"Godok" Tampil dalam Pekan Apresiasi Teater 6 ISI Padang Panjang

Selasa, 06/10/2015 15:35 WIB

Padang Panjang, sumbarsatu.com—Komunitas Seni Nan Tumpah kembali akan menampilkan produksi teater "Godok", dengan sutradara Mahatma Muhammad, ide cerita Karta Kusumah. 

“Godok” akan tampil pada iven Pekan Apresiasi Teater 6 (PAT 6) di ISI Padangpanjang,  pada Senin (12/10/2015) pukul 20.00 WIB di Gedung Pertunjukan Hoerijah Adam. Dan ini merupakan produksi teater ke-21 Komunitas Seni Nan Tumpah.
PAT 6 berlangsung dari sejak 12 Oktober-16 Oktober 2015, mengusung tema "Teater Populis; Aktuliasasi Idiom dan Isu Kerakyatan dalam Teater Kekinian (di) Indonesia".

PAT 6 menampilkan  pertunjukan teater dari HMJ Prodi Teater Kampus Seni Indonesia mulai dari ISI Yogyakarta, ISI Surakarta, Institut Kesenian Jakarta (IKJ), AKMR, STKW Surabaya, ISBI Bandung, ISBI Aceh hingga tuan rumah, ISI Padangpanjang. Sedang tiga grup teater Independen yang tampil pada PAT 6 adalah Teater Satu Lampung, Teater Tanah Air Jakarta dan Komunitas Seni Nan Tumpah.

"Godol" Komunitas Seni Nan Tumpah

Dalam KBBI, godok berarti (1) merebus; (2) kiasan mematangkan: proses, mengolah (serapan dari bahasa jawa). Pada beberapa daerah di Sumatera Barat, kata godok  dipergunakan sebagai umpatan yang mengandung konotasi negatif.  

Pada beberapa daerah lain seperti Padang Pariaman, Payakumbuh dan Sijunjung,  godok adalah panganan atau makanan ringan yang digoreng/rebus. Godok juga ada yang mengartikan sebagai kelamin laki-laki.  Pada  kamus bahasa gaul, godok adalah orang yang mengada-ngada.

“Pertunjukan ini tidak akan secara terang menggiring “godok” dalam pengertian tertentu. Godok dibiarkan saja jadi ambigu.  Godok dipilih sebagai diksi yang mewakili tema pembacaan kreator pertunjukan terhadap peristiwa, fenomena, isu, dan persoalan-persoalan kehidupan di tengah masyarakat kita hari lalu, hari ini sampai dengan harapan hari depan,” kata Mahatma Muhammad, kepada sumbarsatu.com, Selasa (6/10/2015) di Padang.

Menurutnya, godok bebas mendapati tempatnya tersendiri dalam pertunjukan ini, merefleksikan kenangan dan harapan. Godok kemudian bisa  diartikan sesuai dengan pemahaman seperti yang tertera dalam kamus, atau pemahaman masyarakat terhadap diksi tersebut. Namun Godok bisa saja jadi kritik sosial masyarakat hari ini.

“Bisa jadi sebagai pembacaan terhadap media yang sengaja menggodok, menggembar-gemborkan dan membungkus isu jadi berita yang berlebihan.  Godok bisa jadi doa, umpatan, pujian, kenangan, nama benda, nama tempat, nama jalan, nama orang, entah lelaki entah perempuan, atau godok bukan kesemuannya,” terangnya.

Proses “Godok”  adalah kerja penyutradaraan yang berusaha mengeksplorasi isi dan bentuk  dari masing-masing kreator artistik pertunjukan. Sutradara bertindak sebagai pembaca, pembangun plot/alur yang memberi gambaran tata ruang panggung dalam hubungan mood dan atmosfernya, karakter kostum, tata rias, penyusunannya bagi kelancaran aliran action, dan sebagai lingkungan yang sesuai bagi karakter dan peristiwa atau fenomena yang dieksplorasi.

Mahatma Muhammad sebagai sutradara bekerja sama dengan Karta Kusumah sebagai penulis cerita,  dengan membagi pertunjukan pada beberapa fragmen, untuk menekankan isi dan bentuk-bentuk artistik panggung secara umum.

Beberapa persoalan yang ditekankan dalam pertunjukan kemudian dikunci dengan beberapa penggalan tak setia puisi karya Muhammad Ibrahim Ilyas untuk menguatkan bangunan pertunjukan. 

Dari bangku penonton, Godok  adalah pertunjukan teater, atau bisa jadi kritik terhadap seni pertunjukan teater itu sendiri.

Susunan Lengkap Produksi

Surtadara | Mahatma Muhammad | Ide Cerita, Penata Cahaya | Karta Kusumah Pimpinan Produksi | Brian Fadli Fahmi Penata Panggung | Ismail Idola
Pemain-Pemuksi |
Muhammad Ibrahim Ilyas, Halvika Padma, Emilia Dwi Cahya, Yunisa Dwiranda,  
Fajry Chaniago, Ivan Harley, Windi Fidia, Tenku Raja Ganesha, Cut Mutia, Dani Rahman ,
Dwi Oktaviantika, Jumatri Ningsih, Rahma Syafitri, Jimmy Ferdian, Dedi Kurnia, Mikel Bromo, Rajibus Nari Masda, Listia Khairunisa, Novi Delviana, Andre Pratama dan Hendro Imaji

Tim Produksi & Artistik |
Desi Fitriana, Astari Ayuni,  Nur Muhammad Yusuf,  Thahirah Amatullah, Akeo. (SSC)



BACA JUGA