Hamas dan PSH Unand Sukses Gelar "Mengenang Sang Wartawan dan Sastrawan Abrar Yusra"

JUGA PERINGATAN 89 TAHUN RUSLI MARZUKI SARIA

Kamis, 27/02/2025 08:39 WIB
Suasana acara

Suasana acara "Mengenang Sang Wartawan dan Sastrawan Abrar Yusra" di Convention Hall Universitas Andalas, Kampus Limau Manih, Padang, pada Rabu (26/2/2025) yang juga dirayakan bersamaan 89 tahun penyair Rusli Marzuki Saria.

Padang, sumbarsatu.com– Hamas (Himpunan Media Sumbar) bersama PSH Unand (Pusat Studi Humaniora Universitas Andalas) dan LPPM Unand sukses menggelar acara bertajuk "Mengenang Sang Wartawan dan Sastrawan Abrar Yusra" di Convention Hall Universitas Andalas, Kampus Limau Manih, Padang, pada Rabu (26/2/2025).

Acara ini merupakan bentuk penghormatan terhadap sosok Abrar Yusra, seorang wartawan, penyair, novelis, dan penulis biografi terkemuka asal ranah Minangkabau. Sepuluh tahun telah berlalu sejak kepergiannya pada 28 Agustus 2015, dan kini namanya kembali dikenang dalam forum yang mempertemukan para akademisi, budayawan, seniman, dan insan pers. Abrar Yusra sendiri dimakamkan di kampung halamannya, Lawang, Kabupaten Agam.

BERITA TERKAIT: Sastrawan Abrar Yusra Berpulang, Dikebumikan Hari Ini di Lawang Agam

Sejumlah tokoh hadir memberikan penghormatan dalam acara ini, di antaranya Wakil Rektor IV Unand, Prof Henmaidi, penyair Rusli Marzuki Saria, serta wartawan senior, budayawan, dan penulis buku, Hasril Chaniago. Selain itu, sejarawan sekaligus dosen Fakultas Ilmu Budaya Unand, Dr Israr Iskandar, turut memberikan testimony speech yang menggambarkan sosok Abrar Yusra dari berbagai perspektif.

Tak hanya para akademisi dan sastrawan, acara ini juga dihadiri Gafrian Abrar, anak tertua almarhum Abrar Yusra, yang datang jauh dari Bogor untuk mengenang jejak sang ayah. Adapun pihak penyelenggara yang turut hadir antara lain Dr Hary Effendi Iskandar dari PSH Unand, serta perwakilan Hamas seperti Isa Kurniawan, Sandy Sitia, dan Hanura Rusli.

Menghidupkan Tradisi Berkata-kata

Dalam sambutannya, Wakil Rektor IV Unand, Prof Henmaidi, mengapresiasi terselenggaranya acara ini sebagai wujud pelestarian budaya literasi di lingkungan akademik.

"Dengan gerakan ini, kita bisa mambangkik batang tarandam, menghidupkan kembali tradisi yang telah lama ada di Minangkabau, yakni kepandaian dalam merangkai kata. Dengan kata-kata, kita bisa membawa perubahan besar bagi bangsa ini," kata Henmaidi.

Ia juga menekankan betapa dahsyatnya kekuatan kata-kata dibandingkan kekuatan fisik.

"Peluru hanya menembus satu orang, tetapi kata-kata mampu menembus jutaan orang sekaligus. Itulah kehebatan literasi yang telah menjadi warisan orang Minang," tambahnya.

Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa seni dan budaya memiliki peran besar dalam memperhalus jiwa manusia. Kemampuan merangkai kata dengan baik dapat menyampaikan maksud tanpa melukai perasaan orang lain.

Abrar Yusra, Mentor dan Sahabat

Dalam sesi testimony speech, Hasril Chaniago berbagi kenangan tentang sosok Abrar Yusra, terutama ketika mereka bekerja bersama di Harian Singgalang.

"Bang Abrar adalah mentor sekaligus guru saya dalam dunia jurnalistik dan penulisan biografi. Kami banyak menghabiskan waktu bersama, termasuk saat menulis buku “Catatan Seorang Pamong, Memoar Hasan Basri Durin, Gubernur Sumatera Barat 1987-1997," ungkap Hasril.

BERITA TERKAIT: Abrar Yusra, Penulis Biografi yang Wartawan dan Sastrawan

Tak hanya itu, Hasril juga menjadi saksi perjalanan Abrar Yusra dalam menulis novel “Tanah Ombak”, sebuah karya monumental yang awalnya dimuat sebagai cerita bersambung di Harian Kompas sebelum akhirnya diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas pada 2002.

"Saya sering menjadi tempat curhat Bang Abrar saat ia melakukan riset untuk novel “Tanah Ombak”. Kedekatan kami sudah seperti adik dan kakak. Sewaktu saya masih bujangan dan hidup nomaden, beliau sering mengajak saya menginap di rumahnya di Siteba. Saat itu, anak sulungnya, Gafrian Abrar, masih kecil," kenangnya.

Hasril berharap agar kegiatan berkesenian dan berkebudayaan seperti ini terus berlanjut, terutama di tengah minimnya acara sastra di Sumatera Barat akhir-akhir ini.

"Hamas telah menjadi oase di tengah paceklik acara kebudayaan. Kampus Unand seharusnya bisa menjadi episentrum gerakan berkesenian dan berkebudayaan, terutama melalui Fakultas Ilmu Budaya," pungkasnya.

Peringatan 89 Tahun Rusli Marzuki Saria

Momentum istimewa lainnya dalam acara ini adalah peringatan ulang tahun ke-89 penyair Rusli Marzuki Saria. Perayaan ini bertepatan dengan hari kelahirannya, 26 Februari, yang juga menjadi tanggal pelaksanaan acara ini. Sebagai bentuk penghormatan, dilakukan pemotongan tumpeng sebagai simbol perayaan perjalanan panjang sang penyair dalam dunia sastra.

Acara ini juga diwarnai dengan pembacaan puisi yang menghidupkan kembali memori tentang Abrar Yusra dan perjalanan sastranya.

Duet Annisa Putri (mahasiswa Unand) dan Angelina Anggraini (mahasiswa UM Sumbar) membuka sesi ini dengan lantunan sajak penuh makna.

Para penyair senior seperti Rizal Tanjung, Dadang Leona, dan Fauzul el Nurca juga turut membacakan puisi mereka. Dari kalangan akademisi, tampil  Dalmenda (Unand),  Ilham (UM Sumbar), Fitri Adona (PNP), dan Leni Marlina (UNP) yang membawa dua orang mahasiswinya, serta Gus Arif.

Dengan suksesnya acara "Mengenang Sang Wartawan dan Sastrawan Abrar Yusra", diharapkan semangat literasi dan kebudayaan terus hidup dan berkembang, terutama di ranah akademik dan komunitas sastra Sumatera Barat. SSC/REL

 



BACA JUGA