
Ir. Kasmudjo (Sumber: https://www.inews.id/news/nasional/profil-pak-kasmudjo-dosen-pembimbing-skripsi-jokowi-fakta-mengejutkan-terungkap; diakses 02-05-2025)
OLEH Suryadi (Leiden University)
SEIRING dengan mencuatnya polemik mengenai ijazah Presiden Indonesian ke-7, Jokowi, sosok seorang dosen Universitas Gadjah Mada (UGM) yang bernama Kasmudjo juga ikut menjadi populer sekarang. Soalnya, Jokowi mengklaim Kasmudjo adalah dosen pembimbingnya, sebagaimana diceritakannya seusai mengisi kuliah umum dalam perayaan Dies Natalis UGM ke-68 di Graha Sabha Pramana, Kampus UGM Bulak Sumur, Selasa, 19 Desember 2024.
“Beliau (Kasmudjo_red) waktu dulu membimbing saya, seingat saya galak sekali. Tapi sekarang saya melihat beliau sangat bijaksana sekali,” kata Presiden disusul tawa para hadirin, sebagaimana dikutip oleh Kagama.co (lihat: https://kagama.co/2017/12/20/mengenal-lebih-dekat-kasmudjo-dosen-di-balik-kesuksesan-presiden-jokowi/; diakses 02-05-2025).
Kasmudjo sendiri mengaku bahwa dia hanya terlibat dalam pembimbingan akademik Jokowi. "Saya memang terlibat dalam proses akademik beliau, tapi sebagai pembimbing akademik, bukan skripsi," ujar Kasmudjo dikutip dari laman resmi UGM, sebagaimana dikutip oleh SindoNews (lihat: https://daerah.sindonews.com/read/1561173/707/profil-kasmudjo-dosen-pembimbing-akademik-jokowi-di-ugm-1745921069; diakses 02-05-2025).
Merujuk SindoNews, disebutkan juga:
“Selama periode 1980-1985, Kasmudjo mengamati langsung perkembangan Jokowi sebagai mahasiswa. Dia menggambarkan Jokowi sebagai sosok disiplin, teliti, dan memiliki etos belajar yang tinggi. Kedisiplinan inilah yang membedakannya dari mahasiswa lain saat itu.” (SindoNews, ibid.)
Tampaknya, penekanan bahwa Kasmudjo hanya terlibat dalam pemimbimbingan akademik Jokowi, bukan dalam pembimbingan skripsinya (kursif: Suryadi), adalah reaksi dari kejelimetan netizen yang melihat adanya kejanggalan: di halaman pengesahan skripsi yang diklaim sebagai skripsi Jokowi yang sudah beredar di dunia maya tertera nama Pembimbing Utama: Prof. Dr. Ir. Achmad Soemitro (lihat: https://www.suara.com/tekno/2024/09/27/090500/ada-perbedaan-nama-dosen-pembimbing-di-skripsi-jokowi-warganet-masa-dospem-sendiri-lupa; diakses 02-25-2025).
Kalau begitu, logikanya: di Fakultas Kehutanan UGM, pada tahun 1980-an ada ketentuan (tradisi) dua pembimbing untuk mahasiswa yang sedang menulis skripsi, yaitu: Pembimbing Utama dan Pembimbing Akademik. (kursif: Suryadi). Untuk mengetahui apakah sistem seperti ini benar-benar ada di Fakultas Kehutanan UGM (dulu dan sekarang), tentu dapat dilihat skripsi-skripsi mahasiswa lain yang sezaman yang berasal dari Fakultas Kehutanan UGM sebagai perbandingan.
Beberapa postingan di medsos menyebutkan bahwa Kasmudjo lahir tahun 1961 (lihat misalnya: >https://www.facebook.com/photo.php?fbid=1055672153289753&set=a.148750707315240&type=3; dikases 12-05-2025). murianews menyebut: tahun ini (2025) Kasmudjo berusia 85 tahun (lihat: https://info-muria.murianews.com/dani-agus/134050/dosen-pembimbing-skripsi-jokowi-ternyata-asli-grobogan-rumahnya-sangat-sederhana; diakses 12-05-2025). Sebagaimana dapat dibaca di medsos dan media-media online, pria yang mengaku Kasmudjo, dosen pembimbing akademik Jokowi itu, dengan tambutnya yang sudah memutih, kelihatan masih sehat (ilustrasi 1). Kasmudjo mengaku lahir di Desa Tambaksari, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (murianews, ibid.)
Selain informasi di atas, tak banyak yang dapat diperoleh dari sumber-sumber internet tentang riwayat hidup Kasmudjo yang lebih lengkap. Foto Kasmudjo yang sudah relatif sepuh dan berambut putih juga tidak bisa dikonfirmasikan dengan foto-fotonya yang lain ketika ia masih berusia muda. Fakultas Kehutanan UGM mungkin memiliki dokumentasi foto Kasmudjo ketika melamar menjadi dosen. UGM tentu dapat membuka arsipnya untuk memenuhi keingintahuan publik mengenai “Pembimbing Akademik” Jokowi ini dan data-data lain yang terkait dengan skripsi dan ijazah Jokowi.
