Inilah Pidato Eko Alvares Saat Pembukaan Pameran Fotografi Edy Utama

-

Sabtu, 30/12/2017 14:01 WIB
Dr. Eko Alvares Z, yang menjadi ketua panitia pameran foto saya

Dr. Eko Alvares Z, yang menjadi ketua panitia pameran foto saya "Pesona Alam dan Budaya Minangkabau", di Galeri Taman Budaya Sumatera Barat di Padang pada 24 April 2015.

Dalam keseharian saya tidak banyak bertemu dengan Edy Utama, bukan saja secara fisik rumah kita berjauhan, namun pekerjaan dan komunitas lingkungan juga tidak membuat kita selalu dekat secara fisik. Namun kita sangat sering bertemu dalam kegelisahan yang sama, gagasan dan ide serta cita-cita.

Bagi saya Bung Edy adalah teman untuk berpikir waras, dan lawan bertanding dalam berdiskusi. Dan tidak jarang kalau berdiskusi saya mendapatkan paksaan atau ajakan untuk tetap berpikir waras, dan tetap menjaga idealisme di antara kehidupan yang terus memaksa kita untuk berkompromi dengan pragmatisme dan konsumtif.

BACA: Eko Alvares Meninggal Dunia, Sumbar Kehilangan Arsitek Rumah Gadang

Saya juga tidak tahu, kenapa Si Bung meminta atau lebih tepatnya memerintah saya untuk menjadi ketua panitia, yang sesungguhnya tidak banyak menyumbang apa-apa. Sudahlah tidak menyumbang, masa tidak mau pula ikut sato sa kaki jadi panitia, begitu saya bergumam.

Tema pameran “Pesona Alam dan Budaya Minangkabau” ini, setidaknya bagi saya, adalah sindiran atau ejekan Bung Edy terhadap kita, yang katanya adalah pewaris dan pemangku adat Minangkabau sekarangan ini. Seolah-olah pesona itu kita pahami sekarang ini hanya ada dalam cerita-cerita, lagu-lagu Minang atau romatisme para perantau yang jarang pulang. Sementara dalam keseharian kita sekarang, pesona itu sudah memudar untuk dikatakan tidak hilang.

Saya yakin, foto-foto yang indah dari segi objek, komposisi dan pemilihan setting adalah seleksi visual dan pencarian objek yang tidak mudah bagi Bung Edy. Ketidak-mudahan itulah yang ditonjolkan oleh Bung Edy yang sekaligus menjadi kekuatan dari karya foto itu. Namun di sisi yang lain, saya melihat ketidak-mudahan tersebut menjadi sebuah kelangkaan. Bahwa apa yang ada dalam foto-foto ini adalah sesuatu yang sulit atau jarang dan tidak mudah lagi kita lihat dan kita jumpai sekarang ini.

Bagi saya, di balik foto yang indah dan langka ini, ada sejumlah persoalan yang menggerogoti pesona itu, seperti kerusakan dan penurunan daya dukung lingkungan, pencemaran serta yang lebih berbahaya lagi adalah pembiaran atau sampai kepada kondisi tidak peduli. 

Sekilas, dari objek dan latar yang di foto Bung Edy, bagi saya setidaknya, merupakan usaha untuk mengingatkan kepada kita semua bahwa keindahan yang ada dalam foto tersebut adalah barang mewah dan langka, yang perlu di pertahankan dan dikembang lebih lanjut.

Hari ini, dan selanjutnya Bung Edy mengejek kita: Ooooy Rang Kampuang, caliak bana lah dulu, pesona itu masih ada, keindahan alam dan budaya itu tetap harus langgeng dan perlu terus usaha untuk melestarikannya.

Catatan kedua yang ingin saya sampaikan adalah tentang apa yang tersisa dari pesona tersebut, dan apa pula pentingnya mengundang sebagai pembuka acara adalah Bapak Puji Atmoko, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumatera Barat. Lagi-lagi ada pesan yang tegas disampaikan Bung Edy, bahwa selama ini kegiatan kebudayaan adalah pitih kalua, atau menghabiskan uang saja. Selalu dibenturkan dengan kegiatan menenteng-nenteng proposal dan mengharapkan uluran tangan pemerintah saja. Pada hal, potensi budaya dan alam kita sangat memungkinkan untuk dijadikan pitih masuak atau uang masuk. Bukan pula yang dimaksudkan sebagai menjual kebudayaan dalam arti sempit, tetapi dengan ide, gagasan dan kreativitas budaya itu bisa menjadi kata kerja yang mensejahterakan masyarakat. 

Sebutlah berapa banyak motif ukiran, titik keindahan alam, jelajah budaya, dan alam, makanan atau kuliner, dan atraksi budaya, yang dengan sedikit kemasan dan keseriusan serta keberpihak-an akan sungguh mempesona dan menarik.

Oleh karena itu, menurut saya menjadi sangat relevan ketika sektor perbankan melirik dan berpihak kepada kegiatan ekonomi kreatif ini. 

Selamat dan terus berkarya Bung Edy.

*Pidato ini disampaikan almarhum Dr. Eko Alvares Z, yang menjadi ketua panitia pameran foto saya "Pesona Alam dan Budaya Minangkabau Fotografi Karya Edy Utama", di Galeri Taman Budaya Sumatera Barat di Padang pada 24 April 2015. Eko Alvares Z merupakan sahabat dekat Edy Utama.

Dr. Eko Alvares Z. MSA, lahir di Padang Panjang, 10 Maret 1965, dan meninggal dunia pada Kamis, 28 Desember 2017 dalam usia 53 kurang 3 bulan di Rumah Sakit Umum M Djamil Padang. Eko merupakan peneliti arsitektur Minangkabau dan Ketua Pusat Studi Konservasi Arsitektur (Pusaka) Universitas Bung Hatta (UBH).



BACA JUGA