Ratusan tenaga honor Pasaman Barat memadati halaman DPRD saat audiensi, Jumat (21/11/2025). Mereka datang menuntut kepastian status dan pembayaran gaji yang tertunggak enam bulan.
Laporan Sutan Junir
DI HALAMAN gedung DPRD Pasaman Barat yang teduh itu, Jumat (21/11/2025), ratusan tenaga honor berdiri memadati teras. Beberapa tampak menggenggam map plastik lusuh berisi dokumen pengabdian bertahun-tahun. Sebagian lagi — terutama para ibu — duduk di lantai, menunggu giliran menyampaikan keluh-kesah yang telah lama mereka pendam.
Mereka datang membawa satu hal: harapannya belum padam, meski nasib mereka terasa berada di ujung tanduk.
Sudah enam bulan tak bergaji, sebanyak 2.696 tenaga honor non-ASN di lingkungan Pemda Pasaman Barat kini mempertaruhkan masa depan mereka. Mereka menunggu dua kemungkinan: dirumahkan, atau diangkat menjadi PPPK paruh waktu oleh Kementerian PAN-RB.
Dilvan Putra Andesti, koordinator umum tenaga honor, berdiri di depan ratusan rekannya. Wajahnya terlihat menahan letih — sekaligus marah.
“Nasib kami sudah di penghujung tanduk,” katanya lirih namun tegas.
“Enam bulan kami tak gajian. Gaji Rp850 ribu sebulan itu pun tak cair. Kalau tahun ini Pemda tak mengusulkan kami, pupus sudah harapan jadi pegawai. PPPK paruh waktu saja sudah syukur.”
Di belakang Dilvan, berdiri 2.695 rekannya yang lain — sebagian sudah mengabdi 5 tahun, 15 tahun, bahkan 25 tahun. Mereka adalah petugas kebersihan kantor, penjaga sekolah, operator administrasi, tenaga lapangan, supir dinas, hingga petugas layanan dasar.
Mereka semua tahu, tanpa tenaga honor, pelayanan publik bisa lumpuh. Tapi kenyataan hidup tetap menekan: “Kami juga punya dapur. Punya anak. Punya tanggungan,” ucap seorang tenaga honor perempuan, menahan tangis.
Tangis Pecah di Hadapan Bupati
Audiensi di DPRD mempertemukan para tenaga honor dengan Ketua DPRD Dirwansyah, sejumlah anggota dewan, Bupati Pasaman Barat H. Yulianto, Sekda Doddy San Ismail, dan BKPSDM.
Begitu mikrofon diberikan, suara-suara pecah. Keluhan berbaur isak. Para ibu-ibu tenaga honor yang mengabdi di puskesmas, sekolah, dan kantor kecamatan, tak bisa lagi menahan air mata. Mereka hanya ingin kepastian: apakah akan diusulkan atau tidak?
Bupati Yulianto berusaha menenangkan. “Insyaallah aplikasi akan dibuka Menpan RB. Saya akan tanda tangan SPTJM. Saya ingin masyarakat saya diangkat jadi PPPK,” katanya.

Sejumlah tenaga honor perempuan menangis saat menyampaikan keluhan di hadapan Bupati Pasaman Barat H. Yulianto dan pimpinan DPRD.
Sekda Doddy San Ismail menambahkan bahwa Pemda telah berkali-kali melobi kementerian. Wakil Bupati juga saat itu sedang berada di Jakarta memperjuangkan hal yang sama.
Namun, di luar ruang rapat, pesimisme tetap menggelayuti benak para honorer. Sebab, sejak awal, usulan dari Pasaman Barat tercatat nihil, sementara kabupaten/kota lain telah mengirim usulan sejak berbulan-bulan lalu.
“Kami Akan Kawal ke Jakarta”
Di tengah ketidakpastian itu, Dilvan menegaskan satu keputusan penting.
“Kami akan mengirim perwakilan mengawal Pemda ke Jakarta. Kami tidak mau lagi dijanjikan. Kami minta kepastian.”
Ia kembali menegaskan pertanyaan yang mengganjal ribuan orang itu:
“Kenapa hanya Pasaman Barat yang belum mengusulkan? Kenapa?”
Suara itu menggema dan disambut anggukan penuh gelisah dari ratusan wajah yang berharap. Audiensi berakhir dengan beberapa kesepakatan:
• Pemda akan mengalokasikan 1 bulan gaji untuk tahun 2025.
- Pemda akan mengalokasikan 1 bulan gaji untuk tahun 2025.
- Untuk 2026, Pemda berkomitmen menganggarkan 1 bulan gaji sementara
- Pemda akan mengusulkan seluruh tenaga honor jika aplikasi CASN dibuka Menpan RB.
Namun, bagi para tenaga honor, harapan tetap apuh. Mereka kembali pulang membawa tas yang sama seperti saat datang — tapi kini dengan beban batin lebih berat.
Nasib mereka masih menggantung.
Masih menunggu Jakarta.
Masih menanti keputusan satu pintu yang dapat mengubah hidup.
Sementara itu, pelayanan publik Pasaman Barat tetap berjalan — ditopang oleh para pengabdi yang tak pernah tercatat sebagai ASN, tapi terus bekerja seolah mereka tak pernah menunggu apa pun.*