pasni-sata OEK
Pasni Sata adalah wartawan yang bersahaja, tidak suka menonjolkan diri, dan terkadang lebih suka berada di belakang layar. Lama menjabat Wakil Pemimpin Redaksi Haluan, kabar dari orang dalam, dialah yang sering menulis “Tajuk Rencana” untuk surat kabar salah satu yang tertua di Indonesia itu. Sedangkan Pemimpin Redaksi Annas Lubuk lebih fokus mengurus dan mengendalikan pemberitaan. “Tajuk Rencana” yang ditulisnya sering tajam dan bernas, terkadang keras mengkritik pemerintah tapi tetap dalam koridor sopan-santun ketimuran orang Minangkabau dan Indonesia.
Dalam keseharian, ia juga terkenal bersahaja dan hidup sederhana. Dari rumahnya ke kantor ia lebih sering mengendarai sepeda motor Honda Cup 70, atau dijemput mobil kantor. Tapi tak jarang pula ia hanya menumpang angkutan kota (angkot) dari kediamannya di Wisma Warta Ulak Karang ke Kantor Haluan di Jalan Damai Nomor 59 Padang.
Pasni Sata lahir di Nagari Baruh Gunung, Kecamatan Suliki Gunung Mas (kini Kecamatan Bukit Barisan), Kabupaten Lima Puluh Kota pada 9 September 1942. Menjalani pendidikan mulai dari Sekolah Rakyat (SR), Sekolah Menengah Ekonomi Pertama (SMEP) dan Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA) di Kota Payakumbuh. Gelar sarjana (S1), ia peroleh dari Jurusan Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisipol) Universitas Terbuka, tahun 1992, ketika ia telah berusia 50 tahun dan menjabat sebagai Wakil Pemimpin Redaksi Haluan. Sedangkan pendidikan kewartawanan diperoleh Pasni setelah bekerja, antara lain kursus jurnalistik “Anton Press” di Yogyakarta, pendidikan kewartawanan Mabes ABRI pada tahun 1965/1966, dan pendidikan kewartawanan Departemen Penerangan RI pada tahun 1971.
Karier jurnalistik Pasni Sata bermula ketika ia masih berusia 22 tahun. Sehabis menikahi gadis pujaannya, Ramadanis, di Suliki pada tahun 1964, Pasni merantau ke Padang, dan melamar sebagai wartawan harian Aman Makmur yang baru terbit setahun. Dua tahun bekerja di koran itu, Aman Makmur pun kena bredel karena termasuk surat kabar BPS yang mengusung tema “Penegak Pers Pancasila” dan anti-komunis.
Korannya diberangus, Pasni kemudian pindah bekerja di Harian Angkatan Bersenjata edisi Padang dari tahun 1965-1968. Ketika Aman Makmur kembali terbit setelah Orde Baru (1968), ia kembali ke surat kabar itu. Di sini kariernya meningkat hingga menjadi Ketua Dewan Redaksi.
Tapi itu tidak lama. Karena menghadapi kondisi dan situasi yang secara bisnis kurang menguntungkan, akhirnya Aman Makmur berhenti terbit sejak 1971. Pasni pun kemudian menjadi wartawan Kantor Berita Antara di Padang (1971-1973), merangkap sebagai koresponden Majalah Aneka Minang yang terbit di Jakarta.
Ia hanya dua tahun menjadi wartawan Antara. Tak lama setelah Harian Haluan terbit kembali (setelah dibredel tahun 1958 karena mendukung PRR), Pasni pun pindah ke surat kabar itu. Mulanya sebagai redaktur (staf redaksi). Setelah terjadi regenerasi awal tahun 1980-an, Annas Lubuk menjadi Pemimpin Redaksi menggantikan Rivai Marlaut yang pensiun, maka Pasni Sata pun dipromosikan sebagai Wakil Pemimpin Redaksi sejak tahun 1983. Jabatan itu ia pangku hingga pensiun tahun 1998. Lama Pasni menjadi wakil pemimpin redaksi sekitar 15 tahun.
Sebagai wartawan ia juga aktkif sebagai anggota dan pengurus PWI Sumbar, di antaranya pernah menjadi Sekretaris dan Wakil Ketua Bidang Pendidikan. Selain pengurus PWI, Pasni juga pernah menjabat Ketua Yayasan Kesejahteraan Wartawan (YKW) yang membangun komplek perumahan wartawan Wisma Warta di kawasan Ulak Karang Padang pertengahan tahun 70-an. YKW juga terlibat membangun kantor PWI Cabang Sumbar di Jalan Bagindo Aziz Chan Padang. Sebagai bukti pengabdiannya pada profesi, pada tahun 2006, Pasni Sata menerima penghargaan “40 Tahun Setia Profesi” dari PWI Pusat.
Pasni termasuk wartawan yang peduli kepada pendidikan, termasuk pendidikan wartawan. Dia sendiri lama tercatat sebagai anggota Tim Pelatih PWI Pusat. Kemudian, setelah pensiun dari Haluan, ia pun sempat mengajar di IAIN Imam Bonjol.
Pasni Sata meninggal di RSUP M. Djamil Padang pada 8 April 2017, setelah beberapa kali dirawat karena sakit. Ia meninggal dalam usia 74 tahun. (Bayu Vesky)
Disadur dari buku 121 Wartawan Hebat dari Ranah Minang & Sejumlah Jubir Rumah Bagonjong (2018)