JNE Membesarkan Usaha Kecil Perlengkapan Aksesoris Anjing Pemburu

31 TAHUN BERKONTRIBUSI

Minggu, 30/01/2022 18:29 WIB
Muhammad Ikhwanto, pengrajin kalung dan aksesoris anjing peburu di Nagari Sianok Anam Suku, Kecamatan IV Koto, Agam. foto nasrul azwar

Muhammad Ikhwanto, pengrajin kalung dan aksesoris anjing peburu di Nagari Sianok Anam Suku, Kecamatan IV Koto, Agam. foto nasrul azwar

Laporan Nasrul Azwar (Jurnalis sumbarsatu.com)

Pengujung 2021, perhelatan tradisi buru babi marak digelar di Sumatra Barat. Persatuan Olahraga Buru Babi (Porbi) sebuah wadah organisasi para penggemar atau hobi buru babi ini, di pelbagai kota dan kabupaten membuka buruan massal. Biasanya, kegiatan ini dikaitkan dengan penutup tahun dan wisata.

Buru besar-besaran dengan melibatkan ribuan anjing itu dalam tradisi masyarakat Minangkabau disebut dengan “Buru Alek Gadang”.  Selain tutup tahun, “Buru Alek Gadang” juga dilakukan menjelang memasuki bulan Ramadan. Jadi buru besar ini dilakukan terkait dengan momentumnya. Untuk buru babi di luar “Buru Alek Gadang” disebut “Buru Salek” (sela), yaitu buru babi yang dilakukan sebagai rutinitas yang biasa dilakukan setiap hari Kamis dan Minggu  Tak banyak memang pemburu yang ikut dibandingkan dengan “Buru Alek Gadang”.

Setiap “Buru Alek Gadang”, hutan arena buruan biasanya disesaki ribuan para pecinta olahraga buru babi tradisi ini. Mereka datang dari pelbagai pelosok di Sumatra Barat. Umumnya laki-laki Minangkabau penggemar buru babi. Malah ada yang datang dari Riau, Jambi, Bengkulu, Jakarta, Jabar, dan lainnya. Selain berolahraga dan silaturahmi, buru babi tujuan utamanya membasmi hama babi yang jadi musuh petani.

“Buru babi bertujuan menumpas hama babi juga ruang silaturahmi, mempererat rasa bersaudaraan. Selain itu, dari aspek ekonomi buru babi mampu menggerakkan perekonomian masyarakat. Pondok-pondok di ladang disulap sementara jadi kedai kopi dan tempat makan. Warga membuka tenda berjualan nasi, gorengan dan kopi. Selain itu, tradisi buru babi ini juga memperkenalkan lebih jauh potensi dan alam nagari,” kata Idris, Ketua Porbi Agam Bersatu yang menggelar perhelatan buru babi besar-besaran di Nagari Tamtaman, Jorong III Koto Silungkang, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam , Sumatera Barat, pada Minggu (12/12/2021). Perhelatan ini dihadiri Bupati Agam Andri Warman.

Buru babi massal (Buru Babi Alek Gadang) di Nagari Tapi Selo, Kecamatan Lintau Buo Utara, Tanah Datar (foto pasbana.com)

Kendati dilaksanakan dalam kondisi pandemik Covid-19, para penggemar buru babi tetap menerapkan protokol kesehatan dengan memakai masker.

“Kita tetap tegaskan semua tetamu harus mengenakan masker dan tetap jaga jarak,” jelasnya.

Tradisi buru babi di Minangkabau bukan hadir tiba-tiba. Buru babi yang kini sebagai olahraga itu, tak bisa dilepas dari tatanan kehidupan sosial budaya di nagari-nagari Minangkabau. Nagari itu sebuah wilayah sama dengan desa di Pulau Jawa. Buru babi merupakan jenis permainan anak nagari yang telah berkembang sejak lama.

Prinsip buru babi adalah kebersamaan dan silaturahmi selain tentu saja mengurangi populasi babi yang jadi musuh petani ini. Kegiatan buru babi dibangun dengan rasa badunsanak, kekeluargaan dan saling menyantuni.

UMKM di Arena Buru Babi

Selain aspek olahraga, mempererat silarurahmi, melestarikan permainan tradisi masyarakat, dan tentu membantu petani membasmi hama babi, kegiatan buru babi ternyata membuka peluang usaha yang mampu meningkatkan penghasilan bagi masyarakat. Setiap digelar buru babi, apalagi “Buru Alek Gadang”, yang kadang diikuti ribuan penggemar olahraga buru babi di sebuah daerah atau nagari, aktivitas ekonomi masyarakat memperlihatkan denyut nadinya. Ini efek positif buru babi.

