
Air terjun Langkuik Tamiang Malalak
Agam,sumbarsatu.com—Kabupaten Agam daerah rawan bencana. Bencana mengintai dari berbagai penjuru: dari air, api, angin, dan tanah. Selaku warga yang tinggal di kawasan rawan bencana, sejatinya orang Agam berpandai-pandai membaca isyarat yang diberikan alam. Bak kata pepatah “gabak di ulu tando kahujan, cewang di langik tando kapaneh.”
“Alam telah memberikan sinyal kepada makhluk bagi yang mau menyimaknya. Ikutilah, insya-Allah akan terhindar dari berbagai masalah yang akan ditimbulkan alam itu sendiri,” kata Ketua LSM Koma Anizur, dalam perbincangan dengan sumbarsatu.com, Minggu (18/10/2015), di Lubuk Basung.
Memang langkah, rezeki, pertemuan, dan maut, itu rahasia Yang Maha Mengetahui, Allah SWT. Tetapi manusia mestinya memperhatikan tanda-tanda alam, yang juga berarti peringatan dari Yang Maha Kuasa. Bila gabak di hulu makin tebal, sebaiknya mereka yang bermukim dekat tepian sungai,berhati-hati. Walau hujan hanya di arah hulu sungai, mungkin saja banjir kiriman akan datang.
“Kalau saja para pengunjung objek wisata Langkuik Tamiang, Malalak, memperhatikan tanda-tanda alam, mungkin musibah yang merenggut jiwa itu tidak akan terjadi,” ujarnya memberi contoh.
Ia sangat menyayangkan terjadinya bencana tersebut. Ke depan, hendaknya para pengelola objek wisata lebih peduli pada keselamatan pengunjung. Seperti objek wisata yang ada di Malalak, bila terlihat tanda-tanda hujan akan turun, sebaiknya para pengunjung diingatkan untuk keluar dari tempat pemandian. Dengan demikian, keselamatan mereka akan lebih terjamin.
Begitu juga di objek wisata Pantai Bandar Mutiara, Kecamatan Tanjung Mutiara. Pengunjung perlu diingatkan pada bahaya yang mungkin mengancam mereka, bila mandi-mandi di perairan laut di sana.
“Para pengunjung perlu diingatkan bagaimana kondisi pantai, dan laut di pinggir pantai,serta tipe gelombang yang bisa membahayakan pengunjung. Di sisi lain, sudah sepatutnya pengelola objek wisata menyediakan petugas penyelamat, yang mengusai bidang tugasnya, bila terjadi masalah yang mengancam keselamatan pengunjung,” ujarnya pula.
Objek Wisata Pantai bandar Mutiara, sudah banyak menelan korban jiwa. Korban kebanyakan berasal dari luar daerah. Bila tidak ditindaklanjuti dengan menyediakan petugas penyelamat di sana, akan menjadi preseden buruk bagi dunia pariwisata Kabupaten Agam.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Agam, Hadi Suryadi, SH, mengakui pentingnya petugas penjaga pantai, yang akan melakukan penyelamatan bila ada pengunjung yang tenggelam, atau terseret gelombang di objek tersebut.
“Kami sudah merencanakan pengadaan petugas penyelamat, dalam rencana pengembangan Objek Wisata Bandar Mutiara, yang insya-allah akan dikerjakan dalam waktu dekat,” ujarnya. (MSM)