Karya Kolektif Kelana Akhir Pekan Dipamerkan di Galeri Nasiona

Selasa, 15/07/2025 14:52 WIB

Padang, sumbarsatu.com — Karya kolektif Kelana Akhir Pekan resmi dipamerkan dalam pembukaan Kids Biennale Indonesia 2025 di Galeri Nasional Indonesia, Jumat (4/7/2025).

Karya ini ditampilkan bersama 141 karya lainnya yang terpilih dari seleksi terbuka untuk anak-anak dan remaja seluruh Indonesia. Pameran berlangsung hingga 31 Juli 2025.

Seleksi terbuka untuk ajang ini digelar sejak 24 Februari hingga 30 April 2025, dan diikuti oleh 1.026 karya dari berbagai daerah. Dari jumlah tersebut, hanya 142 karya yang terpilih untuk dipamerkan, termasuk karya Kelana Akhir Pekan, satu dari empat peserta asal Sumatera Barat.

Dalam pameran ini, Kelana Akhir Pekan menampilkan karya seni rupa berjudul Kelana Akhir Pekan, berupa potongan-potongan puzzle yang belum sepenuhnya tersusun.

Seperti namanya, karya ini merepresentasikan suasana kelas tempat anak-anak belajar menggambar, musik, tari, dan teater tanpa rasa takut salah. Bagi mereka, kelas ini adalah rumah, lingkungan, dan dunia kecil yang penuh imajinasi.

Karya ini merupakan hasil kolaborasi sejumlah peserta Kelana Akhir Pekan, seperti Aqila Ratman Ersani, Velicia Okta Deciana, Aiza Rania, Anindia Naisya El Mugni, Nada Bahira Ramadani, Fahira Mai Khayrita, Latifa Syahira Fitri, Nur Latifah, Muhammad Agam, Fahrul Mardianto, Syafia Enjelina, Adelia Putri Syamira, Fauzia Rafifa, Muhammad Bima Sakti, dan Rafael Adiza Pratama.

Selain karya rupa, karya ini juga menyatukan unsur visual bergerak dan musik, yang merekam aktivitas keseharian mereka saat latihan dan bermain bersama. Unsur ini diisi oleh Daffa Al Zikra, Hafiz Zurahman, Muhammad Fakur Rizky, Temi Zueldo, Barra Malik Ibrahim, Magribi Ibrahim, Satria Ramadhan Al Aqbar, Muhammad Ridho, Robi Ilham Al Fadriansyah, Cadhla Tri Gunawan, Nila Amalia Nabila, Kesya Almadiana, Keysha Fitri Rafani, dan Adinda Putri Mayzamri.

Srikandi Putri, wali kelas Kelana, menjelaskan bahwa Kelana Akhir Pekan adalah kolektif anak-anak dan remaja dari Korong Kasai, Nagari Kasang, Padang Pariaman, yang tumbuh bersama melalui kelas seni yang diselenggarakan oleh Komunitas Seni Nan Tumpah.

Mereka belajar menggambar, menari, bermusik, berteater, menulis, dan berbagi cerita setiap Kamis hingga Minggu di Ruangtemu Nan Tumpah.

“Kelana Akhir Pekan lahir dari semangat bermain, berkarya, dan menjelajah dunia lewat imajinasi anak-anak itu sendiri—di mana seni menjadi cara berteman, bersuara, dan bermimpi bersama,” ujar Srikandi.

Yusuf Fadli Aser, pengampu kelas seni rupa, menambahkan bahwa anak-anak Kelana menunjukkan semangat belajar yang tinggi dan rasa ingin tahu yang luas.

“Mereka membuat apa yang mereka pikirkan, dan selalu berangkat dari hal-hal yang dekat dengan keseharian. Kebebasan ini menjadi fondasi penting: seni bukan sekadar keterampilan teknis, melainkan cara untuk mengenali dan merespons dunia,” ungkapnya.

Dikutip dari situs resmi kidsbiennaleindonesia.id, Kids Biennale Indonesia merupakan platform seni inklusif berskala global yang memberi ruang bagi anak-anak dan remaja usia 6–17 tahun—termasuk anak berkebutuhan khusus hingga usia 22 tahun, untuk berekspresi dan merespons isu sosial melalui seni lintas disiplin.

Tahun ini, Kids Biennale Indonesia mengusung tema Tumbuh Tanpa Takut, yang dikuratori oleh Anggun Priambodo dan Gie Sanjaya. Tema ini mengajak anak-anak untuk menyuarakan harapan, refleksi, serta kritik terhadap lingkungan belajar dan hidup yang ideal—aman, inklusif, dan membebaskan.

Fahrul, salah satu peserta dari Kelana Akhir Pekan, mengaku senang mengikuti kelas dan terlibat dalam pameran nasional ini.

“Mengikuti kelas di Kelana Akhir Pekan sangat menyenangkan. Bisa dapat teman baru dan bikin karya sama-sama. Di Kids Biennale ini aku menggambar gunung. Karena gunung itu indah kalau dilihat dari bawah. Kata orang, kalau dilihat dari atas, pemandangannya lebih bagus lagi. Jadi aku gambar itu,” katanya polos.

Kehadiran Kelana Akhir Pekan dalam Kids Biennale Indonesia 2025 menegaskan bahwa seni anak-anak tidak hanya layak diapresiasi, tetapi juga mampu menjadi ruang tumbuh, dialog, dan perubahan. ssc/rel



BACA JUGA