Kawasan buru babi bisa mencapai ratusan hektare dan melibatkan 3 sampai 4  nagari-nagari (desa) sekitar. Sejak pagi sudah dipenuhi pemburu dan juga warung-warung tenda atau warung permanen yang menyediakan makanan khas lokal, kopi, maupun gorengan untuk sarapan pagi. Jumlahnya ditaksir mencapai puluhan yang tersebar lokasi dalam kawasan buruan itu. Pada siang harinya, pemilik warung (paunan) juga menyediakan menu makan siang. Paunan atau warung buka hingga matahari terbenam dan buruan dinyatakan usai.

Selain kebutuhan untuk konsumsi, pemilik warung juga melengkapinya dengan beragam aksesoris anjing pemburu yang diproduksi pengrajin usaha aksesoris anjing pemburu yang jumlahnya cukup banyak. Aksesoris ini dipajang sebagai promosi saja.

Namun demikian, belum ada data dan informasi dilansir pelbagai pihak terkait jumlah uang yang berputar selama dilangsungkan helat buru babi itu. Tapi melihat antusias dan masifnya yang ikut berburu babi, diperkirakan uang yang beredar mencapai puluhan juta rupiah setiap kali perhelatan ini. Rata-rata satu warung ditaksir mampu meraup omset 1 jutaan rupiah. Warung bisa mencapai 30-an.

“Saya sudah berdagang dan buka warung paunan di kawasan pemburuan sejak 25 tahun lalu. Di mana ada buru babi yang bisa saya jangkau, saya buka warung di sana. Kalau terlalu jauh saya tidak ikut buka. Omset lebih kurang 1 jutaan sehari,” kata  Syafril Sutan Maruhun, 65 tahun, saat Buru Alek Gadang di Nagari Tamtaman. Ia sendiri juga punya usaha rumah makan yang permanen di Lubuk Basung.     

Hal ini tentu bisa dikembangkan dan ditingkatkan dengan perpaduan dan kolaborasi pelbaga pihak agar olahraga buru babi jadi salah satu destinasi wisata minat khusus. Potensinya ada dan prospektif pula.

Aksesoris Anjing Peburu

Adalah Muhammad Ikhwanto, 40 tahun, salah seorang pengrajin aksesoris anjing pemburu, yang membuka usahanya di Nagari Sianok Anam Suku, Kecamatan IV Koto, Agam, Sumatra Barat. Ia memulai usahanya secara mandiri sejak 15 tahun lalu.

Kalung anjing pemburu, aksesoris antikarat, kulit asli, buatan tangan yang diproduksi Muhammad Ikhwanto, pengrajin usaha kecil di Sianok Anam Suku, Agam, Sumatra Barat (foto dok)

Atos, demikian ia akrab disapa, mengaku selalu ikut dimana pun digelar “Buru Alek Gadang” karena ajang ini tempat promosi bagi produknya selain melepaskan hobi buru babinya. Baginya arena buru babi momentum yang pas untuk perluasan dan membuka jaringan usaha kerajinannya yang khas dan unik ini.

Ia menjelaskan, di arena buru babi itu, produknya cuma dipajang di warung-warung atau paunan. Ia hanya memperkenalkan dan mempromosikan. Tak ada transaksi di arena buru babi itu.

“Saya hanya bawa contoh-contoh aksesoris lengkap untuk anjing pemburu. Jika ada yang berminat, cukup dipesan saja mana yang cocok. Nanti pesanan sesuai kesepakatan saya kerjakan di rumah. Biasanya paling lama 3 hari. Saya gunakan jasa pengiriman JNE ke alamat pemesan,” kata Muhammad Ikhwanto, Senin, 3 Januari 2022.

Ia menambahkan, paling tidak ada 5 set pesanan aksesoris anjing pemburu setiap gelaran buru babi massal ini yang dipesan.

“Kebanyakan pemesan biasanya dari luar Provinsi Sumatra Barat, seperti Bengkulu, Riau, Jambi dan bahkan dari Jawa Barat dan Jakarta,” tambahnya.

Satu set kalung atau kala anjing berburu dengan beragam aksesoris lengkap berupa orong-orong pemantik, kumbang-kumbang, patai-patai, dan kili-kili dan kasper. Kalung dan tali dengan aksesoris berwarna kuning emas harganya kisaran Rp350 ribu-Rp400 ribu. Sedangkan aksesoris warna putih (perak) dibandrol Rp250 ribu-Rp300 ribu.

“Harga maksimal ini tergantung tingkat kesulitan membuatnya dan jumlah mainan (hiasan)nya yang dipesan,” terangnya.

