Penampilan Bengkel Teater SMA Negeri 1 Padang atau SMANSA Padang dalam Festival Teater Remaja 2022 yang dihelat Dinas Kebudayaan lewat UPT Taman Budaya Sumatra Barat mementaskan “Ayah Pulang”.
Hari kedua, Rabu 24 Agustus 2022 Festival Teater Remaja 2022 yang dihelat Dinas Kebudayaan lewat UPT Taman Budaya Sumatra Barat, yang dipanggungkan di ruang Lantai 4 Gedung Kebudayaan, menghadirkan 4 pementasan teater, salah satunya Bengkel Teater SMA Negeri 1 Padang atau SMANSA Padang.
“Catatan Apresiasi Teater” ini mencoba membaca agak detil penampilan Bengkel Teater SMANSA Padang yang mengusung lakon “Ayah Pulang” ditulis Bapak Perfilman Indonesia, Usmar Ismail pada tahun 1950-an.
Lakon pendek ini mengisahkan kemelut rumah tangga yang ditinggal ayahnya berpuluh tahun. Saat malam Lebaran, takbir bergema, sang ayah pulang karena usahanya di perantauan terbakar, tapi kepulangannya ditolak anaknya. Ia tak akui lagi itu ayahnya. Ayahnya dinilai tak bertanggung jawab. Kendati ibu dan anak yang yang lainnya bisa menerima kepulangan sosok yang mereka rindukan itu. Dan seterusnya.
Lakon “Ayah Pulang” ini pernah diangkat ke layar lebar oleh penulisnya dengan judul “Dosa Tak Berampun”. Film ini tercatat sukses.
Malam Rabu, ketika cuaca berangin kencang dan hujan tipis, di ruang lantai 4 Gedung Kebudayaan Sumatra Barat, yang sesungguhnya bukan ruang pertunjukan seni, publik pencinta teater bisa menikmati sebuah lakon drama yang sudah klasik dengan khidmat. Lazimnya karakter lakon yang ditulis Usmar Ismail, yang cenderung mengangkat persoalan realis di tengah masyarakat, di tangan sutradara Kezia Valerina Damanik, apa yang dimaui naskah tersampaikan dan pesannya cukup renyah dan komunikatif diterima khalayak penonton.
Galibnya naskah-naskah karya Usmar Ismail, yang tumpuan utamanya pada pengabungan alur cerita konvensional dan inkonvensional atau alur maju mundur, di atas pentas saat memainkan “Ayah Pulang” para pelaku teater SMANSA Padang memang tampak kelabakan membangun dan merekonstruksi alur cerita dan plot seperti ini.
Hal ini tampak ketika ayahnya pulang pada malam Lebaran itu, setelah 20 tahun tak pulang, tapi respons anak dan ayah saat bertemu tidak terlihat sebuah peristiwa yang mengharubiru. Pertemuan itu menjelma jadi sebuah peristiwa biasa dan datar. Seharusnya ini bisa digarap lebih dalam dan dieksplorasi lebih kreatif dan humanistil. Klimaks dari kisah ini, memang pada bagian ini. Tentu sangat disayangkan sutradara Kezia Valerina Damanik kurang memaksimalkan “puncak” alur ini. Tapi, capaian umum, pementasan SMANSA Padang cukup baik.
Tata cahaya untuk memperhidupkan suasana cerita dengan penerapan dua versi warna cahaya di panggung, yaitu merah temaram dan terang (netral), menggambarkan dua sisi dan perspektif kehidupan, yang dalam cerita “Ayah Pulang” yang rangkaian peristiwanya hanya di malam Lebaran saja dengan kumandang takbir, membuka “tafsir” soal suasana sedih dan bahagia. Dan malah bercampur aduk.
“Kami latihan intensif dan rutin setiap hari selama satu minggu penuh jelang hari “H” pementasan,” kata Kezia Valerina Damanik yang mengaku baru ini pertama kali menyutradarai pertunjukan teater.
Hal ini dibenarkan Dra. Eldesra S.Pd, guru pendamping SMANSA Padang. Eldesra mengatakan, tata kelola penggarapan, konsep, dan sekaitan dengan pementasan, dikerjakan anggota Bengkel Teater SMANSA Padang.
“Mereka yang tangani semua. Kita tidak ikut campur dengan proses kreatif mereka. Intensif latihan setiap hari dilakukan sepekan jelang pementasan. Sebelumnya juga latihan tapi berkala,” jelas Eldesra.
“Ketertarikan terhadap naskah “Ayah Pulang” ini karena sarat dengan pesan moral dan masih relevan dengan peristiwa-peristiwa sosial hari ini. Penggarapan lakon ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada generasi muda dampak baik atau buruknya dalam lingkungan sosial masyarakat. Selain itu, lakon Ayahku Pulang di dalamnya banyak terdapat kritik sosial yang bisa dijadikan pendidikan karakter sekaligus tantangan bagi siswa-siswi untuk menjadi pemeran yang handal,” urai Kezia Valerina Damanik.
Teater SMANSA Padang tampil sebagai tim yang solid melibatkan antara lain Ivan Alfredo Hutagalung sebagai pemimpin produksi, Khalil Zaky Rika (penata musik), Reyfirianitha (penata panggung), Devrisa Harsika Rafi (penata cahaya). Pemain: Ahmad Virrzy, Aldiva Gwinika, Queency Aqila Veronissa, Rezky Ikhlasia, dan Arthur Sebastian Teja. SSC/NA