![](https://sumbarsatu.com/assets/foto/berita/22/11/07124300701700394.jpg)
Padang, sumbarsatu.com—Sebanyak 57 foto-foto dipajang apik dengan pelbagai variasi ukuran. Ada format lanskap dan ada potret. Foto-foto yang dipamerkan dari pelbagai peristiwa adat, aktivitas dan praktik budaya di Sumatra Barat, yaitu di Nagari Sijunjuang, Nagari Salayo, Nagari Cupak, dan Padang Pariaman.
Bererapa foto terlihat sekelompok perempuan sedang batanam padi di sawah yang disebut dengan baombai. Ada pula tradisi arak-arakan sunat rasul, hantaran babako, bakekah, dan turun mandi, serta praktik budaya lainnya. Sebagian besar foto-foto yang dipamerkan dipotret sepanjang tahun 2022, dan sebagian lagi tahun-tahun sebelumnya.
Peristiwa budaya yang tersaji di atas kanvas itu dapat dinikmati dalam Pameran Budaya Matrilineal karya fotografer Edy Utama yang bertemakan “Kekerabatan Minangkabau Merajut Kebersamaan: Baiyo Mangko Sakato”, sejak 4-10 November 2022 di Galeri Taman Budaya Sumatra Barat, Padang.
Pameran foto ini merupakan salah satu rangkaian dalam Festival Matrilineal Alek Mandeh yang sudah dilaksanakan di Perkampungan Adat Minangkabau Nagari Sijunjuang, sejak 28 Oktober 2022. Kegiatan ini didukung Direktorat Perfilman, Musik dan Media yang dilaksanakan Balai Pelestarian Nilai Budaya Sumatra Barat, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.
“Foto-foto yang ditampilkan merupakan potret kesaksian budaya yang dihadirkan kembali melalui media visual berupa foto dan atribut budaya ke ruang publik. Secara visual, foto-foto menggambarkan realitas Minangkabau pada masa kini dan juga transformasi budaya yang mengalami perubahan-perubahan pelbagai aspek sosial dan atributnya. Pameran ini merupakanri sebuah upaya untuk mengkomunikasikan realitas kekinian, sambil menyigi kehidupan dari budaya matrilineal yang terpusat pada kehidupan kaum perempuan,” kata Edy Utama, saat bincang-bincang dengan dengan sumbarsatu, Senin (7/11/2022) di Padang.
“Upaya ini tentu saja melahirkan sejumlah pertanyaan. Misalnya, apakah budaya matrilineal masih tetap eksis dan fungsional dalam kehidupan orang Minangkabau masa kini?” tambahnya.
Dijelaskannya, pameran mencoba mengungkapkan kekerabatan Minangkabau yang berbasiskan pada semangat kebersamaan (komunal-kolektif), terutama yang dipraktikan oleh kaum perempuan.
“Ada kebersamaan dalam kehidupan sosial ekonomi (batobo), ada dalam ritus kematian (manyaratuih hari), ada dalam ritual perkawinan (hantaran adat), ada panggung seni pertunjukan (ulu ambek), serta berbagai kegiatan lainnya. Hampir semuanya foto yang dipamerkan merupakan aktivitas budaya di Nagari Sijunjung yang dilakukan perempuan,” urai sosok yang acap memarkan karya fotonya di pelbagai negara.
Selain itu, tambahnya, ada juga foto-foto memvisualisasikan tradisi baombai masyarakat Nagari Sijunjung. Baombai merupakan salah satu warisan tradisi turun-temurun yang dilakukan setiap menjelang musim tanam padi di sawah tiba. Baombai ritual kebersamaan dan wujud gotong royong.
“Puluhan ibu-ibu bersama-sama turun ke sawah, melunyah dan mencangkul. Di sela membajak sawah inilah para ibu mendendangkan pantun khas Minangkabau yang mengandung makna kehidupan,” jelas Edy Utama, yang pada Agustus 2021 juga berpameran foto bertema “Minangkabau Cultural Landscape”
BACA: Pameran Etnofotografi Edy Utama, Saksi Pergeseran Lanskap Minangkabau
Sementara itu, Undri, Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Sumatra Barat mengatakan, Pameran Budaya Matrilineal merupakan bagian dari Festival Alek Mandeh: Kekerabatan Minangkabau Merajut Kebersamaan: Baiyo Mangko Sakato.
“Pameran budaya matrilineal yang menampilkan foto-foto karya Edy Utama, di saat Alek Mandeh digelar di Perkampungan Adat Nagari Siunjuang juga dipamerkan. Kini dilanjutkan di Galero Taman Budaya Sumatra Barat. Foto-foto secara visual mengetengahkan peristiwa, praktik budaya yang dilakukan perempuan Minangkabau,” kata Undri. SSC/MN