Kegiatan “Galanggang Arang WTBSB 2023 puncak kegiatan digelar di Stasiun Kereta Api Kota Solok, Sumatera Barat, pada Rabu-Kamis, 13-14 Desember 2023.
Kota Solok, sumbarsatu.com—Rangkaian “Galanggang Arang: Anak Nagari Merayakan Warisan Dunia” Warisan Tambang Batu Bara Sumatera Barat (WTBSB) yang diawali dan dibuka pada Kamis, 19 Oktober 2023 di Kota Padang akan ditutup sebagai puncak kegiatan di Stasiun Ketata Api Kota Solok, Sumatera Barat, pada Rabu-Kamis, 13-14 Desember 2023.
Puncak kegiatan Galanggang Arang WTBSB dijadwalkan akan ditutup Ahmad Mahendra, Direktur Perfilman, Musik, dan Media, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI.
Kegiatan Galanggang Arang yang mengangkat tema “Anak Nagari Merayakan Warisan Dunia” merupakan serangkaian perayaan budaya untuk menggerakkan ekosistem kebudayaan dan sosial di sepanjang jalur situs WTBSB.
Selain pertunjukan seni, pameran, kuliner, napak tilas jalur tambang, dan juga dialog budaya yang dilaksanakan di stasiun-stasiun kereta api, iven ini juga melahirkan buku pemetaaan dan rekomendasi untuk ditindaklanjuti di masa yang akan datang.
“Galanggang Arang WTBSB di Stasiun Kota Solok merupakan rangkaian terakhir sejak diawali di Padang pada 19 Oktober 2023 lalu. Pada penutupan ini, akan dibacakan semacam rekomendasi yang dihasilkan dari pelbagai dialog budaya dan pertemuan serta pembicaraan mendalam dengan pemangku kepentingan kepala-kepala daeh yang berada di jalur WTBSB, akademisi, budayawan, seniman, ninik mamak di nagari-nagari, komunitas seni dan dan cagar budaya, BUMN, jurnalis serta masyarakat,” kata Sudarmoko, salah seorang kurator Galanggang Arang WTBSB 2023 kepada sumbarsatu, Selasa 12 Desember 2023.
Ia mengatakan, hasil pendataan dan pemetaan WTBSB juga mencatat dan menafsirkan berbagai objek yang dapat dibaca dalam sebuah buku yang berjudul Pemetaan Warisan Dunia Tambang Batu Bara Ombilin-Sawahlunto.
“Selain itu, juga akan diumumkan pemenang penulisan dan pembuatan video feature terkait dengan WTBSB, dan pentingnya dibentuk Badan Pengelola WTBSB,” tambah Sudarmoko.
Sementara itu, Mahatma Muhammad, juga salah seorang kurator kegiatan ini, ,menjelaskan, penutupan Galanggang Arang WTBSB 2023 akan menampilkan dan meramu berbagai hasil dan proses yang telah berjalan pada kegiatan Galanggang Arang sebelumnya. Penguatan peran dan respons komunitas terhadap WTBSB dalam berbagai bentuk akan ditampilkan, baik dari sisi gagasan maupun karya.
“Proses kreatif seperti kolaborasi komposisi musik untuk merespons WTBSB, dalam kegiatan ini dinamai Kaba Buni, patut untuk dinikmati. Kaba Rupa yang merupakan respons dalam bentuk seni rupa menghadirkan karya-karya seni dalam merespona WTBSB dalam bentuk visual. Demikian juga dengan produksi film dokumenter dapat menjadi media dalam mengenal berbagai narasi, cerita, dan pengetahuan dalam bentuk film,” jelas Mahatma Muhammad.
Undri, Kepala Badan Pelestarian Kebudayaan Wilayah III Provinsi Sumatera Barat mengatakan, setelah lebih dari empat tahun ditetapkan sebagai warisan dunia oleh UNESCO, situs tambang Ombilin Sawahlunto mulai mendapatkan perhatian yang intensif dari publik.
