
Ratusan warga Indinesia yang berada di Paris, Perancis menggelar salat Hari Raya Idulfitri yang jatuh 1 Syawal 1444 H pada Jumat 21 April 2023. Foto Ind
LAPORAN Indra S dari Paris
Paris, sumbarsatu.com—Hari Raya Idulfitri merupakan hari kemenangan bagi kaum muslimin setelah sebulan lamanya melaksanakan ibadah puasa dan salat sunat tarawih serta perbuatan amal baik lainnya yang dilaksanakan di bulan Ramadan yang penuh berkah.
Momentum hari bahagia ini tidak luput dari budaya mudik Lebaran dengan pulang kampung bagi yang merantau demi dapat berkumpul dengan keluarga, kerabat ataupun teman-teman di kampung halaman yang dirayakan hanya sekali dalam setahun.
Namun lain halnya dengan warga negara Indonesia (WNI) yang berdomisili tinggal di negara Perancis yang jauh dari kampung halaman di Indonesia yang tidak bisa melakukan pulang kampungh pada tahun ini dikarenakan jarak yang begitu jauh dan faktor lainnya.
Federasi Muslim Perancis yang berada di masjid besar Paris atau dikenal dengan Grande Mosquée de Paris mengumumkan Hari Raya Idulfitri jatuh pada 1 Syawal 1444 H pada Jumat 21 April 2023.
Dengan adanya keputusan ini, maka organisasi Perhimpunan Masyarakat Islam Indonesia di Prancis atau istilahnya PERMIIP Prancis, menggelar salat Idulfitri pada Jumat 21 April 2023 yang dipusatkan di Gedung Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI).
Suasana setelah usai salat, warga Indonesia merasakan kegembiraan karena bisa bersilaturhmi atarsesama bangsa Indonesia yang terkesan menjadi bentuk mudik Lebaran ke kampung halaman. Kerinduan kampung halaman terobati.
Silataruhmi sesama sesama warga Indonesia maupun warga Perancis yang berkeluarga orang Indonesia terasa penuh khidmat dan kekeluargaan. Meskipun hari Raya Idulfitri bukan hari libur Peracis, antusias masyarakat tetap datang melaksanakan salat Ied sangat antusias.
Sebelumnya, PERMIIP Prancis dan KBRI telah membuka pendaftaran daring bagi yang berminat ikut pelaksanaan salat Ied. Hal ini dilakukan agar tak terjadi limpahan jemaah karena keterbatasan gedung KBRI yang terbatas daya tampungnya.
Awalnya terdaftar secara daring 400 orang namun saat pelaksanaan salat Ied jumlah mencapai 600 jemaah. Kendati begitu, proses jalannya salat Ied berlangsung penuh khidmat dan nyaman.
Salat Id ini juga dihadiri Dubes RI untuk Perancis Andora, juga dari Monako yaitu Mohamad Oemar’dan Dubes UNESCO Prof Ismunandar serta para staf lainnya.
Dalam kesempatan ini, imam salat Idulfitri ustaz Dr. Moh. Abdul Kholiq Hasan, Lc. M.A. M. Ed yang merupakan Dai Ambasador dari Lembaga Amil Zakat Nasional atau dikenal dengan Dompet Dhuafa yang didatangkan dari Indonesia yang juga sekaligus sebagai pencerama.
Dalam ceramahnya, Moh. Abdul Kholiq Hasan mengatakan, hari kemenangan yang fitrah ini hendaknya mendapatkan dua kebahagiaan : kebahagiaan silahturahmi dan kebahagiaan bertemu dengan Allah Swt. “Oleh karena itu, untuk memperoleh nafsu muthmainnah atau jiwa yang tenang agar setiap ibadah dilakukan atas dasar cinta kepada Allah Swt, hendaknya mempunyai keikhlasan hati serta saling memaafkan antarsesama manusia,” kata Moh. Abdul Kholiq Hasan.
Sebelum pelaksaan salat Idulfitri, Ihsan dari PERMIIP Prancis menjelaskan bahwa di bulan Ramadan tahun ini PERMIIP menggelar acara ‘Gebyar Ramadan 1444 H’ di antaranya tadarus daring, kajian muslimah, kajian Rabu Pagi, kajian anak-anak, kelas tajwid, serta menggelar acara berbuka bersama setiap hari Sabtu disertai salat Tarawih berjamaah serta kajian umum sebelum berbuka.
Acara ini didukung Dharma Wanita Persatuan (DWP) KBRI Paris dan ibu-ibu pengajian Ar Raudhah Paris yang berpartisipasi dalam penyediaan kebutuhan konsumsi untuk warga.
Setelah melaksanakan salat Ied, acara pun diisi dengan ramah tamah bersama Dubes RI beserta masyarakat lainnya. Kemudian disambung dengan menikmati santapan menu Lebaran yang disediakan para ibu DWP KBRI Paris seperti soto, opor ayam, lontong sate ayam, serta sambal telur balado yang semua menu makanan ini sebagai simbol merasakan seperti di kampung halaman indonesia di Perancis.
Adit, salah seorang anggota PPI yang berasal dari Makassar yang merupakan mahasiswa S1 di sekolah école de commerce atau ILCI mengaku senang dan gembira.
“Saya merasa di kampung halaman. Ini pertama kali saya merayakan Lebaran di sini (di Kota Paris). Sebelumnya saya merayakan di Kota Caen,” katanya,” katanya.
Lain halnya dengan Cherindra Subagio yang merupakan pekerja Expatriat dari Indonesia di perusahaan Schneider Electric di Perancis yang juga baru beberapa bulan menetap di Perancis. Menurutnya, acara Lebaran ini memberi kesan silaturahmi saling mengenal sesama warga Indonesia lainnya di Perancis.
“Saya menjadi banyak mengenal orang-orang baru Indonesia yang juga tinggal di Perancis ini,” kata Cherindra.
Beda halnya dengan seorang mualaf Perancis bernama Loic merupakan seorang peneliti di pusat penelitian CNRS Perancis yang beristrikan orang Indoneisa asal Sumatera Utara bernama Jessica. Ia mengatakan, warga Indonesia adalah masyarakat yang bertoleransi tinggi terlihat dari acara silaturahmi Lebaran.
“Saya senang sekali apalagi mencicipi menu makanan dari Indonesia,” imbuh Loic.
Setelah selesei ramah tamah, sebagian menu destinasi wisata di Menara Eiffel. Kebetulan lokasinya tak jauh dari Kantor KBRI. SSC/IND