Perang Antibelasting dan Mangopoh, Peristiwa Sejarah Dicatat dengan Tinta Emas

Sabtu, 12/03/2016 12:10 WIB
Tugu Perang Kamang

Tugu Perang Kamang

Bukittinggi, sumbarsatu.com--Asisten III Sekretariat Kabupaten Agam Mulyadi, mengatakan perang antibelasting yang terjadi secara bersamaan di Kamang dan Manggopoh merupakan suatu peristiwa heroik dan patriotik yang telah dicatat dengan tinta emas dalam lembaran sejarah Republik Indonesia.

Hal itu dikatakan Agam Mulyadi, saat membuka seminar di nasional kepahlawanan tiga tokoh perang belasting pada 1908 yaitu H. Abdul Manan, Datuak Rajo Pangulu dan Siti Manggopoh, di aula hotel pusako Bukittinggi, Jum'at (11/3).

"Peristiwa perang Kamang dan Manggopoh ini dikenal sebagai perang anti belasting dipicu oleh kebijakan pemerintah kolonial yang menerapkan sistem perpajakan yang sangat memberatkan masyarakat," kata Mulyadi.

Dimana pada waktu itu telah terjadi perlawanan rakyat yang sangat gigih dan sengit dengan senjata utamanya adalah semangat membara untuk menantang penjajah.

Peristiwa itu sesungguhnya merupakan perlawanan rakyat Sumatera Barat sebagai bentuk penentangan terhadap penerapan pajak atau belasting kepada masyarakat oleh pemerintah kolonial Hindia dan Belanda.

Menurut Mulyadi, puncak penolakan masyarakat Minang ini terjadi pada 15 Juni 1908, yang mana saat itu mereka beserta masyarakat melakukan perlawanan bersenjata.

Peristiwa itu telah mengorbankan gugurnya ratusan pejuang rakyat sebagai patriot bangsa yang akan dikenang sepanjang masa, namun rakyat Kamang dipimpin Abdul Manan dan Manggopoh dipimpin Siti Manggopoh berhasil membunuh tentara kolonial Belanda.

Lebih lanjut Mulyadi, mengatakan, Kabupaten Agam saat ini disebut sebagai daerah dalam sejarahnya melahirkan tokoh-tokoh pemimpin dan pejuang rakyat, tokoh intelektual, ulama terkenal dan telah diakui oleh negeri ini sebagai pehlawan nasional diantaranya, Abdul Halim dari Banuhampu, Hamka dari Sungai Batang Maninjau, Abdul Muis dari Sungai Puar, Adnan Kapau Gani dari Palembayan, Agus Salim dari Koto Gadang dan Rasuna Said dari Maninjau.

"Sesungguhnya banyak nama lain yang sangat berjasa dan berperan dalam sejarah bangsa ini dan banyak lagi tokoh-tokoh yang berperan di republik ini harusnya tidak boleh dilupakan. Bangsa yang besar dalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawan serta tidak melupakan sejarah bangsanya, salah satunya dilakukan dengan menggelar diskusi ilmiah seperti seminar," katanya.

Maka dari itu, Mulyadi mengharapkan, melalui seminar ini diharapkan melahirkan fakta sejarah sebagai referensi yang akan diwariskan kepada generasi mendatang dengan tema yang diangkat, yaitu "karenamu para pahlawan, kami bisa hidup di alam mardeka.".

Selain itu jadikan sebagai salah satu momentum untuk menggali nilai kearifan lokal sebagai sosial capital yang menginspirasi kita dam generasi selanjutnya untuk membangun rasa percaya diri sebagai masyarakat yang hebat.

Sementara Ketua panitia M. Khudri, mengatakan, dalam seminar ini didatangkan beberapa narasumber yaitu dari pakar lembaga ilmu pengetahuan Indonesia Prof. Dr. Asviwarman Adam, sejarawan Dr. Buchari Nurdin, M. Si, Prof. Dr. Azmi, M. Ed, Dr. Siti Fatimah, M. Pd dan peneliti sejarah Iwan Setiawan dan sekitat 75 orang peserta.

"Mudah-mudahan seminar ini berjalan dengan lancar sehingga nantinya apa yang kita harapkan dalam seminar ini bisa tercapai berkat tukar pikiran yang dilakukan dalam seminar tersebut," harapnya. (SSC)



BACA JUGA