
Pameran Seni Rupa dan Panggung Ekspresi yang digelar Forum Perjuangan Seniman Sumatera Barat
Padang, sumbarsatu.com—Kepala Dinas Kebudayaan Sumatera Barat Syaifullah memberi apresiasi dan respons positif terhadap Pameran Seni Rupa dan Panggung Ekspresi yang digelar Forum Perjuangan Seniman Sumatera Barat. Kegiatan yang dihadiri puluhan seniman dan budayawan ini digelar dalam rangka memperingati 1 tahun Panggung Ekspresi yang digelar secara rutin sekali sebulan itu, Selasa, 26 Desember 2023 di kawasan Taman Budaya Sumatera Barat.
“Selama ini, Dinas Kebudayaan bersama dengan UPT selalu mengakomodir dan terbuka terhadap kritikan, masukan dan usulan yang kondunsif, serta gagasan seni kreatif dari seniman dan budayawan. Sebagai pihak yang berkaitan langsung dengan hal ini, kami mengapresiasi satu tahun perjalanan Forum Perjuangan Seniman Sumatera Barat,” kata Syaifullah saat memberikan sambutan.
Menurutnya, kritik itu merupakan vitamin di dalam menjalankan kebijakan yang bermuar kepada kebaikan dan pemajuan kebudayaan. Ia mengaku selama selalu mengikuti dan membaca secara saksama diskusi-diskusi hangat yang terjadi di grup-grup media sosial seperti WhatsApp.
“Saya membaca dan selalu menyimak diskusi-diskusi budaya dan seni antarseniman dan budayawan di grup WA, dan juga saat berkumpul dengan seniman dan budayawan. Kendati saya tak merespons di grup-grup WA itu, tapi mencatat dan saya bawa dalam rapat. Selagi demi pemajuan kebudayaan, kita selalu terbuka,” urai Syaifullah.
Selain itu, lanjutnya, jika ada seniman yang memiliki karya yang siap untuk ditampilkan kepada publik, silakan diagendakan secara administrasi kepada Dinas Kebudayaan dan jajaran UPT-nya.
“Silakan pula gunakan fasilitas berkesenian yang ada di Taman Budaya ini,” tambahnya.
Pameran Seni Rupa dan Panggung Ekspresi yang digelar Forum Perjuangan Seniman Sumatera Barat dibuka secara resmi seniman cipta tari Ery Mefri yang sebelumnya Ketua Pelaksana Trikora Irianto juga memberikan hantaran kegiatan ini.
Menurut Ery Mefri, mungkin banyak yang bertanya setelah setahun berjuang melalui FPS Sumatera Barat, apa yang sudah dicapai forum ini. Ia menjelaskan, setahun berjalan ini FPS Sumatera Barat telah menanamkan ke anak cucu dan generasi kini bahwa rumah seniman dan budayawan tempat berkreativitas sudah dihancurkan.
Dan kami akan terus bergerak. Kami menyampaikan bahwa seniman itu ada,” sebut Ery Mefri.
Kegiatan ini dilaksanakan dari tanggal 26-31 Desember 2023 dengan acara Panggung Ekspresi, Diskusi Budaya, Pemutaran Film, Pameran Seni Rupa, Musik, Bazar, Lomba Mewarnai TK/PAUD, dan Barongsai.
Kelompok Pemusikn Jalanan Sakato tampil maksimal dengan lagu-lagu kritik sosial Iwan Fals dan Slank, cukup mewarnai pembukaan acara ini. Juga pembacaan puisi Yeyen Ibrahim dan Viveri Yudhi masih memukau khalayak.
Tampak hadir dalam pembukaan itu, Presidium FPS Sumatera Barat lainnya, yaitu Syarifuddin Arifin, Hermawan, Zamzami Ismail, Adria Catri Tamsin, Trikora Irianto, dan Jefenil, pegiat teater Rizal Tanjung dan Syuhendri, penyair Wannofri Samry dan Endut Ahadiat, Lia Agusta, aktor Muslim Noer, Fauzul el Nurca, Filhamzah, Dadang Leona, Hasan Nawi, Aprimas, seniman pencipta lagu B Andoeska, serta penikmat seni lainnya
Penolakan
Hadirnya Forum Perjuangan Seniman Sumatera Barat berawal dari penolakan terhadap rencana pembangunan dan alih fungsi pembangunan Zona C untuk perhotelan.
Pada Kamis 22 Desember 2022 pihak Dinas Bina Marga, Cipta Karya, dan Tata Ruang Provinsi Sumatra Barat menggelar Focus Group Discussion (FGD) dengan tema “DED REVIU GEDUNG KEBUDAYAAN SUMATRA BARAT PERUBAHAN FUNGSI ZONA C MENJADI HOTEL”.
Ada 10 perwakilan seniman dan budayawan Sumatra Barat, yaitu Edy Utama, YulizalYunus, Hasril Chaniago, Yusrizal KW, Puti Reno Raudha Thaib, B Andoeska, Ery Mefri, Syarifuddin Arifin, Armeyn Sufhasril, dan Rizal Tanjung, serta kepala-kepala dinas terkait.
Dalam FGD tersebut, semua seniman dan budayawan yang hadir saat itu menolak keras rencana alih fungsi Zoba C menjadi perhotelan itu. Alasan penolakan karena pola dan cara seperti ini akan menyingkirkan keberadaan seni dan budaya, sekaligus gedung-gedung budaya yang jadi tempat seniman berkarya, dan berekspresi disingkirkan.
“ Lokasi itu merupakan tempat bersejarah bagi seniman dan budayawan Sumatra Barat, yang dulunya bernama Lapangan Dipo dan Pusata Kesenian Padang. Kawasan budaya itu telah melahirkan ratusan budayawan, cendekiawan, seniman, pegiat seni, dan lainnya. Itu merupakan labor pengetahuan,” kata Syarifuddin Arifin ketika itu. SSC/MN