Siklus Keperempuanan Minangkabau Terkini

TARI

Jum'at, 02/11/2018 17:46 WIB
Tari

Tari "Balega di Tanah Manang #2" koreografer Susas Rita Loravianti yang dipentaskan di Auditorium Huriah Adam pada Kamis. 1 November 2018 (Foto Robi)

CATATAN SAHRUL N

Padang Panjang, sumbarsatu.com--Lima penari perempuan bersama pemusik bergerak membentuk cerita tentang perempuan Minangkabau. Sebab alamlah yang membentang garis sejak dari dalam rahim perempuan.

Maka langkah setiap lelakinya yang telah merantau, akan kembali pulang ke tanah asal, ke rumah, di mana jejak kaki ibu yang senantiasa balega, menanamkan surga bagi anak cucunya kelak.

Itulah sekelumit kisah yang diceritakan oleh karya tari dengan judul "Balega di Tanah Manang #2" koreografer Susas Rita Loravianti yang dipentaskan di Auditorium Huriah Adam, Kamis (1/11/2018) pukul 20.00.

Karya ini berbentuk drama tari dengan sutradara/dramaturg Wendy Hs., komposer M. Halim, serta pimpinan produksi Emri. Karya ini juga akan dipentaskan di Tuaran, Sabah Malaysia pada tanggal 5-11 November 2018.

Masyarakat Minangkabau, sebagaimana yang telah diketahui umum merupakan salah satu dari beberapa kelompok sosial budaya saja di dunia yang bertahan menganut garis keturunan matrilineal atau garis keturunan ibu/perempuan. Melalui jalannya kultur matrilineal itulah kemudian tercipta berbagai tradisi sosial budaya dalam masyarakat Minangkabau yang unik dan menarik, terutama terkait tentang nilai-nilai keperempuannya.

Perihal itu dapat dimulai dari aspek keberadaan, peran dan fungsi kaum perempuan menurut keyakinan filosofi sosial budaya (perilaku) masyarakat Minangkabau, hingga aspek berbagai pilihan praktik kehidupan atau kerja seharian (laku) setiap individu perempuan di Minangkabau.

Dapat digarisbawahi di sini, bahwa terdapat dua aspek tentang nilai-nilai keperempuan Minangkabau tersebut, yaitu: 1) aspek keyakinan filosofi Minangkabau (ideologi/perilaku sosial perempuan Minangkabau); dan 2) aspek praktik hidup kesehariannya (realitas/laku sehari-hari perempuan Minangkabau), yang keduanya merupakan bagian dari spesifikasi kultural Minangkabau dan perkembangan realitasnya belum banyak diketahui oleh masyarakat luas.

Pertunjukan “Balega di Tanah Manang #2” merupakan suatu ekspresi yang bertolak dari upaya mempresentasikan perkembangan realitas keperempuanan yang berlaku dalam masyarakat Minangkabau saat ini.

Karya yang berdurasi sekitar 40 menit ini mengambil silat sebagai vokabuler geraknya. Silat tidak mengenal kudo-kudo, yang lebih dikenal itu adalah pitunggua. Pitunggua memperlihatkan posisi kaki tidak kuat, namun mudah salah satu kaki dilangkahkan.

Dalam istilah Minang disebut guyah-guyah garaman artinya dikatakan kuat tidak, dikatakan longgar (layah) juga bukan. Kelima penari dan ditambah dengan empat pemusik masuk dalam satu pertunjukan utuh, artinya pemusik juga hadir di atas pentas bersama penari dan juga ikut menari bersama penari.

Gaya seperti merupakan representasi dari seni tradisi yang tidak memisahkan antara penari dengan pemusik. Randai juga memiliki konsep yang mirip dengan kondisi tersebut.

Randai adalah perpaduan dari sastra, musik, seni suara, seni tari, teater dan pencak silat. Selain itu, juga memuat komedi, dan seni dekorasi. Teater tradisi atau teater daerah mencakup hal-hal yang bersifat emosional, fisikal, spritual, dan intelektual.

Dalam menikmati tontonan, masyarakat merasa terlibat, kalau ada adegan yang menakutkan, maka penonton juga merasa takut. Begitu juga dengan adegan menyenangkan, sedih dan lain-lain yang membuat penonton juga larut dalam perasaannya.

Pementasan teater juga memberikan santapan pada jiwa, karena di dalamnya berisi ajaran-ajaran agama, adat, filsafat hidup yang digambarkan lewat perjuangan para tokoh dalam melawan kejahatan. Ini membuat penonton berpikir dan menilai mana yang baik dan mana yang buruk.

Karya ini diakhiri dengan munculnya penari dengan segala kemegahan, namun tetap memiliki beban yang berat. Balega adalah siklus kehidupan perempuan di Minangkabau yang tetap saja sulit keluar dari tradisi yang melingkupinya. ***



BACA JUGA