“Kegiatan aktivasi dan penguatan ekosistem Tambang Batu Bara Ombilin-Sawahlunto ternyata dapat mengungkap berbagai potensi kekayaan yang tersimpan. Kekayaan itu memiliki rupa yang beragam seperti nilai sejarah, budaya, praktik kehidupan, cagar budaya, ekspresi seni, fungsi ruang, tata sosial, hingga ekonomi budaya. Sepanjang kegiatan ini digelar, mendapat perhatian dan terlihat antusiasme masyarakat dan apresiatif dengan kegiatan yang dilaksanakan di tempatnya,” kata Undri.
Edy Utama, koordinator kurator menjelaskan, rumusan kuratorial pada awal pelaksanaan kegiatan berupa serangkaian diskusi dan survei lapangan berhasil memetakan sejumlah isu penting terkait dengan WTBSB. Rumusan ini kemudian diterjemahkan dalam berbagai bentuk rencana aksi yang diwujudkan dalam program yang disusun untuk didistribusikan ke sejumlah titik lokasi kegiatan.
“Pada pelaksanaannya, masing-masing titik lokasi, yang terdapat di delapan kabupaten dan kota yang terhubung oleh WTBOS memiliki karakteristik dan keunikan, yang memerlukan pendekatan yang berbeda. Pada semua titik kegiatan, sudah terasa tumbuhnya ekosistem sosial-budaya, dan ini tentu membahagiakan,” urai Edy Utama.
Sudarmoko menambahkan, langkah-langkah yang telah diambil dalam merumuskan WTBOS dalam bentuk badan pengelola, misalnya, memerlukan waktu yang cukup panjang. Berbagai pihak terlibat dalam perumusannya. Sementara objek warisan dunia itu sendiri harus segera dikelola, ditangani, dan dilindungi dalam bentuk dan kegiatan yang konkret.
“Pada kondisi ini, kegiatan Galanggang Arang mengambil peran penting, tidak hanya dalam rumusan dan tawaran bentuk pengelolaan, namun juga contoh praktik baik dalam aksi nyata,” tambah Sudarmoko.
Pelaksanaan kegiatan aktivasi dan penguatan WTBOS yang dilaksanakan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek dimulai dari peluncuran kegiatan di Kota Padang pada 19 Oktober 2023, kesepakatan masyarakat yang diwakili oleh ninik mamak, pemangku adat, bundo kanduang, dan pemerintah daerah di Sumatera Barat, memberikan dasar dan semangat untuk menjaga warisan dunia WTBSB ini.
Kegiatan yang kemudian dilaksanakan di Kota Padang Panjang, Pitalah Bungo Tanjuang, Batu Tabal, Kacang, Kayu Tanam, Sawahlunto, menunjukkan antusiasme dan semangat masyarakat untuk turut berpartisipasi menjaga warisan dunia ini.
:Pesan penting dari kegiatan yang telah dilaksanakan adalah bahwa WTBSB dapat menjadi salah satu sumber inspirasi bagi partisipasi masyarakat dan komunitas untuk ikut terlibat,” terangnya.
Kegiatan penguatan dan aktivasi WTBOS ini memunculkan pertanyaan dari masyarakat, terkait dengan bentuk dan tujuannya. Pertanyaan yang muncul ini menjadi penting sebagai jalan masuk bagi sosialisasi dan distribusi pengetauan terkait dengan WTBOS.
“Mereka kemudian mulai menceritakan berbagai kisah pengalaman masa lalu, terkait dengan batu bara, kereta api, tambang di Sawahlunto, dan berbagai cerita lainnya. Momentum kegiatan ini banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menggali pengalaman dan ingatan kolektif mereka. Kekuatan pengalaman ini kemudian mendapatkan penguatan melalui cerita berbentuk visual seperti pameran WTBOS, dialog, pertunjukan seni, dan pemanfaatan ruang publik stasiun kereta api sebagai lokasi kegiatan,” tutup Sudarmoko. SSC/MN