-
Padang, sumbarsatu.com—SBLF Myriset Konsultan Indonesia melakukan survei terhadap 400 responden dengan menggunakan metode multistage random sampling di seluruh kecamatan dan kelurahan di Kota Padang Panjang dalam rentang tanggal 3-5 November 2024.
Fadly Amran, Wali Kota Padang Panjang periode 2018-2023 gagal memimpin Kota Padang Panjang dibandingkan dengan kerja dua Wali Kota Padang Panjang sebelumnya.
Salah satu pertanyaan yang diujakan kepada responde adalah “Kinerja 3 mantan Wali Kota Padang Panjang secara keseluruhan yang mana lebih baik menurut bapak/ibu/saudara?”
Hasil jawaban 400 responden menyebutkan Suir Syam, Wali Kota Padang Panjang dua periode ( 2003-2013) sebesar 45,98 persen, Hendri Arnis (2013-2018) menempati dua terbesar dengan angka 43,22 persen, sedang Fadly Amran dengan angka paling kecil 10,80 persen.
"Hasil survei ini memang di luar ekspektasi dan mencenggangkan. Fadly Amran mendapat 10,80 persen. Jauh sekali jarak persentasenya dengan Wali Kota Suir Syam, yakni 45.98 persen. Hendri Arnis yang jadi wali kota 43,22 persen. Pilihan responden ini mengagetkan karena Fadly Amran Wali Kota Padang Panjang yang paling dekat waktunya dengan hari ini,” papar Edo Andrefson, Direktur SBLF Myriset Konsultan Indonesia, Minggu, (17/11/2024) di Padang.
Ia menjelaskan, seharusnya persentase tingkat kepuasan kinerja Fadly Amran lebih baik. Bukan sebaliknya.
“Nah, ini barangkali penyebab ia meninggalkan Padang Panjang. Dari sini kita mendapatkan jawabannya. Hasil survei itulah jawabannya. Publik Padang Panjang tidak merasa baik apa yang dikerjakan Fadly Amran selama memimpin Padang Panjang. Jika maju di Padang Panjang, faktor ketidakterpilihannya sangat besar,” terangnya.
Tentu, tambah Edo, dari hasil survei ini, terjawab sudah, mengapa Fadly Amran meninggalkan Padang Panjang. Itu karena kepuasan kinerja tidak signifikan, akhirnya lompat pagar ke daerah baru, Kota Padang.
"Ini jadi pertanyaan bagi masyarakat Kota Padang. Apakah Padang menjadi tempat pelarian mantan Wali Kota Padang Panjang yang belum sukses memimpin daerahnya sendiri. Pertanyaan itu sudah menjawabnya pada hasil survei, salah satu alasan Fadly Amran tak maju di periode kedua,” kata Edo.
Menurut Edo, hal begini Ini tak pernah terjadi sebelumnya di Sumatera Barat, ada satu kandidat tidak menyelesaikan dua periode, melainkan melompat pagar ke daerah lain.
“Itu belum pernah terjadi. Kalaupun ada, seperti Hendri Arnis. Pada 2018, ia mencalonkan lagi tapi kalah. Dan sekarang maju lagi, sebagai calon Wali Kota Padang Panjang dalam pilkada 2024," tegasnya.
Edo Andrefson pun menilai agaknya Fadly Amran sedang berhitung dengan kekuasan dan materil yang ia dapatkan. Padang Panjang kota kecil dengan dua kecamatan dan APBD tak seberapa, dan Padang, kota besar ibu kota provinsi, 11 kecamatan dengan APBD di atas Rp2 triliun.
"Barangkali begitu langkah Fadly Amran berhitung dengan ketidakpuasan cukup baik di Padang Panjang dan apa yang bisa dimanfaatkan dengan kota sebesar Kota Padang," ucapnya.
Lebih lanjut dijelaskannya, secara angka di lapangan, Hendri Arnis-Alex Saputra paslon Nomor Urut 3 diterima masyarakat Kota Padang Panjang.
Jika dilihat dari hasil survei, kinerja kepuasan masyarakat terhadap mantan Wali Kota Padang Panjang Suir Syam cukup tinggi dibandingkan Hendri Arnis. Artinya, Edwin yang kala itu menjadi Wakil Wali Kotanya mendapatkan limpahannya.
“Nah, itulah menjadi dinamika yang cukup bagus dalam Pilkada Kota Padang Panjang. Walaupun, hasil survei Hendri Arnis 'berkejaran-kejaran dengan Edwin. Tapi masih unggul Hendri Arnis-Alex Saputra. Kita tunggu hasilnya usai pencoblosan 27 November," urai Edo.
Terkait Pilkada Kota Padang, Edo Andrefson tak mau terpancing merilis hasil sendiri karena Kredibel Riset & Konsultan sudah melakukan survei, dengan paslon nomor urut 3, Hendri Septa-Hidayat unggul dengan peroleh 34,2 persen, Fadly-Maigus 25,8 persen dan Iqbal-Amasrul 9,4 persen.
Begitu juga Spektrum Politika sudah merilis hasilnya dengan Fadly Amran-Maigus 57 persen, Hendri Septa-Hidayat 29,8 persen dan Iqbal - Amasrul 6,5 persen.
Edo Andrefson pun menyayangkan hasil survey September ditayangkan oleh Spektrum Politika bulan ini.
"Angka Fadly Amran-Maigus mendapatkan 57 persen itu survei September. Masa survei September ditayangkan hari ini, emang ndak ada survei terbaru. Survei terbaru, Fadly Amran itu sudah jatuh 40 persen," tegas Edo Andrefson.
Lebih lanjut dikatakan Edo Andrefson, selisih dari ketiga kandidat di Pilkada Padang itu cukup tipis.
"Karena Fadly Amran-Maigus sudah di bawah 40 persen, maka otomatis paslon lainnya, seperti Hendri Septa-Hidayat dan Iqbal - Amasrul, ada 20 persen dan 30%. Hendri dan iqbal masih ada kemungkinan saling kejar," tegasnya.
Hendri Septa-Hidayat
Artinya, kata Edo Andrefson, tren kecenderungan terakhir ini, paslon 1 Fadly Amran-Maigus Nasir menurun. Paslon 2 Iqbal-Amasrul dan paslon 3 Hendri Septa-Hidayat mendapatkan limpahan suaranya. SSC/*