
Pembukaan selubung patung Jend Sudirman, Sabtu (10/10)
“Di masa Orde Lama, di Tanah Air ini hanya ada tiga Sekolah Seni Rupa Indonesia (SSRI): Yogyakarta, Denpasar, dan Padang. Tapi, sekolah ini tak boleh terlena dengan kesuksesan alumninya.”
Padang, sumbarsatu.com—Ratusan alumni SSRI/SMSR/SMK 4 Padang lintas angkatan, Sabtu (10/10/2015), tumpah ruah di Taman Budaya Sumatera Barat. Selama sepekan, alumni yang tersebar di pelbagai kota di Indonesia bertemu dan membincangkan masa lalu, masalah hari ini, dan masa depan, lalu kelak kembali ke tempat aktivitas masing-masing.
Ulang tahun emas 50 tahun SSRI/SMSR/SMKN 4 Padang ini ditandai dengan pameran seni rupa bertema “Bagurau” yang digelar hingga tanggal 17 Oktober 2015, diikuti alumni sekolah seni ini semua tingkatan.
“Pemeran ini merupakan rangkaian utama dari beragam agenda yang sudah dilaksanakan sejak 25 September lalu,” kata Firman Ismail, Ketua Pelaksana Temu Akbar Alumni.
Dikatakannya, pemilihan tema “Bagurau” karena aktivitas bagurau ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat Minangkabau.
“Bagurau dijadikan pintu masuk dalam ranah kreativitas kerja berkesenian, terutama seni rupa. Ada lebih kurang 70-an karya rupa yang dipamerkan hingga tanggal 17 Oktober ini,” katanya.
Sekolah seni rupa satu-satunya di Sumatera Barat ini, punya sejarah yang cukup panjang. Sejak didirikan pada pada 1965, telah tiga kali berganti nama, dan telah melahirkan ratusan seniman rupa yang berpengaruh di Indonesia.
Menurut Misdawati, Kepala SMKN 4 Padang, pendirian SSRI dengan dasar hukum SK Pemerintah c/q Mendikbud No 181/1965 Tanggal 25 September 1965, ditujukan sebagai salah satu sekolah menengah dengan basis kebudayaan di Sumatera.
“SSRI Negeri Padang satu-satunya sekolah berbasis kebudayaan di luar Jawa dan Bali yang mewakili Sumatera. Saat itu, Sumatera Selatan dan Sumatera Utara tidak siap mendirikan SSRI,” kata Misdawati, usai seremonial pembukaan pameran seni rupa “Bagurau” di Galeri Taman Budaya Sumatera Barat di Padang, Sabtu (10/10/2015).
Dia mengatakan, sejak sekolah seni didirikan, sudah tiga kali berganti nama. Awalnya bernama SSRI. Pada 1977 menjadi Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR), dan pada 1994 hingga sekarang bernama Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 4 Padang.
Temu akbar alumni SSRI/SMSR/SMKN 4 Padang ini, yang sudah dimulai sejak 25 September lalu, ditandai dengan pembukaan jubah patung Jenderal Besar Sudirman karya Yusman. Patung itu kini berdiri kokoh di pintu masuk galeri.
“Dengan pembukaan jubah patung ini, maka pamerena seni rupa alumni SSRI/SMSR/SMKN 4 Padang, dengan tema “Bagurau” dibuka untuk umum,” kata Syaiful Adnan yang juga Ketua Alumni SSRI/SMSR/SMKN 4 Padang.
“Tanpa terasa almamater SSRI/SMSR/SMKN 4 Padang sudah berusia 50 tahun. Usia yang matang untuk sebuah lembaga pendidikan seni. Selama itu pula, alumni sekolah ini sudah memberi warna dan melahirkan seniman berkualitas, dan guru seni yang berwawasan kebudayaaan, yang menyebar di seluruh Indonesia,” tambahnya.
Sementara itu, Yusrizal KW, salah seorang alumni SMSR menilai, apa yang telah dihasilkan sekolah, secara umum sudah bagus. Tapi untuk saat ini sudah saatnya melihat ke depan dengan sungguh-sungguh.
“Tantangan itu ada di depan, bukan di belakang atau masa lalu. Apa yang perlu kita persiapkan di SMKN 4 Padang saat ini? Apakah kurikulumnya yang sekarang ini sudah bisa menjawab kebutuhan kreativitas kerja berkesenian alumni? Selain itu, sekolah ini tak boleh terlena dengan kesuksesan alumninya,” kata Yusrizal KW yang kini menggeluti usaha percetakan dan desain komunikasi visual.
Dijelaskannya lebih jauh, selama ini, masih banyak paradigma lama yang hanya membangga-banggakan alumni yang sukses sebagai seniman perupa dan juga lainnya, yang sebenarnya tak begitu penting.
“Siswa yang belajar di SMKN 4 sekarang tantangan dan masalah yang dihadapi berbeda dengan era 70-an, 80-an, dan 90-an, serta 2000-an ini. Maka, ketika berhadapan dengan mereka, penjelasannya pun harus menyelaraskannya dengan masalah yang dihadapi hari ini dan ke depan. Yang sangat penting dipikirkan bersama adalah alumni SMKN 4 ini apakah mampu bersaing, bagaimana dengan kualitasnya, lalu wawasannya? Ini masalah besar yang harus jadi perhatian alumni,” tegasnya.
Selain temu alumni kegiatan lainnya adalah Musyawarah Alumni yang akan digelar hari ini, Minggu, dan seminar pada Senin besok.
Tampak hadir dalam pembukaan pameran itu, selain para alumni, Irwan Prayitno (Calon Gubernur Sumatera Barat), Asril Koto (penyair), Muasri (Kepala Taman Budaya Sumbar), Yulia Leon Agusta (dari Leon Agusta Institut), Musra Dahrizal (budayawan), dan masyarakat seniman lainnya. (NA)