
Solok Selatan, sumbarsatu.com—Perayaan berupa festival yang berkaitan dengan seni tradisi Minangkabau kerap berarti berbicara mengenai tatanan masyarakat dengan struktur sosial, nilai-nilai, dan norma tradisional yang dicoba dihadirkan saat kekinian. Saat bersamaan, sebagian masyarakat membayangkan sesuatu yang ideal dan asli tentang seni tradisi itu sedang dilangsungkan. Padahal bukan demikian. Seni tradisi telah mengalami perubahan-perubahan.
Seperti budaya dan tradisi lainnya, budaya Minangkabau tidak bersifat statis melainkan sangat dinamis. Budaya ini mengakui hakikat perubahan dan terbuka untuk perubahan tersebut. Pepatah Minangkabau telah mengungkapkan kedinamisan budaya ini: Sakali aie gadang, sakali tapian barubah.
Masifnya kegiatan-kegiatan berupa festival seni tradisi Minangkabau yang digelar pemerintah di kabupaten, kota, dan provinsi di Sumatera Barat lima tahun terakhir menggambarkan semangat merayakan “keagungan” seni-seni tradisi yang Minangkabau.
Pekan depan, tepatnya Jumat-Minggu, 22-24 Maret 2019, Pemerintah Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat, akan merayakan peristiwa budaya yang dilabeli Festival Saribu Rumah Gadang (FSRG) II. Festival yang dikesankan mengangkat kembali seni-seni tradisi masa lalu yang dimiliki masyarakat Solok Selatan dengan mengusung tema “Menyulam Kain Jolong” digelar untuk kedua kalinya.
“Selain untuk membangkitkan kembali seni-seni tradisi Minangkabau di Solok Selatan, festival ini juga bertujuan agar kawasan Saribu Rumah Gadang lebih populer dan mendunia. Kawasan Seribu Rumah Gadang merupakan brand, ikon dan tetenger (ciri atau tanda khas) bagi daerah Solok Selatan, dan sebagai salah destinasi wisata budaya unggulan,” kata Harri Trisna AS, Penanggung Jawab Festival Saribu Rumah Gadang II, Senin, (11/3/2019).
Menurutnya, festival ini sudah yang kedua kalinya dilaksanakan. Pertama pada 2017 mengangkat tema “Manjapuik Nan Tatingga, Mangumpuan Nan Taserak”. Artinya, sebagai upaya menelusuri dan mengumpulkan kekayaan budaya yang sudah ditinggalkan. Sedangkan yang kedua pada tahun ini, bertema “Menyulam Kain Jolong” yang artinya sebuah upaya memperbaiki dan menata kembali budaya yang pernah ada dalam masyarakat agar kembali disenangi dan dicintai.
“Semua rangkaian kegiatan seni ini ditujukan untuk menciptakan dan membangun karakter Kawasan Saribu Rumah Gadang sebagai salah satu daerah tujuan wisata berbasis seni budaya di Kabupaten Solok Selatan. Kita akan jadikan sebagai brand dan ciri khas Solok Selatan. Festival ini sebagai salah satu usaha ke arah itu,” terang Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Solok Selatan ini.
Dijelaskannya, acara ini diselenggarakan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Solok Selatan dengan dukungan tokoh-tokoh adat Solok Selatan, sanggar/komunitas seni serta masyarakat yang di daerah ini.
“Festival ini juga melibatkan putra daerah Solok Selatan yang berada di perantauan,” katanya.
Ketua Kerapatan Adat Nagari (KAN) Pasia Talang, Armensis Datuak Jono Katik, menyambut positif rencana Festival Saribu Rumah Gadang ini. “Festival ini membuka lebih luas bagi generasi muda untuk mengenal seni dan adat serta tradisi kampung halamannya. Ini jelas sangat bermanfaat,” kata ninik mamak ini.
Hartati, Konseptor dan Direktur Artistik Festival Saribu Rumah Gadang menyebutkan, festival akan mengungkap kekayaan seni budaya yang pernah ada atau yang masih ada sejak masa lampau di Solok Selatan.
