Tanoto Foundation Tampilkan Model PAUD dari Indonesia dan Tiongkok di Konferensi ARNEC 2025

Senin, 14/07/2025 18:25 WIB

Manila, sumbarsatu.com—Tanoto Foundation mempresentasikan dua model pengasuhan anak usia dini berbasis komunitas dari Indonesia dan Tiongkok dalam Konferensi Regional Asia-Pacific Regional Network for Early Childhood (ARNEC) 2025, yang digelar di Manila, Filipina, awal Juli 2025 lalu.

Model yang ditampilkan adalah Rumah Anak SIGAP dari Indonesia dan HOPE (Harnessing Opportunity through Parenting and Education) dari Tiongkok. Keduanya dinilai berhasil meningkatkan perkembangan anak-anak usia 0–3 tahun, khususnya di wilayah pedesaan dan komunitas kurang terlayani.

Usia 0–3 tahun merupakan periode krusial dalam tumbuh kembang anak. Studi dari Center on the Developing Child, Universitas Harvard, menyebutkan bahwa perkembangan otak anak bisa mencapai 90 persen dari ukuran otak orang dewasa pada masa ini. Sayangnya, banyak anak di Asia mengalami keterlambatan perkembangan pada usia tersebut.

Sebuah riset tahun 2023 dari Australian Council for Educational Research (ACER) mengungkap bahwa 57 persen anak usia 0–3 tahun di Indonesia berisiko tidak mencapai potensi perkembangan optimal, dengan 26 persen di antaranya tinggal di lingkungan pengasuhan berkualitas rendah. Kondisi serupa juga ditemukan di Tiongkok, di mana lebih dari 80 persen anak-anak pedesaan gagal memenuhi sedikitnya satu indikator perkembangan, menurut jurnal Journal of Comparative Economics (2019).

Pendekatan Komunitas di Indonesia

Program Rumah Anak SIGAP Tanoto Foundation di Indonesia menunjukkan dampak positif. Evaluasi mencatat bahwa anak-anak di daerah pedesaan yang mengikuti program ini mengalami peningkatan skor perkembangan rata-rata sebesar 1,06 poin, lebih tinggi dari anak-anak di perkotaan yang tercatat hanya 0,53 poin.

Hingga 2024, program ini telah menjangkau lebih dari 3.000 anak dan orang tua di lima provinsi: Banten, Jawa Tengah, Kalimantan Timur, Jakarta, dan Riau.

Keberhasilan Rumah Anak SIGAP terletak pada pemberdayaan kader komunitas sebagai agen perubahan. Kepala Pengembangan Pendidikan Tanoto Foundation, Ancilla Irwan, menyebut program ini sebagai bagian dari “ekosistem pengasuhan yang terintegrasi”.

Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng Pramestuti, bahkan menjadikan model ini sebagai rujukan integrasi layanan pencegahan stunting dan pengasuhan anak usia dini di wilayahnya.

Dari hasil wawancara terhadap 64 orang tua, sebanyak 59 di antaranya melaporkan perubahan positif, seperti peningkatan praktik menyusui, pola makan anak yang lebih sehat, serta interaksi yang lebih aktif dan penuh perhatian dengan anak. 

HOPE: Pendekatan Serupa di Tiongkok

Program HOPE di Tiongkok juga mengusung pendekatan serupa. Hingga kini, program ini telah melatih 330 fasilitator dan mendirikan 138 pusat layanan di lima provinsi: Beijing, Guizhou, Jiangsu, Jiangxi, dan Shandong, menjangkau lebih dari 16.000 anak usia 0–3 tahun dan keluarga mereka.

Menurut Wu Wei, Country Head Tanoto Foundation Tiongkok, investasi dalam pengasuhan usia dini adalah kunci untuk mendorong kesetaraan sosial, memutus rantai kemiskinan antargenerasi, dan memperkuat sumber daya manusia untuk pembangunan berkelanjutan di Tiongkok.

Mendorong Kolaborasi Asia-Pasifik

Sebagai anggota Tim Inti ARNEC, Tanoto Foundation berkomitmen untuk memajukan agenda Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) melalui kemitraan, pertukaran pengetahuan, dan advokasi hak anak.

“Konferensi ini menunjukkan bahwa kolaborasi lintas negara dapat memperkuat advokasi PAUD di kawasan Asia-Pasifik. Semoga praktik baik yang dibagikan dapat diterapkan di tingkat lokal, dan mendorong perubahan kebijakan demi masa depan anak-anak kita,” kata Eddy Henry, Kepala Kebijakan dan Advokasi Tanoto Foundation.



BACA JUGA