Menteri Kebudayaan Fadli Zon Buka Simposium Internasional di Sawahlunto

Minggu, 24/08/2025 23:50 WIB
Menteri Kebudayaan Resmi Membuka “We Are Site Managers” International Symposium di Sawahlunto

Menteri Kebudayaan Resmi Membuka “We Are Site Managers” International Symposium di Sawahlunto

Sawahlunto, sumbarsatu.com— Kota tambang bersejarah Sawahlunto hari ini menjadi pusat perhatian dunia. Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, secara resmi membuka “We Are Site Managers International Symposium”, forum internasional yang mempertemukan para pengelola situs warisan dunia dari berbagai negara.

Simposium yang berlangsung pada 24–28 Agustus 2025 ini menghadirkan lebih dari 35 pembicara internasional dari 16 negara, termasuk Indonesia, Singapura, Thailand, Taiwan, Tiongkok, Korea Selatan, Jepang, Belanda, Islandia, Skotlandia, Australia, Arab Saudi, Kenya, Rusia, dan Suriah. Selama lima hari, para peserta akan mengikuti sembilan sesi diskusi utama dengan satu tujuan bersama: One Shared Mission — memperkuat kerja sama global dalam pelestarian dan pengelolaan situs warisan dunia.

Dalam sambutannya yang disampaikan dalam bahasa Inggris, Menteri Kebudayaan menegaskan bahwa Pemerintah menempatkan kebudayaan sebagai fondasi pembangunan nasional. Ia menyatakan bahwa dalam agenda pasca-2030, kebudayaan akan menjadi aspek vital dalam menjawab tantangan global.

“The Government of Indonesia places culture as the foundation and upstream of national development. In the post-2030 agenda, culture will be a vital aspect in addressing the world’s challenges. Therefore, our commitment is not only to place Indonesia on the map of world heritage, but also to establish it as a pivot of world civilization.”

Lebih jauh, Fadli Zon menyampaikan harapannya agar Dokumen Sawahlunto yang lahir dari simposium ini menjadi kesepakatan bersama para penjaga warisan dunia.

“I place great hope in the Sawahlunto Document that will be born from this symposium. Let this document not merely be a collection of notes. Let it become an intellectual proclamation of the guardians of world heritage. A manifesto that declares: To protect heritage is to protect common sense and the dignity of humanity.”

Acara pembukaan turut dihadiri pejabat daerah, perwakilan UNESCO, akademisi, dan komunitas budaya. Kehadiran para pemangku kepentingan ini mencerminkan tekad bersama bahwa Sawahlunto, sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO, merupakan simbol kerja kolektif antara pemerintah, masyarakat, dan komunitas internasional.

Wali Kota Sawahlunto, Riyanda Putra, S.IP, menyampaikan rasa bangganya. Ia menegaskan bahwa seluruh warga Sawahlunto merasa terhormat menjadi tuan rumah pertemuan para pengelola situs sedunia. Hal serupa juga disampaikan Gubernur Sumatra Barat, Mahyeldi Ansharullah, yang menilai momen ini sebagai sejarah baru bagi Sawahlunto.

“Dari kota tambang, kini Sawahlunto menjadi kota pertemuan dunia, tempat lahirnya gagasan besar tentang pelestarian warisan dunia,” tandas Gubernur.

Selain sesi pleno dan panel, simposium juga akan mengadakan kunjungan lapangan ke Tambang Batubara Ombilin dan interaksi langsung dengan masyarakat. Hal ini bertujuan agar para peserta dapat melihat langsung kehidupan sehari-hari warga sekaligus memahami realitas situs warisan.

Dengan dibukanya simposium ini, Indonesia menegaskan posisinya sebagai aktor penting dalam diplomasi budaya global. Simposium 2025 sekaligus menghadirkan pesan bahwa melestarikan warisan dunia adalah tanggung jawab bersama seluruh bangsa. ssc/rel



BACA JUGA