Merayakan Matotonan: Pulang Menyusuri Laut dari Siberut ke Padang

HARI TERAKHIR, SELADA, 12 AGUSTUS 2025

Sabtu, 16/08/2025 08:24 WIB

OLEH Sirajul Fuad Zis, M.I.Kom (Mahasiswa Program Doktor Studi Pembangunan, Sekolah Pascasarjana Universitas Andalas)

 

HARI ini adalah hari terakhir dari agenda besar kami dari festival kebudayaan Liat Pulaggajat/ Hari Ulang Tahun Desa (HUT) sebagai event tahunan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Desa Matotonan.

Menariknya iven ini juga diselenggarakan rapat paripuna, yang dihadiri oleh Bupati Mentawai serta rombongan, abdi desa, sikerei dan sikalabai (istri sikerei) akademisi serta masyarakat. Kami keluarga besar Program Doktor Studi Pembangunan mengucapkan selamat ulang tahun kepada Desa Matotonan.

Perjalanan ke Matotonan memang perlu waktu menyesuaikan dengan jadwal kapal, Bapak ibu yang ingin ke Matotonan perlu cek lewat akun instagram @mentawaifast. Tepat enam hari perjalanan kami dan pengalaman sudah kami lalui, dipublikasikan langsung oleh sumbarsatu.

Kami memilih transit di Desa Wisata Muntei, karena dekat dengan pelabuhan Maileppet. Banyak cerita dan pengalaman yang kami lalui dari perayaan Matotonan, hari ini kami hanya fokus untuk pulang dan bersantai di Homestay Samemek milik pak Valen.

Kami memesan kopi dan mengulang kembali dialog Destinasi Desa Wisata Muntei. Kami berusaha meyakinkan kepada pak Valen untuk serius kembali menggerakkan teman-teman Pokdarwis untuk semangat membuat program-program wisata.

Selain potensi sumber daya yang ada, kondisi yang menguntungkan bagi Desa Wisata Muntei adalah dekat dengan pelabuhan. Memudahkan akses wisatawan sebagai tempat transi sebelum menuju pedalaman.

Setelah itu, kami menyusuri Desa Wisata dan melihat Uma yang ada di Desa Muntei. Kami menyapa bule yang datang dari spanyol sekitar tujuh orang, sepertinya mereka habis tracking dan mengikuti budaya keseharian masyarakat Mentawai.

Jam sudah menunjukkan pukul dua belas siang, masih ada dua jam lagi keberangkatan kembali ke Padang. Kami makan siang dahulu di rumah makan dekat pelabuhan, kami salat dan siap-siap menuju pelabuhan.

Cuaca yang sebelumnya cerah, tiba-tiba gelap dan hujan turun deras sekitar 15 menit. Kami berjalan menuju pelabuhan usai hujan, hanya gerimis menemani langkah kami menuju kapal Mentawai Fast. Pluit panjang berbunyi untuk pertama kalinya, pertanda penumpang sudah bisa memasuki masuk kapal.

Kami berusaha membelah hujan sampai masuk kapal, teriakan dengan lantang ke arah kami.

“Pak Fuad!” Pak Bowo berteriak

Kami menghadap kearah suara, ternyata Pak Bowo yang menyapa. Kami sambil melempar senyum, beliau adalah tour guide dari Pokdarwis Muntei. Kami mengucapkan terima kasih kepada Pak Bowo telah menjembatani komunikasi untuk bisa memesan homestay milik Pak Valen. Kami saling sapa, dengan ramah beliau ikut melepas kami menuju kota Padang.

Kami masuk kapal, mencari kursi sesuai nomor tiket yang telah diberi oleh pihak Mentawai Fast. Kami menyusuri laut dengan gelombang Mentawai selama empat jam kurang lebih.

Kapal menjauh dari teluk Siberut, cuaca tampak gelap ke arah Pulau Siberut. Tapi cuaca menuju arah padang tampak cerah. Kami menikmati perjalanan sampai kembali di pelabuhan Mentawai Fast Kota Padang.

Perjalanan panjang ini menjadi pengalaman berharga bagi kami dalam merayakan Matotonan, salah satu budaya yang luar biasa mengenang hari lahir Desa Matotonan.*



BACA JUGA