mesopotamiajpg-20220731105601
OLEH Yenny Narny (Dosen FIB Unand)
Apa kabar Pakansier, dari cerita wabah penyakit dimasa kolonial, kali ini perjalanan kita melangkah meninggalkan dulu kisah-kisah di negeri tercinta. Perjalanan penelusuran sejarah beranjak kebeberapa wilayah disepanjang sungai, dengan peradabannya yang mendunia. Sebagaimana yang tertulis, peradaban manusia adalah sebuah kisah panjang tentang evolusi sosial, budaya, politik, dan ekonomi yang kompleks dan ini tercermin di empat sungai penting di dunia, yaitu Indus, Tigris, Eufrat, dan Nil menjadi saksi bisu atas kebangkitan peradaban kuno yang megah di Lembah Sungai Indus, Mesopotamia, dan Mesir Kuno. Mari kita gali lebih dalam tentang kemajuan, pencapaian, serta keunikan masing-masing peradaban tersebut.
Peradaban Lembah Sungai Indus
Dikenal juga sebagai peradaban Harappa, Lembah Sungai Indus adalah rumah bagi kota-kota kuno seperti Harappa dan Mohenjodaro. Dalam bukunya, Ari Irfanto (2018) menyebutkan bahwa peradaban ini diperkirakan berlangsung pada 3.000 SM - 1.000 SM dan dibangun oleh bangsa Dravida yang memiliki ciri berkulit hitam, berbadan pendek, hidung pesek, serta berambut hitam dan keriting.
Sayangnya tidak banyak yang bisa diketahui tentang peradaban yang muncul di Lembah Sungai Indus tersebut. Ini dikarenakan mereka tidak meninggalkan banyak catatan tentang kerajaan mereka. Susan Wise Bauer (2010) dalam buku Sejarah Dunia Kuno: Dari Cerita-Cerita Tertua Sampai Jatuhnya Roma menyebutkan bahwa peradaban ini tidak memiliki catatan perang, pendudukan, pergulatan kekuasaan maupun kisah kepahlawanan.
Sedikit yang kita ketahui mengenai peradaban ini adalah letaknya yang berada di wilayah Pakistan dan India, peradaban ini menjadi contoh gemilang kemajuan budaya dan teknologi pada zamannya. Sistem sanitasi canggih, tata kota teratur, dan keberadaan seni yang kaya adalah ciri khasnya. Peninggalan arkeologis seperti perhiasan, alat dapur, dan seni memperkaya pemahaman kita akan kehidupan mereka yang terstruktur dan maju.
Di sisi agama, masyarakat Indus memuja berbagai dewa dan dewi, seperti tokoh "Mother Goddess", tokoh semacam ibu pertiwi yang banyak dipuja orang di daerah Asia Kecil (I Made Surada, 2017). Politiknya terpusat pada kota-kota besar, dengan sistem pertahanan yang kuat menandai kekuasaan raja dan pemimpin kota. Ekonominya bergantung pada pertanian di sekitar sungai dan perdagangan yang luas dengan peradaban lain seperti Mesopotamia (Susmiraha, 2917).
Meskipun mencapai puncak kejayaannya pada milenium kedua SM, peradaban ini mengalami kemunduran karena berbagai faktor seperti kekeringan dan serangan dari luar. Namun, peninggalan arkeologis mereka memberikan cukup wawasan yang berharga tentang sejarah dan budaya mereka.
Peradaban Mesopotamia
Wilayah yang subur di antara Sungai Tigris dan Efrat menjadi latar belakang bagi kemunculan peradaban Mesopotamia. Dipimpin oleh bangsa Sumeria dan kemudian dikuasai oleh bangsa Akkadia, Babilonia, dan Assyria, peradaban ini menandai tonggak penting dalam sejarah manusia (Umar, 2009).
Kawasan ini, dikenal sebagai tempat lahirnya peradaban, di sini kita menyaksikan adanya peralihan dari gaya hidup berburu dan meramu menjadi masyarakat agraris yang menetap sekitar tahun 6000 SM. Perkembangan selanjutnya, seperti sistem pengairan yang memungkinkan pertanian yang produktif, memunculkan negara-negara kota pertama, kerajaan, dan akhirnya kekaisaran.
Politiknya didominasi oleh negara-negara kota yang dipimpin oleh raja-raja absolut. Sistem pemerintahannya bersifat despotik dimana hampir sebagian besar penduduknya adalah budak atau dianggap sebagai budak. Mereka hidup dalam sebuah tirani yang memaksa mereka untuk tunduk dan patuh kepada sosok raja yang menjadi titisan dewa di muka bumi (Susmihara, 2017).
