
Padang, sumbarsatu.com—Sore hingga jelang Magrib pada Minggu, 25 Agustus 2019, ruang utama Starup Coffe di Ulak Karang Padang, dipenuhi para muda belia dengan beragam tema buku di tangannya.
Buku-buku di tangan mereka semacam “syarat” untuk bisa berpartispasi aktif dalam "Ngobrol Literat". Buku-buku itu dipertukarbacakan dengan sesama rekan-rekan lain yang hadir. Saat itu pula, penebaran kabaikan dan pengetahuan berlangsung dengan sederhana tapi bermakna. Para muda belia—usia 15 sampai 30 tahun—tampak riang gembira dengan dengan kopi di mejanya. Sore itu memang menjadi hari mereka. Dan para muda ini berdiskusi dan membincangkan buku bacaan yang mengesankan dalam dirinya.
Kegiatan "Ngobrol Literat" merupakan satu kegiatan dan program inti Komunitas Muda Literat Padang yang resmi dilucurkan 1 Agustus lalu. Literat secara harfiah bermakna melek huruf yang dikesankan sebagai ruang dialog berbagi kisah bacaan dari buku-buku yang dikoleksi.
Mutiah Isra Khadifa, Ketua Umum Muda Literat Padang dalam pengantar “Ngobrol Literat” menyebutkan komunitas yang menaruh perhatian bagi kalangan muda dengan batasan usia 15-30 ini mesti punya koleksi buku paling 15 judul buku.
“Kegiatan “Ngobrol Literat” ini salah satu program menyatukan para pembaca dan pencinta buku yang cenderung sunyi dan asyik sendiri dengan bacaannya di rumah atau ruang sunyi perpustakaan. Mereka sering kesulitan mencari teman sepadan dalam berdiskusi tentang bacaannya. Di Muda Literat kita mengsinergikan energi mereka dan membuka wadah untuk mempertemukan dan saling bertegur sapa lewat buku. Kegiatan hari ini merupakan salah satu cara dan upaya itu,” kata Tya, sapaan akrab Mutiah Isra Khadifa, Minggu (25/8/2019).
Tya menyebutkan, “Ngobrol Literat” mengangkat topik "Buku sebagai Kekayaan Tak Berhingga" dengan fasilitator Yusrizal KW, tokoh literasi nasional, merupakan program berkelanjutan Komunitas Muda Literat. “Ke depannya intensitasi kita bertemu makin tinggi dengan program yang bukan semata membincangkan buku, tetapi menekankan pada berpartipasi aktif dan penguatan gerakan sosial literasi.”
Yusrizal KW, fasilitator dan pembicara dalam "Ngobrol Literat" menguraikan secara luas di hadapan puluhan anggota Komunitas Muda Literat, tentang hal-hal yang membahagiakan bersama buku.
“Saya merasakan aura diskusi kaum muda literat, orang-orang belia yang berilmu pengetahuan karena banyak membaca. Di ruangan yang dipenuhi muda belia yang membawa buku untuk saling dipinjamkan ke kawan-kawan lainnya adalah kerja keren zaman kini,” terang Om Kawe, demikian para muda menyapanya.
Menurutnya, betapa buku adalah sebuah kekayaan yang isinya memberi keberlimpahan ilmu pengetahuan, gagasan dan makanan sehat bergizi bagi rohani, untuk akal yang sehat. Menyisihkan uang, menyediakan rak untuk buku adalah sebuah upaya menjadi kaya dengan harta yang tak bisa tergantikan dengan uang atau materi apa pun.
“Buku bacaan yang dibaca adalah benih untuk segala kebaikan dan perubahan yang membuat kita hari ini dan kelak merasa bahagia dan berkontribusi baik pada diri, keluarga dan bangsa,” urai sosok sastrawan yang telah banyak melahirkan komunitas literasi.
Uraian Om Kawe pun direspons para muda. Paling tidak diskusi kian hangat saja ketika muncul kutipan yang sangat populer bagi para pencinta buku di muka bumi ini: “Orang yang bodoh itu yang meminjamkan buku. Yang lebih bodoh lagi, orang yang mengembalikan buku!”
Di sesi lainnya, seorang aktivis literasi mempertanyakan nasib buku fisik 10 tahun ke depan.
“Masih adakah buku fisik itu 10 tahun ke depan karena berangkat dari era digital hal-hal yang fisik seperti buku dan media cetak akan tersingkir dengan sendirinya,” tanyanya.
“Ngobrol Literat” ini pun akhirnya dilerai azan Magrib. Usai. Dan semua beranjak menunaikan salat Magrib.
Terlihat memeriahkan kegiatan ini Andika dari KPJ Padang, Ganda Cipta (jurnalis olahraga), Febri (aktivis kopi), dan lainnya. SSC/MN