“Seni tradisional Minangkabau masa lampau akan dihadirkan dalam ruang pertunjukan dengan tata artistik yang bisa membuka ingatan masyarakat terhadap peristiwa budaya itu. Kita akan coba hadirkan tata artistiknya yang mendekatkan suasananya kepada pengalaman masyarakat Solok Selatan. Jadi dengan demikian, beragam seni yang dihadirkan, tidak membuat masyarakat asing dan jauh,” papar Hartati yang juga pengajar IKJ Jakarta ini.
Dalam Festival Saribu Rumah Gadang yang dilaksanakan selama 3 hari ini menghadirkan beragam seni dan budaya masyarakat Solok Selatan, antara lain tata cara upacara dan prosesi adat, seni pertunjukan, silek, sastra tutur dalam bentuk petatah petitih, pasambahan, syair dendang, ragam busana adat, penataan hiasan rumah gadang, pameran benda-benda bersejarah koleksi pribadi maupun masyarakat.
Sementara itu, Susas Rita Loravianti, Direktur Seni Pertunjukan Festival Saribu Rumah Gadang ini mengatakan, peristiwa budaya ditujukan menggali kekayaan seni budaya yang pernah ada atau yang masih hidup dalam masyarakat Solok Selatan.
“Pertunjukan dihadirkan dengan artistik perpaduan seni tradisi dan modern agar lebih menarik bagi generasi muda tapi tetap menonjolkan tentang sejarah, tatanan adat istiadat, nilai-nilai seni yang dimiliki dan hidup di masyarakat pada masa lampau,” kata Susas Rita Loravianti, yang juga seorang akademisi di ISI Padang Panjang.
Dikatakan putra daerah Solok Selatan ini, peristiwa budaya ini Festival Saribu Rumag Gadang ini, merupakan usaha yang terus menerus dilakukan agar masyarakat luas terlibat dan berinisitif mengambil perannya untuk menghidupkan kembali budaya dan kesenian di Solok Selatan.
Rangkaian Kegiatan
1. Jumat, 22 Maret 2019
Pukul 19.45
Pembukaan di Kawasan Saribu Rumah Gadang Koto Baru dengan kegiatan upacara adat penyambutan kedatangan rombongan tokoh adat Alam Surambi Sungai Pagu, makan bajamba, dan kesenian tradisi Solok Selatan menjadi bagian perhelatan pembukaan. Pembukaan akan dilakukan Muzni Zakaria sebagai ninik mamak, dan akan dihadiri Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno
2. Sabtu, 23 Maret 2019
Pukul 09.00-12.00
Kunjungan siswa-siswi se Solok Selatan, TK dan SD ke Koto Baru, SMP dan sederajat akan mengunjungi Rumah Gadang Balun dan Rumah Gadang Rajo Daulat di Pasia Talang. Mereka akan menulis impresi mereka atas kunjungan tadi berupa esai pendek yang dilombakan.
Pukul 14.00-18.00
Prosesi adat khas Solok Selatan. Menampilkan 10 prosesi adat dengan kostum dan peralatan sebagaimana dulunya. Akan mulai dari Simpang Pasa Baru hingga ke Lapangan Banca. Seluruh peralatan mereka akan dipamerkan di Lapangan Banca. Pameran ini akan menjadi materi lomba esai siswa SMA, SMK dan sederajat.
Pukul 16.00-00.00
Panggung anak nagari di Taman Muaro Labuah. Di panggung ini akan digelar karya-karya anak nagari dari sanggar/komunitas berupa tari, musik dan randai serta kuliner dan kerajinan khas Solol Selatan.
3. Minggu, 24 Maret 2019
Pukul 13.00-17-00
Alek pidato di Kawasan Rumah Gadang Pasia Talang
Pukul 14.00-17.00
Penampilan seni pertunjukan sanggar/komunitas
Pukul 19.45
Penutupan di Taman Muaro Labuah dihadiri tokoh-tokoh adat dam masyarakat dengan upacara adat dan penampilan kesenian anak nagari. (SSC/NA)