Kalung anjing pemburu, aksesoris antikarat, kulit asli, buatan tangan yang diproduksi Muhammad Ikhwanto, pengrajin usaha kecil di Sianok Anam Suku, Agam, Sumatra Barat (foto dok)

Dalam proses pengiriman dan pelayanan kepada pemesan, Muhammad Ikhwanto menggunakan jasa pengiriman JNE. Ia menyebutkan, sejak awal usahan dengan pola pengiriman ini ia rintis tak pernah pindah ke jasa pengiriman lain. Ia setia dengan JNE.

“JNE selalu tepat waktu sehingga pemesan selalu bahagia ketika pesanan sampai di rumah sesuai yang kita janjikan. Dan kita sebagai pengguna jasa JNE pun tak khawatir barang yang kita kirimkan terlambat sampai ke tujuan karena jarang yang meleset,” urai Muhammad Ikhwanto.  

Selain memanfaatkan arena buru babi untuk berdagang, ia juga memperluas jangkauan hasil kerajinannya ini melalui media sosial. Ia punya akun media sosial, baik itu Facebook, Instagram, dan juga grup-grup penggemar buru babi di WhatsApp dan Telegram.

“Sekarang saya fokus pembuatan kala/kalung anjing pemburu, beserta aksesoris tali dan juga sarung pisau. Saya menggunakan akun media sosial untuk berjualan dan promosikan produk saya inu. Sekarang setiap harinya pengiriman ke pemesan mencapai 4-5 set sehari,” jelasnya.

 Muhammad Ikhwanto menjelaskan, dua tahun terakhir memasok produknya ke toko-toko penjualan perlengkapan berburu babi di pelbagai kota di Sumatra Barat, seperti Padang Panjang, Bukittinggi, Payakumbuh, Solok, dan Lubuk Basung.

“Sebelumnya saya tidak memasok produk saya ke toko-toko karena keterbatasan tenaga kerja. Sekarang sudah teratasi. Produksi dalam sepekan maksimal 70 set atau 10 set sehari,” urainya.     

Ia mengatakan, pemesanan agak sepi saat puasa Ramadan karena kegiatan buru babi tak banyak dilakukan secara massal.

Sekaitan kepercayaannya terhadap jasa pengiriman JNE, ia mengaku kerena hampir senua pemesan meminta agar pengiriman barang ke alamatnya menggunakan jasa kurir JNE.

“Pemesan banyak yang minta menggunakan jasa kurir pengiriman JNE. Alasannya karena tepat waktu dan ramah serta responsif. Malah kadang barang yang dikirimkan bisa lebih cepat dari ekspektasi yang dijanjikan,” urainya.

Selain itu, jika ada hambatan dan kendala di lapangan, pihak JNE selalu melayani keluhan pelanggannya dengan ramah dan informatif.

“Menurut saya kehadiran JNE dengan pelayanan maksimal ini berkontribusi besar terhadap peningkatan produksi UMKM seperti usaha saya ini. Saya barangkali satu dari sekian puluh juta pelaku usaha kecil di Tanah Air ini yang merasakan kemanfaatan hadirnya JNE ini. Saya setiap hari berhubungan dengan JNE di Kota Bukittinggi karena urusan pengiriman pesanan dari pelanggan saya. Karena begitu intensifnya, JNE itu seperti sudah jadi keluarga dan bagian penting dalam perkembangan usaha saya ini,” tutur Muhammad Ikhwanto.

Ia menjelaskan, sepanjang usahanya menggunakan jasa pengiriman JNE ia belum pernah dikecewakan.

“Selama ini semua berjalan sangat baik. Saya tak pernah kecewa, begitu juga dengan orang memesan barang. Semua sama-sama puas dan riang gembira,” sebutnya.

Nagari Sianok Anam Suku, merupakan sentra pengrajin kala atau kalung anjing, terutama untuk anjing yang dimanfaatkan untuk berburu babi. Nagari atau desa ini letaknya 5 km dari Kota Bukittinggi tapi tidak masuk dalam wilayah administrasi Kota Bukittinggi. Sianok Anam Suku masuk Kabupaten Agam. Mobilitas ekonomi, usaha, dan aktivitas sosial warga banyak dilakukan di Bukittinggi.   

Pelaku usaha kecil dan mikro ini Sianok Anam Suku didominasi dan dilakukan secata mandiri. Dan belum banyak yang tersentuh jasa kredit bank tetapi sudah merintis dan mengembangkan usahanya di internet. Diperkirakan sampai tahun 2021 ada 20-25 pengrajin kala/kalung anjing di Sianok Anam Suku ini. ***

 

#JNE31tahun, #JNEMajuIndonesia dan #jnecontentcompetition2021



BACA JUGA