Ribuan Umat dari 3 Provinsi Hadiri Ijtima’ Islam di Padang

BERLANGSUNG SELAMA 3 HARI

Senin, 10/12/2018 18:43 WIB
Lebih  kurang 35 ribu jamaah tabligh dari tiga provinsi berkumpul mengikuti Ijtima' Islam di Padang. Ijtima’ Islam ini dilaksanakan sejak Minggu (9/12/2018) hingga Selasa (12/12/2018) di kawasan PT. Sumatex Subur, Bandar Buat, Lubuk Kilangan, Padang, Sumatera Barat.

Lebih kurang 35 ribu jamaah tabligh dari tiga provinsi berkumpul mengikuti Ijtima' Islam di Padang. Ijtima’ Islam ini dilaksanakan sejak Minggu (9/12/2018) hingga Selasa (12/12/2018) di kawasan PT. Sumatex Subur, Bandar Buat, Lubuk Kilangan, Padang, Sumatera Barat.

Padang, sumbarsatu.com—Lebih  kurang 35 ribu jamaah tabligh dari tiga provinsi berkumpul mengikuti Ijtima' Islam di Padang. Ijtima’ Islam ini dilaksanakan sejak Minggu (9/12/2018) hingga Selasa (12/12/2018) di kawasan PT Sumatex Subur, Bandar Buat, Lubuk Kilangan, Padang, Sumatera Barat.

Agenda tahunan ini, diikuti jamaah dan para dai dari tiga provinsi, yakni Sumatera Barat, Riau, dan Kepulauan Riau, yang disebut dengan kawasan 3. Kegiatan berkumpulnya muslimin selama tiga hari ini dipastikan tidak akan membahas politik praktis, aib, dan kampanye terselubung. Kegiatan ini murni untuk silaturahmi dan persatuan umat Islam di Indonesia.

"Dalam ijtima' selama tiga hari ini, ulama, dai dan masyarakat yang hadir hanya menghidupkan suasana keagamaan secara bersama-sama bukan membahas politik," kata Ketua Panitia Ijtima' Islam di Padang, Kapt Inf (Purn) Sutrisno Abu Bakar di sela-sela kegiatan Ijtima' di Padang, Senin (10/12/2018).

“Ijtima' Islam ini bertujuan menghidupkan suasana beragama. Jika suasana beragama sesuai dengan ajaran Islam perilaku maksiat akan hilang. Ijtima' Islam ini diikuti oleh umat Islam khusus laki-laki dengan tujuan ukhuwah dan dakwah Islam,” katanya. 

"Contoh saja ketika puasa Ramadan, kita ketahui bahwa pelaku kriminal jumlahnya berkurang. Akan timbul kesadaran dalam diri ketika suasana lingkungan sekitar tidak mendukung untuk berbuat maksiat. Ini yang kita bangun selama ijtima'," tambah Sutrisno.

Menurutnya, membangun suasana islami berperan penting menguatkan keimanan seseorang. Pada Itjima’ Islam ini, suasana islami dibangun. Selama kegiatan ini, umat Islam mengikuti ajaran Nabi Muhammad Saw, baik bertutur kata kepada sesama, dan upaya memakmurkan masjid.

“Ijtima' Islam ini tujuan utamanya meningkatkan spirit persaudaraan antarumat Islam. Selain itu, kegiatan ini sebagai salah satu upaya menumbuhkan keiimanan dan takwa kepada Allah Swt,” katanya.

Dijelaskannya, dalam Itjima’ Islam ini, tidak akan ada pembicaraan terkait perbedaan pandangan mazhab dan lainnya), ghibah atau aib seseorang serta pembicaraan tentang politik praktis dan dukung mendukung dalam para calon.  

“Kegiatan ini murni untuk menyatukan umat Islam dari berbagai daerah untuk bersama-sama membangun nilai spiritual dan menjauhkan diri dari perilaku maksiat seperti pergaulan bebas, narkoba dan perilaku menyimpang lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT),” sebutnya.

Dijelaskan Sutrisno lebih jauh, kegiatan selama tiga hari ini terbuka bagi seluruh umat Islam khusus laki-laki.  Muslimin yang hadir dalam ijtima' ini, berasal dari berbagai latar belakang, tak memandang perbedaan suku dan ras, karena pada prinsipnya umat Islam adalah satu saudara yang 'diikat' oleh keyakinan dan kalimat yang sama, 'Lailahaillallah Muhammadurrasulullah.'  

"Ada anak-anak, remaja, mahasiswa, pejabat, mantan narapidana, dan sejumlah lapisan masyarakat lainnya," sebutnya.

Ijtima' ini merupakan kegiatan berkumpulnya para dai yang kerab disebut sebagai “Jamaah Tabligh”, “Jamaah Janggut”, dan “Jamaah Kompor”.  Jamaah ini pada dasarnya bukan merupakan sebuah organisasi masyarakat. Juga tidak ada penamaan tertentu.

Para muslimin yang berkumpul dalam ijtima' memiliki satu tujuan dan satu pikir yang sama, yakni meninggikan kalimat Allah Swt di muka bumi melalui aktivitas dakwah, yang mengajak manusia untuk mentaati Allah Swt.

Jamaah Tabligh ini juga sudah tersebar di setiap negara di dunia. Kegiatan rutin yang kerap dilakukan bagi setiap dai disebut dengan istiliah 'khuruj fi sabilillah' atau keluar di jalan Allah Swt. 

Maksud dari keluar di jalan Allah adalah meluangkan waktu, harta, dan pikiran untuk mendakwahkan Islam ke seluruh penjuru dunia. 

Kegiatan khuruj secara bertahap--disebut sebagai nisab--dilakukan selama 3 hari dalam 1 bulan, 40 hari dalam 1 tahun dan minimal khuruj 4 bulan satu kali seumur hidup. 

Ada tertib atau aturan tertentu dalam kegiatan khuruj. Setiap dai yang 'keluar' mengikuti tertib yang berlaku sama di seluruh negara di dunia. 

Mengabaikan atau melanggar tertib/ aturan itu dapat menimbulkan fitnah dan salah persepsi dari masyarakat akan kegiatan khuruj itu. 

Namun, sampai saat ini, hampir semua masyarakat cukup mengenal rombongan jamaah ini, karena kegiatannya yang berpindah dari satu masjid/musala ke masjid/musala lainnya. 

Setiap dai dalam rombongan jamaah mudah dikenali dari ciri fisik seperti pakaian bergamis/ berjubah, mengenakan sorban dan selalu menebar salam kepada sesama umat Islam yang dijumpai.

Secara singkat, pada akhir kegiatan ijtima', akan dikirim rombongan-rombongan dakwah ke penjuru tanah air bahkan luar negeri untuk melakukan kegiatan dakwah islamiah selama 40 hari atau 4 bulan.

Setiap rombongan, biasanya telah menyiapkan bekal, baik uang dan kebutuhan harian lainnya, yang berasal dari pribadi masing-masing dengan estimasi tertentu, sesuai lamanya rombongan khuruj fi sabilillah (40 hari atau 4 bulan). 

Menurut Ricky Martin, salah seorang panitia lokal, Itjima’ Islam ini terselenggara berkat kebersamaan umat Islam dengan partisipasi swadaya jamaah umat Islam di 3 provinsi.

“Kami berkumpul atas swadana dan rasa kebersamaan umat Islam. Pertemuan ini juga mendatangkan ulama dan dai dari luar negeri seperti India, Pakistan, Bangladesh dan ulama-ulama di Indonesia,” kata Ricky. (SSC/Tim TR/RM)



BACA JUGA