Berdasarkan laporan berbagai media di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
- Kasmudjo memiliki gelar akademik (terakhir) ‘Insinyur’ (Ir.) sebagaimana ditulis di banyak media, dan tentunya itu adalah gelar ‘Insinyur Kehutanan’.
- Ada berbagai versi mengenai tahun kelahiran Ir. Kasmudjo yang berpotensi menimbulkan berbagai pertanyaan oleh publik. Antara lain ada dua informasi umum mengenai tarikh kelahirannya. Jika ia sudah berusia 85 tahun pada 2025, berarti dia lahir pada 1940. Ada juga yang menyebut Kasmudjo lahir tahun 1961.
Namun, berbagai pertanyaan yang masih menggantung tentang sosok Ir. Kasmudjo mungkin kian membuat publik penasaran jika dikonfirmasikan/dikonfrontasikan dengan temuan saya di Leiden University Library, Belanda, sebagai berikut:
Dalam buku Jejak Langkah Fakultas Kehutanan UGM Mencerdaskan Bangsa (Yogyakarta: [Fakultas Kehutanan UGM], 1996) karya Moh. Sambas Sabarnurdin, terdapat senarai nama-nama dosen Fakultas Kehutanan UGM dan tahun mereka diterima menjadi dosen di fakulas tersebut. Di halaman 12 buku tersebut (lihat ilustrasi 2: nomor urut 12; lihat juga ilustrasi 3) tercatat nama: “Kasmudjo, B.Sc. (1976)”, yang berarti: Kasmudjo, dengan gelar “B.Sc.” diterima menjadi dosen di Fakultas Kehutanan UGM pada tahun 1976 (kursif: Suryadi). Ia adalah satu dari 31 orang dosen Fakultas Kehutanan UGM yang diterima dalam periode 1971-1980 (Ilustrasi 2).
Kasmudjo, B.Sc. (Nomor urut 23), dosen Fakultas Kehutanan UGM (Sumber: Moh. Sambas Sabarnurdin, Jejak Langkah Fakultas Kehutanan UGM Mencerdaskan Bangsa. Yogyakarta: [Fakultas Kehutanan UGM], 1996:12).
Data akademis ini membawa kita pada analisis berikut:
- Kasmudjo memiliki gelar akademik “B.Sc.” (Bachelor of Science, gelar yang diberikan di universitas di seluruh dunia untuk mahasiswa yang sudah menyelesaikan studi tingkat sarjana di bidang yang terkait dengan sains atau teknologi) ketika diterima menjadi dosen di Fakultas Kehutanan UGM. Pertanyaanya: dari perguruan tinggi/universitas mana, bidang ilmu apa, dan tahun berapa gelar “B.Sc” itu dia terima?
- Berarti gelar ‘Insinyur’ Kasmudjo yang diletakkan di depan namanya sekarang diperolehnya setelah ia melanjutkan studinya lagi sesudah diterima menjadi dosen Fakultas Kehutanan UGM pada 1976 dengan gelar ‘B.Sc.). Pertanyaannya: dari mana dia mendapat gelar ‘Insinyur’ itu? Jika gelar itu diperolehnya dari Fakultas Kehutanan UGM, berarti dia belanjutkan sekolahnya lagi sambil mengajar (seperti penulis lakukan di Leiden University untuk mendapatkan gelar Master (2002) dan PhD (2014)). Jika demikian halnya, pasti UGM/Fakultas Kehutanan memiliki arsip tentang studi lanjutan Kasmudjo ini (kapan mulai dan kapan wisudanya?). Kalau gelar ‘Insnyur’ itu diperolehnya dari universitas lain, dia tentu dapat menjelaskannya ke publik atau di pengadilan, jika kasus ijazah Jokowi ini akhirnya dibawa ke ranah hukum.
- Pada tahun 1980, saat Jokowi masuk Fakultas Kehutanan UGM, berarti Kasmudjo, B.Sc. baru 4 tahun mengabdi sebagai dosen di Fakultas Kehutanan UGM. Dan tahun 1985, tahun yang diklaim Jokowi sebagai tahun kelulusannya di UGM, Kasmudjo sudah menjadi dosen selama 8 tahun. Dengan demikian cukup masuk akal kalau dia mengklaim dirinya sebagai ‘Pembimbing Akademik’ Jokowi.
- Informasi yang menyatakan Kasmudjo lahir tahun 1961 sepertinya kurang masuk akal, karena itu berarti tahun 1976, ketika dia diterima menjadi dosen di Fakultas Kehutanan UGM, usianya baru 15 tahun. (kursif: Suryadi).
Moh. Sambas Sabarnurdin, Jejak Langkah Fakultas Kehutanan UGM Mencerdaskan Bangsa. Yogyakarta: [Fakultas Kehutanan UGM], 1996:12).
Demikianlah sedikit tambahan risalah akademis terkait dengan polemik ijazah Jokowi. Mudah-mudahan uraian ini bermanfaat bagi para pembaca, pihak-pihak yang langsung atau tidak berkepentingan dengan kasus yang sedang menjadi perhatian publik itu, dan masyarakat Indonesia pada umumnya.
Leiden, Jumat, 2 Mei 2024