Peradaban ini juga melahirkan Codex Hammurabi, yang merupakan hukum tertulis pertama di dunia dan menjadi bukti akan tingkat peradaban yang mereka capai. Ekonominya didukung oleh pertanian dan perdagangan yang makmur, dengan keberhasilan mereka tercermin dalam kemajuan arsitektur, seni, dan ilmu pengetahuan bumi (Susmihara, 2017).
Agama Mesopotamia beragam, mencerminkan pengaruh budaya yang kaya dan kompleks. Ziggurat, struktur piramida mereka, menjadi pusat kegiatan keagamaan dan simbol kekuasaan politik.
Organisasi sosialnya terbagi antara golongan pemerintah dan rakyat, dengan bangsawan, dan petani menjadi bagian integral dari struktur sosialnya. Mesopotamia juga memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan teknologi dan pengetahuan manusia, dari alat putar keramik hingga sistem penulisan cuneiform.
Kompas.com melansir Smithsonian, Rabu (17/6/2009) menjelaskan bahwa peradaban Mesopotamia menjadi penemu roda, yang memungkinkan terciptanya alat transportasi yang lebih baik. Bahkan ada banyak konsep yang kita terima sekarang, seperti pembagian waktu menjadi 60 menit, juga berasal dari Mesopotamia.
Warisan sebenarnya Mesopotamia mungkin lebih dari sekadar temuan teknis. Kawasan ini adalah tempat percampuran budaya yang dinamis, di mana orang-orang dari latar belakang yang berbeda berinteraksi dan bertukar ide. Mesopotamia menyediakan fondasi bagi perkembangan kota-kota, tempat di mana masyarakat besar bisa hidup bersama dan berinteraksi.
Dengan demikian, warisan terbesar Mesopotamia mungkin adalah kontribusinya terhadap pembentukan kota-kota modern, tempat di mana ide-ide dan inovasi terus berkembang di tengah keragaman masyarakat.
Peradaban Mesir Kuno
Mesir Kuno, terletak di sepanjang sungai Nil, merupakan salah satu peradaban tertua dan paling terkenal dalam sejarah. Dari Kerajaan Lama hingga Periode Akhir, Mesir membangun kebudayaan yang luar biasa.
Pemerintahan Firaun, piramida, dan monumen monumental lainnya menjadi simbol kekuatan dan kebesaran mereka. Sistem irigasi yang canggih, perdagangan yang luas, dan kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan seni membuat Mesir menjadi pusat perhatian di dunia kuno.
Periode kejayaan mereka dicatat dalam pembangunan piramida, penciptaan sistem tulisan hieroglif, dan perkembangan matematika dan ilmu pengetahuan. Mesir juga dikenal dengan kepercayaan agama polytheistik mereka, dengan dewa-dewi yang memainkan peran penting dalam kehidupan sehari-hari.
Sementara itu dalam bukunya Charles Seignobos (2019) menyebutkan bahwa meskipun bangsa Mesir kemudian jatuh di bawah kekuasaan bangsa lain seperti Persia, Yunani dan Romawi, mereka tetap mempertahankan peradaban kuno mereka. Peradaban Mesir Kuno kemudian baru mulai padam pada abad ke 3 atau ke 2 Masehi.
Dengan demikian peradaban Mesir Kuno tentunya dapat meninggalkan bukti-bukti sejarah yang jauh lebih banyak ketimbang peradaban kuno lainnya seperti Harappa-Mohenjodaro maupun Mesopotamia. Hal ini lah, barangkali yang menyebabkan peradaban Mesir kuno jauh lebih terkenal.
Peninggalan mereka, mulai dari piramida hingga artefak dan seni, menjadi saksi bisu atas kemegahan peradaban kuno ini, dan memberikan inspirasi bagi generasi selanjutnya dalam memahami sejarah dan warisan budaya kita.
Melalui perjalanan ini, kita bisa melihat bagaimana peradaban manusia telah tumbuh dan berkembang, mengatasi tantangan dan memanfaatkan sumber daya untuk meningkatkan kehidupan mereka. Dari Lembah Sungai Indus yang teratur hingga Mesir yang megah dan Mesopotamia yang beragam, setiap peradaban menambahkan lapisan berharga pada kisah panjang perjalanan manusia. Semoga pengetahuan ini memberi inspirasi dan pemahaman yang lebih dalam tentang sejarah dan kompleksitas peradaban kita. ***