
Perhelatan Galanggang Arang WTBOS 2023 yang digelar di Stasiun Kereta Api Kayu Tanam, Selasa malam 28 November 2023 berjalan meriah dan penuh riang gembira
Padang, sumbarsatu.com—Malam ini, Sabtu 4 Mei 2024, mata masyarakat terutama warga Kota Padang tertuju ke bawah Jambatan Siti Nurbaya. Pasalnya, malam ini dihelat pembukaan resmi (kick off) Galanggang Arang WTBOS 2024, sebuah festival merayakan situs tambang batu bara Ombilin sebagai warisan dunia moto “Anak Nagari Merawat Warisan Dunia”.
Selain penampilan pertunjukan, pada malam pembukaan juga digelar pembacaan deklarasi “Kesepakatan Galanggang Arang Kaum Muda Terhadap WTBOS sebagai Warisan Dunia”.
Kesepakatan ini merupakan hasil Dialog Pengenalan Warisan Dunia untuk Kaum Muda Multi-Etnik yang diadakan di Padang pada Jumat 3 Mei 2024 diikuti anak muda mewakili 18 komunitas etnik di Padang.
Sesuai rencana dalam lini massa, pembukaan Galanggang Arang WTBOS 2024 akan dihadiri Direktur Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek. Bertema “Kebinekatunggalan Merawat Warisan Dunia” ini akan diisi dengan penampilan "Sastra Tutur" yang diiringi dengan musik ensambel yang akan bertutur tentang sejarah dan perkembangan Kota Padang, batu bara yang ditambang dari perut Kota Sawahlunto.
Juga ada ada kolaborasi lintas artistik yang disiapkan komunitas musik dari Mahoni dan Kata Gerak, yang mengekplorasi karakteristik musik dan tarian etnik, serta pertunjukan Arastra (Dol Bengkulu).
“Merayakan sambil merawat warisan budaya yang ada di setiap komunitas masyarakat, merupakan sebuah upaya untuk mewujudkan kehidupan kebangsaan kita yang “Bineka Tunggal Ika”. Galanggang Arang tahun 2024, tahun kedua gelasannya, menonjolkan keberagaman budaya kita,” kata Edy Utama, Koordinator Kurator dan Penanggung Jawab Pembukaan Galanggang Arang WTBOS di Kota Padang, kepada sumbarsatu, Sabtu 4 Mei 2024.
Dipilihnya Jembatan Siti Nurbaya, yang berada di jantung kawasan bersejarah Bandar Padang Muaro Sungai Batang Arau sebagai titik Kick Off pembukaan Galanggang Arang WTBOS 2024 karena Kota Padang yang berada di wilayah pesisir Pantai Barat Sumatra ini merupakan representatif sebagai kota yang kaya dengan keberagaman budaya.
Menjelang akhir abad ke-19 Kota Padang berkembang dengan pesat setelah kolonial Belanda membuka tambang batubara di Sawahlunto. Untuk membawa batubara, dibangun pula jalur kereta api dari Sawahlunto ke Padang serta pelabuhan Emma Haven (Teluk Bayur). Setelah itu Kota Padang menjadi Pintu Gerbang Pantai Barat Sumatra dan kota multi-etnik dengan keunikan budayanya, karena terjadinya
akulturasi budaya dengan penduduk setempat, Minangkabau. Jejak sejarah peradaban Kota Padang masih ditemukan sampai kini, antara lain masih adanya nama-nama kampung seperti Kampuang Nias, Kampung Keling (India), Tanah Kongsi (Kampung Pondok), yang sekarang masih dihuni warga peranakan Tionghoa.
“Pada awalnya, Padang hanyalah sebuah perkampungan nelayan yang terletak di Muara Sungai Batang Harau. Namun sejak abad ke-16, mulai didatangi berbagai suku bangsa di dunia, termasuk perantau Minangkabau dari dataran tinggi Sumatra Barat. Akhirnya Padang berkembang menjadi sebuah bandar perniagaan yang terpenting di Pantai Barat Sumatra, termusuk tentu saja kebudayaannya,” kata Edy Utama.
Latar belakang sejarah budaya seperti inilah, konsep kuratorial pembukaan Galanggang Arang 2024 dipersiapkan, yang terhubung dengan perkembangan industri tambang batu bara yang dibangun kolonial Belanda sejak akhir abad ke-19.
Dibukanya tambang batu bara di Sawahlunto, berdampak luas terhadap perkembangan Sumatra Barat. Dari Sawahlunto dibangun jalur kereta api yang menembus pedalaman Sumatra Barat sampai ke pelabuhan Emma Haven (Teluk Bayur) di Padang. Di Teluk Bayur dibangun pula tempat penampungan batubara, yang disebut Silo Gunung.
“Dua infrastuktur transportasi ini merupakan dua tonggak penting bagi kemajuan Sumatra Barat,” katanya.
Latar sejarah seperti inilah, Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan, Ditjen Kebudayaan, Kemendikbudristek melaksanakan program Penguatan Ekosistem Warisan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto, dengan mengusung platform kegiatan Galanggang Arang.
Dialog Warisan Dunia
Rangkaian kegiatan pembukaan lainnya adalah Dialog Warisan Dunia bertemakan “Pengalaman dan Tantangan Mengelola Kawasan Warisan Dunia”. Dialog ini akan menghadirkan sejumlah narasumber, yakni Kepala Badan Pengelola Kota Semarang, Kadis Kebudayaan Yogyakarta, Kepala Badan Pengawasan Cagar Budaya Kotagede, Dr. Daud Aris Tanudirjo, MA, Dr. Zefnihan, M.Si dan Albert Hendra Lukman, dengan moderator Edy Utama.
Dialog Warisan Dunia ini diharapkan akan terjadi pertukaran pengalaman antar pengelola kawasan dan cagar budaya, sehingga saling memperkuat dan melengkapi. Pengalaman Kota Yogyakarta dalam mengelola warisan budaya sebagai Sumbu Filosofi Yogyakarta yang baru saja ditetapkan UNESCO sebagai Warisan Dunia, mungkin dapat dijadikan sumber pengetahuan untuk mengelola kawasan kota-kota lainnya di Indonesia. Atau pengalaman kota Semarang dalam “menghidupkan” kembali Kota Tua.
Menurut Edy Utama, rangkaian Galanggang Arang tahun ini akan dilaksanakan sampai akhir tahun ini, dengan puncak acara tanggal 6 Juli 2024 di Kota Sawahlunto, yang merupakan momentum 5 tahun WTBOS ditetapkan UNESCO sebagai Warisan Dunia.
Galanggang Arang yang diluncurkan 19 Oktober 2023 lalu, menyelenggarakan sejumlah kegiatan di delapan daerah, yakni Sawahlunto, Sijunjung, Solok, Kota Solok, Tanah Datar, Padang Panjang, Padang Pariaman dan Padang.
Program Galanggang Arang juga mendapat dukungan penuh dari PT. Bukit Asam, PT. KAI dan Pelindo serta Pemerintah Daerah Sumatra Barat. SSC/MN