikit pembetulan, saya kira urusannya simpel. Tapi arahan ibu-ibu petugas di kantor itu membuat saya agak terguncang. "Bapak ndak bisa langsung ke sini, buat dulu surat permohonannya dengan diketahui RT, RW, Lurah, dan Camat."

Onde mande, hari paneh garang, ini yang akan diurus? Kesana kemari untuk mendapatkan tanda tangan dan cap stempel RT, RW, Lurah dan Camat. Ya, kalau orangnya pas ada, kalau tidak? Terbayang betapa repotnya.

Saya coba menenangkan diri sekejap. Mencari akal. Aha. Sontak, saya teringat seorang teman sekelas waktu di SMA dulu. Ia pernah tugas di Kantor Catatan Sipil itu sebelum kemudian dipromosi menjadi pejabat di kantor lain.

Saya yakin ia dapat membantu. Sejak SMA, jiwa sosial dan suka menolongnya sudah kelihatan. Ia aktif di kegiatan ekskul pramuka dan relawan PKJR binaan Polantas.

Lalu, saya kontak ia via hp. "Datuak, sandek urusan ambo di siko, baa caronyo ko..."
"Sia namo petugasnyo?"
"Ndak, tahu ambo do. Lupo lo mananyo..."
"Ok, tunggu se lah sinan, ambo telpon lu..."

Saya pun duduk di ruang tunggu kantor tersebut. Sekitar lima menit kemudian, tetiba ibu petugas tadi memanggil nama saya dari arah ruangannya. Saya pun menghampirinya.

"Mana KK bapak tadi? Mari segera kita perbaiki." katanya dengan nada ramah. Alhamdulillah" kata saya dalam hati. Saya yakin, ibu itu atau atasan si ibu itu sudah dikontak oleh teman saya tersebut.

Saya memperlihatkan dokumen pendukung pada operator komputer yang membantu ibu petugas tersebut. Dengan sigap dan cermat si operator langsung mengetikkan pembetulan tersebut dan memprint-nya.

Saya lega menerima KK baru yang sudah ditandatangani atasan si ibu itu. Menjelang ke parkiran mobil, saya telpon lagi teman sekelas di SMA itu, mengucapkan terima kasih dan mendoakannya agar senantiasa sehat, murah rezeki dan panjang umur.

Sembari menyetir saat otw ke Kantor Imigrasi, saya merenung tentang arti teman sejati yang selalu siap menolong di saat kita membutuhkan. A Friend in need is a friend indeed.

Dari perspektif sosiologi, perbuatan baik atau bantuan dalam interaksi pertemanan dipahami sebagai bagian dari tindakan sosial yang dibentuk oleh norma, nilai dan ekspektasi sosial. Perilaku menolong dalam pertemanan merupakan proses sosial yang dapat mempertahankan hubungan, memperkuat kohesi kelompok dan mereproduksi norma-norma kebaikan yang berlaku dalam masyarakat.

Selanjutnya, tindakan menolong dipengaruhi oleh prinsip resiprositas, bahwa kebaikan akan dibalas. Tindakan tersebut juga didorong oleh kebutuhan untuk menjaga solidaritas dan keharmonisan dalam jaringan pertemanan.

Ternyata, teman semasa SMA bukan hanya tentang kenangan "kurenah" remaja di masa lalu. Bantuannya yang sederhana pun di saat kita membutuhkan terasa sangat melapangkan dan berarti. Insya Allah, teman saya itu mendapat pahala yang berlipat ganda.*



BACA JUGA