Nita Azis Apresiasi Festival Juadah, Wacana Menuju 100 Festival Terbesar di Sumatera Barat

Kamis, 13/02/2025 11:37 WIB

Toboh Gadang, sumbarsatu,com—Kaum ibu di Nagari Toboh Gadang Barat, Sintoga, Padang Pariaman merasa Bahagia dan senang. Untuk kedua kalinya, Nita Azis, istri Bupati Padang Pariaman terpilih, John Kenedy Azis, menyambangi kampung mereka.

Namun, kali ini kehadirannya bukan dalam konteks kampanye seperti sebelumnya. Kedatangannya kali ini membawa semangat baru, yakni mendukung rencana penyelenggaraan Festival Juadah, sebuah perayaan kuliner yang dirancang untuk digelar setelah Lebaran tahun ini.

Pertemuan antara Nita dan masyarakat berlangsung di aula kantor wali nagari setempat, diawali dengan diskusi bersama panitia penyelenggara. Dalam kesempatan itu, Wali Nagari Eko Pebrianto mengungkapkan bahwa festival ini berangkat dari keinginan untuk mengangkat kekayaan budaya lokal yang selama ini belum banyak mendapat sorotan.

“Saya sebelumnya sudah berdiskusi dengan Ajo Wayoik, salah seorang tokoh kesenian Padang Pariaman, tentang bagaimana menggali potensi nagari kami untuk dijadikan sebuah festival,” kata Eko Pebrianto, Selasa (11/2/2025).

Namun, gagasan tersebut sempat menemui tantangan. Warga setempat merasa bahwa nagari mereka tidak memiliki objek wisata alam yang menonjol seperti pantai, gunung, atau air terjun.

“Kami hanya punya sawah,” ujar Eko.

Dari situlah muncul ide untuk menjadikan juadah sebagai ikon festival, karena kuliner khas ini merupakan bagian tak terpisahkan dari tradisi masyarakat setempat.

Juadah, Warisan Kuliner Piaman

Juadah merupakan kekayaan kuliner otentik dari kawasan budaya Piaman. Di Toboh Gadang, keterampilan membuat juadah telah diwariskan turun-temurun, terutama di kalangan kaum ibu. Hingga kini, tradisi itu masih terus hidup dan menjadi bagian dari identitas nagari.

“Kemampuan membuat juadah adalah keahlian yang hampir dimiliki setiap ibu di sini. Ini adalah tradisi yang masih terjaga,” terang Eko Pebrianto.

Diharapkan, kehadiran Nita Azis bisa menjadi pemantik semangat bagi panitia dan masyarakat dalam merealisasikan festival ini. Bukan sekadar perayaan kuliner, Festival Juadah juga dimaksudkan sebagai upaya pelestarian budaya dan peningkatan ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal.

Muhammad Fadli atau dikenal Ajo Wayoik, yang bertindak sebagai kurator Festival Juadah, menyampaikan bahwa festival ini diharapkan menjadi proyek percontohan bagi nagari-nagari lain di Padang Pariaman dalam menyelenggarakan festival mereka sendiri.

“Kami dari Forum Batajau Seni Piaman sedang aktif menyebarluaskan pola penggarapan festival yang efektif, efisien, dan melibatkan partisipasi penuh dari masyarakat. Pola ini disebut Festival Warga, di mana warga nagari menjadi motor utama dalam penyelenggaraannya,” ungkapnya.

Di Kabupaten Padang Pariaman sendiri terdapat 103 nagari. Dengan jumlah yang begitu besar, Ajo Wayoik optimis bahwa wacana 100 Festival Nagari bukan sekadar impian.

“Jika setiap nagari dapat menggali potensi khas mereka dan mengemasnya menjadi festival, maka Padang Pariaman bisa menjadi daerah dengan kalender budaya yang kaya dan berkelanjutan,” tambah Ajo Wayoik.

Dalam sambutannya, Nita Azis menyampaikan apresiasinya terhadap inisiatif penyelenggaraan Festival Juadah. Ia melihat festival ini sebagai langkah strategis dalam mengangkat kembali potensi kuliner khas daerah.

“Saya sudah mulai memetakan berbagai potensi yang bisa kita besarkan dari Padang Pariaman, dan juadah adalah salah satu produk kuliner yang layak kita promosikan,” ujar Nita Azis.

Sebagai seorang aktivis budaya, Nita menilai bahwa juadah bukan sekadar makanan, tetapi juga memiliki kandungan nilai kultural yang luhur.

“Prosesi pembuatan juadah mencerminkan nilai gotong royong, ketekunan, dan kearifan lokal yang masih terjaga di tengah masyarakat. Ini adalah aset budaya yang harus kita pertahankan,” katanya.

Untuk memperluas jangkauan promosi, Nita Azis bahkan terlibat langsung dalam pembuatan video iklan guna mempromosikan Festival Juadah. Pengambilan gambar dilakukan di salah satu rumah warga, di mana ia dengan antusias mempelajari proses pembuatan juadah dari para ibu yang sudah berpengalaman. Produksi video ini ditangani oleh Ivan, seorang dosen ISI Padang Panjang yang memiliki kepakaran di bidang videografi.

Dengan langkah-langkah yang telah dipersiapkan, Festival Juadah diharapkan bukan hanya menjadi agenda tahunan, tetapi juga menjadi pemantik semangat bagi nagari-nagari lain untuk menggali dan mengangkat kekayaan budaya mereka masing-masing.

Jika Festival Warga bisa diterapkan secara luas, bukan tidak mungkin Padang Pariaman akan menjadi salah satu pusat festival budaya terbesar di Sumatera Barat. SSC/REL



BACA JUGA